Sebenarnya bab ini udah selesai dari beberapa hari yang lalu, cuma belum ku publish aja karena aku malas membaca ulang dan merevisi setiap kata dan kalimat yang typo hehe.
Tapi setelah mengumpulkan banyak niat, akhirnya aku merevisi semua typo di bab ini.
Dan jika kalian masih menemukan beberapa kata dan kalimat typo lainnya harap di maklumi ya. Soalnya aku revisi ini jam setengah tiga pagi hehe.
Jadi mataku merem melek ngerjainnya wkwk.
Anyway jangan lupa like dan comment yaa pls.
~
Malam hari sekitar pukul delapan aku berada di kamarku sedang mengemaskan barang-barang serta pakaianku yang ku bawa dari Jakarta untuk kumasukan kembali ke dalam koper. Aku mengemaskan barangku karena aku harus segera kembali ke hotel yang di siapkan kantorku.
Aku ingin segera kembali ke hotel karena bagaimanapun di sana ada Pak Kaizo. Kita bisa berdiskusi tentang urusan kantor secara langsung disana. Seorang sekretasis sepertiku seharusnya sudah seperti asisten pribadinya langsung di luar urusan pekerjaan dan harus selalu siaga dengan panggilannya, karena biasanya dia merupakan atasan yang selalu seperti itu.
aku jadi merasa ada keanehan dengannya begitu kami sampai di Kuala Lumpur. Dia tidak mempermasalahkan aku yang tidak kembali ke hotel. Biasanya dia agak menyebalkan dan selalu membuatku bekerja lembur tanpa henti sebagai sekretarisnya. Kini dia malah memberiku ruang dan tidak menanyakan urusan pekerjaan saat di luar kantor atau diluar jam kerja seperti ini. Jarang-jarang aku merasakan waktu yang begitu santai seperti saat ini. Aku harus memanfaatkan waktu yang berharga ini.
"Fyuhh~ selesai juga." Gumamku pada diri sendiri setelah menuntaskan kerjaanku ini.
Setelah beberapa kali ku periksa semua isi barang bawaanku di koper dan meyakini sudah tidak ada sesuatu hal yang akan tertinggal bila aku sudah kembali ke hotel, aku langsung mengeluarkan handphoneku dari saku belakang celana jeans pendekku.
Aku mengotak atik handphoneku, membuka aplikasi telepon untuk menghubungi Paman Amato. Aku berniat pamit pergi malam ini untuk kembali ke hotel.
Aku mencari kontak Paman Amato dan menekan tombol telepon untuk menghubunginya. Setelah itu ku tunggu dia menjawabnya.
Aku mengangkat handphone yang ada di tanganku dan menempelkannya pada telinga kananku. Sambil menunggu jawabannya aku terus mengetuk ngetuk kakiku di lantai beberapa kali. Ck lumayan lama juga ya. Susah sekali orang sibuk satu ini untuk di hubungi.
"(Nama), kenapa?" Akhirnya aku mendengar suaranya di handphoneku.
Kupikir dia tidak akan mengangkatnya karena, biasalah orang sok sibuk selalu seperti itu walaupun memang sungguhan sibuk sih. Tapi tetap saja, terkadang dia begitu menyebalkan jika aku menghubunginya dan dia tidak bisa mengangkat teleponku. Menjadi seseorang dengan jabatan tertinggi di perusahaannya dan selalu mengedepankan urusan pekerjaannya membuatku cukup sulit untuk menghubunginya atau mendapat panggilan telepon darinya.
"Halo, Paman.."
"Ya, (Nama)."
"Ummm.. itu.. aku-" aku hendak mengatakan apa yang ingin aku katakan, tapi kalimatku di potong olehnya. Jadi aku memilih membiarkan dia mengatakan sesuatu terlebih dahulu.
"Ahh, (Nama). Paman teringat sesuatu. Ada yang mau Paman katakan."
"Ada apa, Paman?"
"Paman mau meminta bantuan mu. Tolong ya, selama Paman masih di Denpasar kamu bisa terus tinggal di rumah lagi untuk semalam saja?? Tolong jaga Halilintar selagi Paman belum kembali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Halilintar X Reader | His Obssession
Ficção Adolescente"Aku sama sekali tidak pernah menduga kalau akan begini jadinya. Sudah sejak kapan kau seperti ini?" (Nama). "Tidak perlu tau. Terlambat untuk kamu menyesalinya, (Nama)." Halilintar. Ia benar-benar menyesali segala keputusannya yang berhungungan ten...