Pada bulan Agustus, pohon-pohon Flamboyan berbunga dan bermekaran di pekarangan rumah, membuat halaman sebuah rumah berumput Jepang sebagian tertimbun bunga Flamboyan berwarna pink dan kuning. Pemandangan yang nyaris setiap sore, Azica lihat.
Duduk di kursi malas di atas balkon sembari membaca novel dan menikmati bagaimana Flamboyan berguguran adalah rutinitasnya setiap sore.
Seperti sore ini, selepas hujan turun sejam yang lalu dan udara melepas bau petrikor yang menenangkan, Azica tak beranjak sedikitpun dari kursi malas, semakin sore udara justru semakin membuatnya betah berlama-lama di sana sembari membaca novel yang baru ia beli 2 hari lalu, dengan secangkir susu coklat buatan ayahnya. Kenikmatan yang hanya bisa ia lakukan di akhir pekan.
"Woah." Ia berdecak kagum, punggung yang semula bersandar pada kepala kursi malas menegak ketika ia membaca scene menakjubkan dalam novel fantasinya. Yap, ia memang menyukai dunia fantasi, seperti yang saat ini ia baca, bagaimana sebuah dunia lain bisa berdampingan dengan dunia manusia, dunia yang penuh magic, dunia pararel katanya.
Azica sekali lagi berdecak kagum, sekujur tubuhnya merinding bukan main. Ini bukan hanya sekedar fantasi tapi juga tentang hal-hal tersembunyi yang memang belum mampu di pahami banyak manusia, dan entah mengapa Azica merasa sangat pintar ketika ia bisa masuk dan memahami maksud dari dunia paralel itu.
Gadis itu menyeruput susu coklatnya sampai tandas, lalu beranjak dari kursi malas sembari membawa novel dalam genggamannya. Ia menutup pintu dan gorden kamar yang sebelumnya terbuka, udara sore telah menjadi dingin, dan dirinya tidak akan membiarkan suhu kamarnya menjadi turun.
Jadi, setelah menutup pintu dan gorden, Azica buru-buru keluar kamar, menuruni tangga dan berjalan menuju lantai satu untuk menemui ayahnya. Pria separuh baya itu harus tahu apa yang telah Azica temukan, fakta menarik soal dunia pararel.
"Ayah."
"Yah?" Suara panggilannya memantul di setiap sudut rumah. Namun tak ada siapapun yang menyahut. Kemana ayahnya itu? Biasanya ia akan menemukan ayah kesayangannya itu berada di dapur, memakai celemek dan membuat makanan dengan resep baru, hasil eksperimennya. Tapi ruang dapur itu nampak kosong.
"AYAAAAAH." Panggilnya sekali lagi dengan menaikkan nada beberapa oktaf.
"DISINI PRINCESS."
Nah, Azica tersenyum lebar ketika panggilannya mendapat sahutan. Sebab sebelumnya ia sudah berpikir untuk melaporkan kasus orang tua hilang seandainya dalam sekali panggilan Azica tak mendapat sahutan. Jangan salahkan pikiran Azica yang seperti itu, karena dulu ia nyaris kehilangan ayahnya karena ayahnya tak kunjung pulang, di curi para wanita gatal yang gencar ingin menjadi ibu sambungnya. Memang di usia ayahnya yang sudah menyentuh angka 44 tahun, aura pria dewasa bau duit selalu mengundang wanita kurang belaian untuk mendekat, istilahnya sekarang ayahnya itu spek sugar daddy yang sedang gencar di cari-cari. Apalagi rupa ayah yang masih sangat muda untuk umur 44 tahun, alih-alih separuh baya, ayah lebih cocok di sebut laki-laki matang diawal 30 tahunan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of Us
ChickLitpart of Kencana Putra Azica Ananta Adirga selalu menyukai hal-hal magical. Sejak kecil dunianya hanya berisi tentang dongeng-dongeng romansa seorang Putri cantik yang berakhir menikahi pangeran, atau tentang seorang peri yang memiliki sihir ajaib. I...