"Halo Gemi!" sapa Yara yang sibuk memasak sarapan di dapur.
Sementara itu Gemi hanya menampilkan senyum kecil dan langsung pergi begitu saja ke ruang tamu menemui Fourth yang disibukkan oleh beberapa kertas berderet. Dari belakang sofa diam-diam Gemi memeluk Fourth tidak lupa memberi ciuman di pipi sebelah kanan membuat yang lebih tua tertawa kecil. Menarik tangan Gemi meminta untuk duduk di sampingnya.
Gemi menurut lalu duduk sembari memperhatikan setiap pekerjaan yang dilakukan oleh Fourth. Semakin lama dirinya menatap semakin sulit Gemi berkedip ataupun memalingkan muka ke arah lain. Tiba-tiba Gemini merasa ia telah menjadi bisu dan tuli hingga tidak memperhatikan apapun selain sosok di sampingnya.
Rasanya begitu aneh untuk setiap hari. Suara manis dari Fourth seperti harmonika membuat Gemi menjadi tuli sehingga tidak mendengar apapun, deskripsi Fourth terlalu sempurna sampai Gemi menjadi bisu tiada ucapan terlontar, dan tampang Fourth begitu rupawan membuat Gemi buta akan apapun yang ia lihat selain Fourth. Setiap hari setiap saat rasa itu terus bergemuruh.
Andai kata Gemini terlahir menjadi seorang penyair dirinya akan menulis seperti puisi solomo dan bernyanyi layaknya musisi. Semua terasa terhenti sampai kecupan mendarat di belahan bibirnya, Gemi tidak terkejut tapi semuanya terasa begitu aneh. Ia terdiam melihat Fourth yang mulai menjauh dari jangkauan bibirnya.
"Kenapa bocah? Apa aku terlalu tampan?" Fourth menggoda Gemini lalu menertawai reaksi lucu dari sosok di sampingnya.
"Daddy jika aku seorang penyair apa aku bisa berpuisi panjang lebar untuk menjawab pertanyaanmu?" tanya Gemi yang kini melihat kedua telinga Fourth nampak memerah.
Awalnya Fourth yang ingin menggoda Gemini akan tetapi keadaan berbalik membuat Gemini semakin berani. Karena sudah tidak tahan lagi Fourth menyentil dahi anak kucing di sampingnya, terlalu lucu untuk diatasi.
"Memang bocah ini bisa apa selain menghabiskan uangku?" Fourth menarik pinggang Gemini agar semakin dekat. Keduanya tersenyum sesaat dan tidak lama Gemi mengalungkan kedua lengannya di leher Fourth.
"Tidur bersama daddy, mungkin?"
"Oh mulai nakal sekarang." Fourth mencubit pipi pangsit Gemini, sang empu langsung merasa kesakitan dan merengek layaknya anak kecil.
Dari rengekan Gemi mencapai dapur membuat Yara mendatangi mereka, sontak saja Gemi mendorong Fourth menjauh lalu bangkit dari sofa. Wajahnya memerah karena malu. Sedangkan di sisi lain Fourth hanya mampu menggelengkan kepala melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda karena Gemini.
Yara bertanya tentang rengekan yang ia dengar dari dapur dan Gemi segera membalas jika dirinya tidak sengaja tersandung kaki meja dan jatuh. Sempat Yara tidak mempercayai kata-kata itu setelah melihat rona merah serta tingkah laku aneh mantan suaminya. Namun, karena tidak mau ambil pusing akhirnya Yara mengajak Gemi ke dapur untuk membantu masak.
Tidak ada alasan menolak Gemi mengikuti dari belakang dan mendapatkan perintah untuk membuat capcay. Beruntung sekali di kulkas sudah ada bahan-bahan yang diperlukan seperti baso, sawi, wortel, dan lain-lain. Gemi memulai memotong wortel dan baso seraya memperhatikan Yara yang sibuk membuat kopi. Dirinya berusaha menahan tawa saat melihat Yara memasukkan gula terlalu banyak.
"Aku akan membuat gantinya nanti," pikir Gemi, dia enggan memberitahu Yara dan memilih diam mengerjakan pekerjaannya.
Kemudian saat Yara pergi mengantarkan kopi kepada Fourth dirinya segera membuat kopi sesuai selera Fourth, beruntung air panasnya masih ada.
Saat hampir sampai ke sofa di mana Fourth duduk bermain dengan bermacam-macam kertas penting. Gemi melihat Fourth sedang marah tidak lupa memaki-maki Yara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mon Amour || FourthGemini
FanfictionMon Amour || FourthGemini Area❗👊 Fourth yang tanpa sengaja melihat anak teman kerjanya itu duduk di pinggir jalan.