Bab 9 : Ketenangan sebelum badai

100 9 8
                                    

Keenan tersenyum melihat ekspresi bahagiaku, membantu persiapan keberangkatan kami.
Ia bahkan sengaja menginap di rumahku, rela tidur berdesakan dengan kakek di kamar lantai bawah yang sempit, bangun pagi-pagi sekali, bersemangat karena dia tahu kami berdua akan melewati hari yang menyenangkan bersama, kebahagiaan yang terpancar dari wajahku memberi tahunya betapa aku benar-benar menantikan hari ini. Ini adalah sesuatu yang sangat dia hargai.

"Kau mau bawa bekal sebanyak apa, Keenan? Ayo sarapan bareng, kita kan keluarga,"

Caraku memperlakukannya sebagai keluarga juga membuatnya senang. Ungkapan 'Keluarga' terdengar seperti musik yang menyenangkan di telinga Keenan. Dia menganggukkan kepala penuh semangat. "Ya, aku ingin makan kue bersamamu, kelihatannya enak..."

Kakekku membantu mengiris sosis dan telur dadar untuk kami berdua, lalu dia menyajikannya sambil tersenyum lebar. "Apa kalian sudah siap? Tidak ada yang ketinggalan? Sudah bawa payung?" Dia bertanya padaku, aku mengangguk,

“Tenanglah kakek, toh aku pergi bersama Keenan, aku tidak sendirian, Keenan akan menjagaku, jangan khawatir tentang kehujanan, kami naik bus,”

Kakek menyelipkan karangan bunga mawar putih yang cantik ke dalam dekapanku. “Hati-hati, dan sampaikan salamku padanya,” Kakekku setuju dan mendukung keputusanku untuk pergi bersama Keenan. Baik kakek maupun aku sudah sepenuhnya percaya pada anak laki-laki itu, hampir setahun hidup bersama kami dan Keenan selalu membantu kakekku dengan sungguh-sungguh di rumah, tidak pernah mengkhianati kepercayaan itu, dia juga tidak pernah mencuri uang walaupun ia setiap hari membantu di toko, karena itulah kakek percaya padanya, tidak keberatan jika kami pergi berduaan di hari libur seperti ini.

Keenan mengangguk ramah pada kakekku sambil berkata padaku untuk bertemu di luar, ia menjejalkan kotak bekal ke dalam ranselnya.

"Lihat! Aku punya tiket bus!" teriakku penuh semangat, Keenan terkekeh melihat kegembiraan terpancar dariku pagi ini, seolah, semua kejadian memilukan yang terjadi di sekolah selama ini menguap seperti embun basah.

Sepertinya aku sangat bersemangat sepanjang pagi yang cerah itu hingga perlahan melupakan peristiwa perundungan pahit yang menimpaku. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan menghabiskan hari istimewaku bersama Keenan.

Dia melihat ke arahku, "Jadi sebenarnya kita akan pergi ke mana?"

"Lihat saja nanti, aku akan mengenalkanmu pada seseorang," sahutku menanggapinya dengan jawaban yang samar.
Keenan mengangkat alisnya penasaran. Terlihat bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang kupikirkan, tapi aku tetap tersenyum berahasia dan tidak ingin memberi tahu detailnya sama sekali.
Keingintahuan Keenan semakin meningkat. "Oke, oke, jika ada kejutan sebesar itu sampai kau tidak bisa memberitahuku, maka kurasa aku harus menemukannya sendiri..."

Aku sangat senang sampai aku tidak bisa berhenti bernyanyi ketika kami berada di bus.
Keenan bersandar di bahuku, seperti biasa, begitu damai, kami bahkan saling berpegangan tangan.

"Kau baik-baik saja kan meskipun aku sembarangan nyanyi seperti ini? Maafkan aku, tapi aku sedang bahagia," tentu saja aku bahagia, aku sekarang hanya berdua dengan Keenan, di suatu tempat terpencil di dalam sebuah bus yang berjalan pelan, tidak ada yang mengenali kami di sini.
Tidak ada teman-teman yang merundungku, tidak ada orang tua jahat yang menyakitiku, tidak ada apapun.
Hanya Keenan seorang.

Dia terkekeh, berkata bahwa nyanyianku merdu, dan dia balas memegang tanganku saat kami berdua menyaksikan jalanan, pepohonan dan rumah-rumah saling berkejaran melalui  jendela bus.

Wajahku memerah karena malu mendengar pujiannya, kata-kata manis itu lebih dari sekadar kalimat sederhana bagiku, dan bagaimana ia mengatakannya dengan lembut sambil tetap tidak melepaskan tangan ini.
Aku mendapati diriku diliputi perasaan puas dan bahagia yang membuatku menitikkan airmata haru.
Keenan tersenyum hangat sekarang, membuatku merasa sangat nyaman sehingga aku bahkan tidak keberatan penumpang lain melihat kami berdua.

Eir AN:GE°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang