Part. 17 {Senyuman Pertama Dan Terakhir}

1 0 0
                                    

✥══━━━━━━✥◈✥━━━━━━══✥

Keesokkan harinya Minerva tidak berangkat sekolah, dikarenakan dia takut akan pembullyan itu terjadi lagi.

Sariel juga sedang melamun memikirkan sesuatu hal, dan Haniel mengkhawatirkan kedua orang yang dia sayangi tersebut.

Selesai dia memasak, dia pun mendekati Sariel dan menyentuh pundaknya.

"Kak, waktunya makan, aku sudah memasak semuanya dan menyiapkan peralatan makannya." Ucap Haniel.

"Astaga Haniel, maafkan aku, aku tidak membantumu memasak, aku sedang-" Ucap Sariel terhenti.

"Sedang apa??" Tanya Haniel.

"A-aku sedang banyak pikiran saja." Ucap Sariel sambil tersenyum.

Haniel yang tidak mempercayai itu hanya bisa terdiam saja.

"Iya sudah kakak, ayo kita makan, aku akan memanggil Minerva." Ucap Haniel.

"Baik Haniel, kakak tunggu di ruang makan." Ucap Sariel.

"Iya." Ucap Haniel.

Sariel pun pergi ke ruang makan, sedangkan Haniel pergi ke kamarnya Minerva untuk mengajak Minerva makan Bersama sebelum Haniel dan Sariel berangkat.

*Tok, tok, tok*
Suara ketukan pintu.

"Minerva adikku sayang, ayo makan, kakak udah nyiapin semuanya, Minerva." Ucap Haniel.

*Ckelk*
Suara pintu yang terbuka.

Saat Minerva membuka pintu kamarnya, dia terlihat sedih, tetapi dia berusaha tersenyum untuk menutupinya.

"Minerva, sudah lah jangan bersedih lagi, jangan kau membuang air matamu yang berharga itu." Ucap Haniel sambil menyeka air matanya Minerva.

"Iya kak, aku baik-baik saja kok, engga perlu khawatir." Ucap Minerva sambil tersenyum.

"Hmm, iya sudah, ayo makan Minerva." Ucap Haniel.

"Iya ayo." Ucap Minerva.

Minerva pun menarik tangannya Haniel, mereka pun pergi ke ruang makan bersama-sama.

Disana telah ada Sariel yang menunnggu dari tadi.

"Kalian sudah datang, ayo makan." Ucap Sariel.

"Iya." Ucap Haniel dan Minerva bersamaan sambil tersenyum.

Dan mereka pun makan bersama dengan damai dan hati gembira.

|Di Neraka|

Sementara itu di neraka Morax yang sedang melamun di datangi teman-temannya.

"Yoo~, Tuan Morax, sedang apa anda disini, Tuan Morax." Ucap Paimon.

Morax pun masih melamun dan tidak mendengar panggilan dari Paimon.

"Tuan Morax??" Ucap Valefor.

Morax pun tersadar dari lamunannya dan melihat di sekelilingnya, disekelilingnya sudah ada Paimon, Valefor, dan succubus dengan wajah yang terheran-heran.

"A- i-iya, ada apa??" Tanya Morax dengan terbata-bata.

Mereka pun menatap satu sama lain.

"Ada apa Tuan?? Apakah terjadi sesuatu??" Tanya Valefor.

"Hah!!! tidak, tidak ada apa-apa hanya masalah kecil di keanggotaan Iblis Agung." Ucap Morax.

"Hmm, begitu iya." Ucap Valefor.

Succubus pun pergi duduk di samping Morax.

"Kami memang tidak bisa membantu kalau masalah tentang keanggotaan, tetapi kami bisa membantu untuk mendengarkan." Ucap Succubus.

Morax pun tersenyum dan dia melihat kembali ke Succubus

"Oh iya dan juga, succubus, surat mu dibakar." Ucap Morax.

Succubus pun terdiam sejenak.

"Haha tidak apa-apa Tuan Morax, tidak apa-apa." Ucap Succubus.

"Benarkah, kau terlihat ingin menangis." Ucap Morax.

"Engga kok, engga~" Ucap Succubus sweatdrop.

Morax pun tersenyum bersama dengan Valefor dan Paimon, mereka merasa sedih buat Succubus, tetapi dengan tingkah nya yang tidak pernah menyerah, membuat teman-temannya tidak perlu khawatir.

|Di Surga|

Sementara itu di Surga, Minerva yang sendirian di rumah, di datangi oleh Uriel.

*Tok, tok, tok*
Suara ketukan pintu.

"Hmm, siapa yang datang ke rumah?? Kak Haniel masih sekolah jam segini, dan tadi Kak Sariel baru pergi." Batin Minerva

Minerva pun keluar dari kamarnya dan menuruni tanggal.

*Tok, tok, tok*
Suara ketukan pintu.

"Iya tunggu sebentar." Ucap Minerva.

*Ckelk*
Suara pintu yang terbuka.

Saat Minerva membuka pintu, dia terdapat Uriel yang berada di depan pintu, dia pun membawa beberapa tumpukan buku untuk Minerva.

"Tuan Uriel, mengapa Anda datang kerumah?? Apakah anda mencari kak Sariel?? Kakak tadi baru aja pergi." Ucap Minerva.

"Tidak, tidak, aku kesini untuk bertemu denganmu dan ini untukmu." Ucap Uriel.

Uriel pun memberikan tumpukan buku tersebut untuk Minerva.

"Wah, terima kasih Tuan Uriel, saya menyukainya." Ucap Minerva sambil tersenyum.

Minerva pun menerima semua bukunya Uriel, dia menampakkan wajah cerianya kepada Uriel.

Di saat Uriel melihat Minerva tersenyum, dia merasa kehancuran di hatinya.

"Minerva, aku minta maaf karena tidak bisa melindungi mu, aturan 'Sang Ayah' sangatlah tegas." Batin Uriel.

"Owh iya, Tuan Uriel mau masuk?? Minum teh sejenak, dengan saya." Ucap Minerva.

"Tentu, dengan senang hati saya menerimanya." Ucap Uriel.

"Baiklah, silahkan masuk Tuan Uriel." Ucap Minerva sambil tersenyum.

Uriel pun masuk ke rumah Minerva, mereka pergi ke ruang tamu dan Minerva pergi ke dapur untuk membuat teh.

Selesai membuat teh, dia pergi ke ruang tamu dan menuangkan teh dari teko ke gelas.

"Silahkan diminum Tuan Uriel." Ucap Minerva.

"Iya, terima kasih Minerva." Ucap Uriel.

"Iya, sama-sama Tuan Uriel." Ucap Minerva.

Mereka pun menikmati teh sambil berbincang-bincang kecil, tersenyum dan tertawa bersama, untuk hari-hari yang akan berakhir.

✥══━━━━━━✥◈✥━━━━━━══✥
Part 17 The End

The Agony of the Angel MinervaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang