Sebuah Perubahan

274 17 0
                                    

Sore hari, dengan suasana menegangkan di kediaman Arabella membuat sang putri terbangun dari pingsannya, ia seakan bisa merasakan kesedihan begitu kuat melingkupi sekitarnya meskipun dirinya tidak sadarkan diri, maka dari itu  ia membuka matanya perlahan dan suara yang pertama ia dengar adalah tangisan yang lirih terdengar di telinganya seperti seseorang yang memaksakan diri agar tidak menangis terus-menerus.

Arabella menatap keempat dayangnya yang berada disampingnya, dengan ayah dan ibunya yang juga terlihat sehabis menangis. Tanpa ia sadari, matanya juga ikut berair setelah melihat pemandangan yang menyayat hati didepannya ini.

"Ada apa? Semuanya baik-baik saja bukan? Felix? Bagaimana Felix? Dia tidak apa-apa bukan?."

Bukannya jawaban yang ia dapatkan, namun justru suara tangis yang semakin kuat lah yang ia dengar. Rasa cemas mulai menghantui hati dan pikiran Arabella. Hatinya berusaha meyakinkan diri bahwa segalanya baik-baik saja, Felix-nya pasti sembuh dan sekarang sedang ditangani oleh tabib kerajaan yang terkenal handal dalam mengobati berbagi penyakit dan luka. Akan tetapi, logikanya menyangkal itu semua setelah melihat apa yang ada didepan matanya, tangis yang menyakitkan terdengar begitu jelas memasuki gendang telinga sudah pasti segalanya tidak baik-baik saja bukan?

"Kenapa kalian menangis? Mana Felix?."

"Kau tenang sayang." Ujar ratu Denaya.

"Aku bertanya dimana Felix?." Tanya Arabella lagi mulai tidak sabar.

"Felix... dia meninggal ditempat kejadian." Jawab ratu Denaya setengah hati. Ia benar-benar tidak tega menjelaskannya kepada sang putri, tapi inilah yang harus dilakukan. "Luka diperutnya terlalu dalam dan lebar sehingga banyak darah yang keluar. Felix meninggal karena kehabisan darah, sayang." Lanjut ratu Denaya, persis yang dikatakan oleh tabib yang sempat menanganinya.

Arabella menggeleng ribut, ia tentu saja tidak ingin menerima begitu saja kabar bahwa sang kekasih pergi selamanya dari hidupnya. Air matanya terus mengalir tanpa ia minta, padahal kedua matanya masih sibuk memandang sang ibu tanpa berkedip barang sedetik pun. Ia cukup tahu bahwa air mata telah menggambarkan segalanya, bahwa kesedihan dan berita ini adalah nyata, tapi ia sama sekali tidak ingin percaya dan masih menyangkal bahwa segalanya adalah sebuah dusta.

"Tidak. Itu tidak mungkin. Felix itu kuat, dia pendekar, dia sedang menjalani latihan kemiliteran, dia pasti bisa bertahan, dia kuat ibu." Ujar Arabella.

Ratu Denaya mendekat dan memberi putrinya pelukan hangat. Mengusap punggungnya untuk memberi kekuatan dan kesabaran atas segala hal yang menimpa dirinya dan juga calon menantunya.

"Felix kuat, hanya saja ini adalah sebuah takdir yang harus kita terima, sayang. Usia Felix hanya sampai hari ini, kita hanya bisa pasrah dengan keputusan Tuhan Arabella. Kita tidak mungkin memaksa kehendak Tuhan apalagi merubahnya setelah semuanya terjadi." Jelas ratu Denaya lembut dan penuh pengertian.

"Tapi Felix.. dimana Felix? Dimana Felix ibu?." Tanya Arabella pada akhirnya, sebab ia mengetahui jelas bahwa semua yang ibunya katakan adalah sebuah kebenaran dan ia tidak mempunyai alasan untuk menolak dan menyangkal kembali hal itu.

"Ibu akan mengantarkan mu kesana." Ujar ratu Denaya. Sang ratu menuntut Arabella menuju sebuah kereta kuda, sang putri dibuat bingung dengan apa yang ibunya lakukan. Kenapa ia harus menaiki kereta kuda hanya untuk bertemu dengan Felix? Kemana ia akan dibawa pergi sebenarnya?

Ratu Denaya memeluk tubuh Arabella yang jelas membuat sang anak bertambah bingung begitu keduanya telah memasuki kereta kuda.

"Semua hal yang telah terjadi biarlah terjadi, ikhlaskan segalanya. Tuhan melakukan semua ini sudah pasti ada hikmah dan tujuannya untuk kita. Kita sebagai manusia hanya bisa menerima dan berdoa yang terbaik untuk orang-orang yang kita sayangi." Jelas ratu Denaya.

Change Of Destiny (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang