🍑🍑🍑
Diposisi lain. Tepatnya pada Nadia juga Zayn, setelah mereka pergi pulang dari rumah Karin mereka sama-sama diam tak berbicara satu sama lain.
Nadia memikirkan kedepannya bagaimana sementara Zayn tampak memasang wajah marahnya, menyetir dengan satu tangan dan mengebut di jalanan yang sepi membuatnya menyetir dengan bebas.
"Aku"
"Aku"
Keduanya sama-sama kembali diam dan Nadia menoleh pada Zayn, keduanya sama-sama ingin berbicara. "Kau dulu" pitah Nadia kembali merubah posisinya menjadi bersandar pada kursi dan pandangannya lurus ke depan.
Zayn menghela napas dengan kasar dan membelokkan mobilnya dengan kasar dan menghentikan mobilnya di tepi jalan, Laki-laki itu merubah posisinya menjadi menghadap pada Nadia yang kini memandang luar kaca mobil.
Laki-laki itu dengan perlahan dan lembutnya dia menggapai dan menggenggam tangan perempuannya, lalu membawanya menopang dagu laki-laki itu. "Sayang, aku tau kau memikirkan sesuatu tapi jangan mendiamkan ku. Katakan sesuatu padaku, sayang?"
Zayn merasa tidak nyaman dan tidak senang karena Nadia mendiamkan nya, dia suka Nadia yang selalu berbicara banyak padanya karena itu dia semakin bersinar dimata Zayn. Perempuan yang sangat mahal, dia banyak bicara tetapi juga banyak berpikir.
Nadia menoleh dan tersenyum pada Zayn, lalu dia mendekatkan dirinya pada Zayn. Tangannya yang lain bergerak mengelus rahang tajam Zayn dengan lembut. "Maafkan aku telah mengabaikan mu, pikiranku dipenuhi dengan masalah hari ini. Zayn aku tidak tahu harus berbuat apa selain berpikir, Zayn.." ucap perempuan itu dengan lirih dan matanya yang sayu.
Zayn memahami isi pikiran kekasihnya itu, tangannya bergerak mulai mengelus ujung kepala Nadia dan menyandarkannya pada bahunya. "Tenang sayang, aku akan mencari cara untuk menyelesaikan semua ini. Percaya padaku, hm?" ucap Zayn meyakinkan Nadia.
Nadia mendongak dan tersenyum bangga pada laki-laki itu. "Ya, aku selalu percaya padamu. Dan aku akan selalu membantumu, aku mencintaimu Zayn" balas Nadia dan meninggalkan kecupan manis dibibir laki-laki itu.
Zayn tersenyum senang, kemudian dia mulai menyalakan mesin mobil dan memutar balik mobilnya ke jalan awal. Mereka pun kembali berjalan menuju mansion utama, dimana mansion itu hanya berisikan Nadia, Zayn, Rissa, Adriel, Kenneth, Reksa, Ames, dan Devan.
Dan sedikit memberitahu tentang Nadia dan Rissa, dua perempuan itu ikut tinggal bersama ke-enam laki-laki itu tetapi tenang walaupun mereka sepasang kekasih mereka tidak akan melakukan hal yang melakukan. Mereka semua memiliki kamar masing-masing.
"Zayn, bagaimana jika kita semua tinggal di London? Bukankah kau memiliki mansion yang tidak ditempati, aku rasa dengan kita semua pergi ke sana kita bisa perlahan-lahan membantu Devan. Mansion itu juga jauh dari perkotaan, bagaimana?" tanya Nadia sedikit ragu.
Benar, Zayn memiliki mansion pemberian ayahnya yang tidak dia tempati karena laki-laki itu memang tidak ingin pergi ke London. Setelah mendengar ucapan Nadia laki-laki itu memikirkan lebih dahulu tentang ide sang kekasih.
Jika mereka semua pergi ke London dan menempati Mansion itu, akan ada kesempatan untuk Devan hidup bebas di sana. Laki-laki itu juga yakin Devan akan merasa lebih tenang dan tidak merasa terancam seperti di negaranya saat ini.
Disini, Devan terus mendapat ancaman dari sang kakek walaupun pria tua itu telah tiada. Devan masih merasa bayang-bayang hadirnya pria tua itu, membuatnya tidak bisa mengontrol emosi dan keserakahan nya untuk membunuh.
"Pikirkan dulu saja, aku tidak memaksa. Dan jika kau setuju aku akan mengurus keberangkatan kita kesana" ucap Nadia menoleh pada Zayn yang masih memikirkan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐄𝐕𝐈𝐋'𝐒 𝐎𝐁𝐒𝐄𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍
Teen FictionDevan, laki-laki gila akan cinta pada pandangan pertamanya dengan Karin adalah sebuah takdir yang laki-laki itu syukuri. Tetapi tidak pada Karin yang justru mencari cara agar keluar dari hidup dan pergi sejauh-jauhnya dari Devan. Tapi tidak semudah...