"Hai," sapa Adam pagi ini kala Sara turun dari tangga, langsung duduk di kursi makan mengamati Adam yang kelihatan buru-buru mengambil sereal organik dan susu almond dari lemari pendingin. Di meja, sudah ada roti gandum sourdough artisan dan macam-macam selai bernama rumit yang lebih cocok untuk menu degustasi daripada sarapan.
Sara mengambil gelas di tengah meja makan dan menuang air selagi mengamati Adam yang masih memakai kaos pendek dan training pants abu.
"Aku baru bangun jadi nggak siapin apa-apa," jelas Adam sembari meletakkan sereal dan susu ke meja makan.
"Tidur jam berapa?" Sara menelisik wajah Adam yang muncul kantung mata.
Pria itu menyisir rambutnya ke belakang sebelum berdeham, "Tiga."
"You shouldn't stay up that late."
Adam tak membalas sebelum melirik Sara, masih dengan kimono tadi malam. "Kamu sarapan ini, aku mau mandi dulu."
"You don't have to tell me what you're going to do," kata Sara dingin kemudian beralih kembali mengoles roti gandum dengan selai.
Mendengar itu Adam tentu tak senang, namun memilih tetap melangkah ke kamar mandi.
"Kita perlu bicara. Tunggu aku pulang," Adam berpesan sebelum ia pergi terburu-buru keluar pintu. "Oke?" ia memastikan kembali karena Sara tak merespon.
"Mm-hm."
Dapat jawaban yang diinginkan, Adam lantas memberi kecupan di dahi Sara.
Membuat secara tak sadar, Sara menahan napas. Apa yang harus ia lakukan?
***
Rapat bulanan dengan Departemen Pemasaran selalu menjadi momen yang diantisipasi. Adam, sebagai GM hotel, memasuki ruangan dengan wajah profesional meski tetap dengan raut ramahnya. Saat kursi diduduki dan semua mata tertuju padanya. Walaupun sikap Adam yang diluar selalu penuh ramah tamah namun setiap menyangkut pekerjaan, para karyawan bisa merasakan ketegangan.
Adam membuka rapat dengan agenda rutin, tetapi saat laporan performa karyawan dibacakan, nama yang terdaftar sebagai 'diberhentikan' membuatnya terdiam. Ia mengelus dagu, khas setiap berpikir, "Siapa yang memutuskan untuk memecat Willy tanpa konsultasi?"
Suasana hening sejenak. Semua anggota departemen saling tatap, mencari tahu siapa yang berani menjawab.
Sutama, Sales Marketing Director yang hampir berusia 40 tahun, menatap Adam dengan ekspresi dingin, "Pak Adam, keputusan ini demi kepentingan tim. Kita butuh orang yang langsung bisa berkontribusi."
"Dan bagaimana kita bisa membangun tim jika kita tidak memberi kesempatan untuk berkembang?" Adam memang sudah hafal sekali dengan sifat direktur pemasaran di hotel ini yang seenaknya. Sutama, dengan pandangan yang lebih tradisional, jarang menerima inovasi. Beberapa karyawannya bahkan dimutasi dan dipecat. Jika tidak karena maklumat Budi Wardana, Jiwan sebagai penasehat yang setia memberinya masukan, serta kinerja Sutama yang tak bisa dibilang buruk, ia tak segan mengganti direktur pemasaran dengan yang baru. Perang dingin antara generasi pun dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sweeter Place
RomanceAdam Wisnuthama Wardana, General Manager salah satu hotel dan resor prestisius di Indonesia, The Eden. Dikenal sebagai pria charming pewaris imperium bisnis real estate dengan hobi melancong ke negeri orang. Bertemu banyak mata namun tak ada yang ia...