06. Berbagi?

11 3 0
                                    

tandai typo ⚠️

***

"Selesai,"

Gadis itu tersenyum puas menatap roomchat'nya di grup pribadi. Rentetan nama-nama teman kelasnya beserta nama-nama teman dari teman kelasnya tertata rapi. Niat sekali mencari orang sok misterius itu, yang katanya demi uang seratus ribu aslinya ia juga tertantang.

Joe membuat list orang-orang yang kemungkinan mengetahui ia membagikan cokelat. Memang ribet dan lama cara yang di pikirkannya tapi tidak terpikirkan cara yang lain.

Gadis itu berdiri dari duduknya. Iya, dia sedari tadi duduk dilantai di bawah lokernya seperti anak hilang.

Joe menepuk rok kotak-kotak berwarna coklat tua yang di dominasi oleh kream lalu membenarkan seragam full berwarna kream yang ia kenakan juga dasinya.

Mengingat hari ini adalah hari selasa jadi murid-murid menggunakan seragam khas sekolah mereka yang berwarna kream. Seragam yang paling Joe sukai dari yang lain karena tidak membuat nya gerah.

Gadis itu membuka pintu lokernya lantas mengambil semua makanan yang ada. Tak lupa membawa bouquet bunga mawar merahnya. Gadis itu berjalan meninggalkan loker yang tidak ia kunci, biarkan saja. Toh sudah tidak ada apa-apa.

Pintu ruangan loker tertutup, AC masih menyala di dalam sana mau dimatikanpun Joe kesulitan karena membawa hadiahnya itu. Niat hati mau membersihkan polaroid di loker jadilah dia melenceng dari niatnya itu.

Senyuman mengembang sempurna. Membuat wajah cantik milik Joe bertambah manis. Apalagi rambut hitam legam yang sengaja digerai bergerak-gerak indah kala tertiup angin. Poninyapun ikut tertiup menampilkan jidat yang mulus.

Kemarin bukan Joe yang membagikan cokelat itu, jadi sekarang Joe yang membagikan sekaligus ingin melihat reaksi teman-temannya seperti apa.

Joe ingat dengan postur tubuh siswa tadi dan seingatnya tidak seperti orang-orang yang ia kenal. Posturnya asing bagi Joe, entah kenapa Joe sedikit merasakan bahwa dia bukan orang sok misterius itu.

Meski tidak sesepi tadi tapi hanya ada beberapa siswa lewat di koridor yang ia lewati. Lima belas menit lagi bel istirahat tapi Joe pastikan di kelasnya tidak ada yang berani keluar kelas karena takut ketahuan oleh wali kelas mereka.

Kalau Joe kan izin ke perpustakaan untuk mencari referensi, meskipun bolos tidak ada yang percaya.

Tepat.

Teman-temannya ada yang sibuk diskusi ada yang main, ngerumpi, sibuk sendiri bahkan tidur walaupun masih pagi.

Joe mengerjit heran kala melihat Kaysan malah duduk di tempatnya sedangkan Evan duduk di tempat Reva. Keira dan Agis sudah kembali ketempat masing-masing.

Gadis itu menyodorkan satu cokelat kepada Kaysan dan satu kue kering ah cookies, Joe sempat lupa nama kue tersebut.

Kaysan mengerutkan alisnya, mata tajamnya menatap manik hitam Joe tanpa mau menerima pemberian gadis itu. Joe menggigit bibir bawahnya, lupa kalau ia sempat menjatuhkan cokelat di ruang loker kemarin pasti Kaysan ingat sampai menatapnya tajam begitu.

"Kalau gak mau buat gue aja!" Evan menarik dua kemasan makanan manis itu dari tangan Joe.

"Makasih, Joe. Lo baik banget ngasih cemilan mulu," ujar Evan dijawab dengan senyuman manis Joe.

Tanpa sepatah kata Joe melangkah ke meja yang dibelakang mejanya namun langkahnya terhenti ketika lengannya di cekal. Ia menatap bingung kearah Kaysan yang masih menampilkan raut wajah tidak bersahabatnya itu.

Is This Reality?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang