"Jika kita ingin mengubah takdir yang telah Allah tentukan, maka berdo'a lah! Niscaya dengan do'a, kita dapat merubah takdir."
.
..
.
.
~>>>•<<<~"Hai Nda!" Sapa seorang gadis sembari tersenyum hangat. Gamis hitam dan juga jilbab hitam yang di kenakan oleh gadis itu membuatnya semakin terlihat anggun.
Gadis yang barusan di panggil 'Nda' itu menoleh ke asal suara.
"Aku kira kamu gak bakal sekolah." Ucap Linda. Awalnya Linda pikir sahabat nya ini malas untuk bersekolah, terlebih di depan teras Masjid Agung Darunnajah semua siswa siswi hampir terduduk dengan tenang menunggu acara di mulai, kecuali Windia yang sedari tadi tak kunjung datang.
"Sekolah dong. Masa aku melewatkan hari istimewa dimana akan ada santri tampil." Ucap Windia semangat empat lima. Mengingat hari ini ada acara Maulid Nabi dan kemarin sudah di beritahukan oleh guru BK bahwa akan ada tampilan Hadroh dari Pondok Pesantren Darunnajah.
Tentu saja Windia tidak akan melewatkan kesempatan ini. Ia sangat hijau saat melihat santri. Walaupun ia bersekolah di MA Darunnajah yang artinya satu lingkungan dengan ponpes Darunnajah, bukan berarti ia selalu bertemu dengan santri.
Bertemu, namun hanya beberapa, itu pun jika kebetulan lewat.
"Eh, yang lain pada kemana?" Tanya Windia yang baru menyadari hanya ada dirinya dan Linda di teras masjid. Maksudnya hanya mereka berdua yang kenal dekat, walaupun banyak siswi, mereka hanya sebatas mengenal, tidak dekat.
"Di kantor."
"Ngapain?"
"Gak tau. Paling jadi babu Bu Eni." Jawab Linda sedikit bergurau.
"Emmm...aku mau liat mereka dulu ya? Nanti aku balik lagi." Linda mengangguk lalu Windia segera berdiri dan memakai sandalnya kembali untuk menyusul teman teman nya di kantor.
Sesampainya di kantor, Windia dapat melihat Siti tengah menenteng kantong keresek berisikan sampah.
"Siti!" Panggil Windia lalu berlari kecil menghampiri Siti. Gadis itu mengangkat sebelah alisnya menatap Windia.
"Kamu lagi ngapain?"
"Beres beres, nih mau buang sampah." Jawab Siti menunjukkan kantong keresek itu.
"Yang lain beres beres juga?"
"Hmmm gitu deh, derita jadi OSIS ya gini."
"Yaudah kamu buang sampah nya gih, aku mau ke sana." Setelah mengucapkan itu Windia kembali melangkahkan kakinya masuk ke dalam kantor. Ada yang menyapu, membersihkan meja, bahkan yang terduduk sembari memainkan ponsel pun ada.
Riffy, yang menyadari kehadiran sahabatnya langsung berteriak histeris. "WINDIA!!" Windia terkejut mendengar suara nyaring Riffy, bahkan yang lainnya pun ikut terkejut. Berlari seperti di kejar orang gila, Riffy langsung memeluk tubuh Windia yang lebih tinggi darinya.
"Lebay Lo, Pi!" Komen Resa sembari memutar kedua bola matanya malas.
"Tau tuh, kaya gak pernah ketemu aja." Ujar April ikut berkomentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Cinta (On Going)
RomanceWARNING⚠️❗❗❗CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AKU SENDIRI! YANG SUKA PLAGIAT JANGAN COBA COBA UNTUK MENDEKAT! Pantas kah seorang gadis seperti Khalisa Windia Azzahra mengagumi sosok santri paham agama? Muhammad Raihan Alfathan, laki laki yang nyaris s...