Chapter 9

15 6 1
                                    

      Siang itu di room 2, terdapat sosok biru shappire yang sedang bergelud dengan handphone nya, jika jawaban kalian adalah taufan maka itu benar. Taufan sedang bermain game karena diri nya bosan karena, biasanya taufan akan menjahili kakak nya halilintar bin gledek jika di rumah tapi untuk kali ini jangan, ia tak mau memar dalam keadaan jalan jalan dan tak bisa menikmati momen.

"Asuuu kalah lagi"kesal nya saat dirinya kalah main game, ya sangat tidak baik di tiru, kemudian taufan melempar handphone nya kesembarang arah untung saja mendarat di atas kasur.

Brakk!!

Taufan melempar dirinya sendiri ke kasur yang empuk kali ini dirinya mulai benar benar benar benar bosan entah kapan acara jalan jalan yang sudah direncanakan akan di mulai, taufan kembali mengambil handphone yang ia lempar dan membuka lockscreen

"Huh....kok laper ya, kayaknya gempa belum selesai masak deh"monolog taufan sembari memegangi perutnya yang kroncongan "beli snack aja dah"ucap taufan kemudian berjalan ke meja nakas mengambil uang yang tersimpan di dompetnya, taufan berjalan di lorong lantai dua apartemen 105 kemudian haluan menuruni anak tangga.

Dapat terlihat dari disana gempa sedang berkutat di dapur entah membuat apa, taufan berlari kecil menghampiri gempa

"Gempa gempa"panggil taufan seolah anak kecil yang ingin manja dengan ibunya

"Apa kak"tanya gempa namun atensi nya tidak teralih dari masakannya

"Izin keluar mau beli snack"tutur taufan mendapat anggukan dari gempa, melihat itu taufan akan siap ngacir namun sudah di panggil gempa lagi

"Kak"

"Apa lagi gem"

"Tolong pulangin bakul punya liona sama marsya ya"

"Oke"

    Kemudian taufan langsung ngacir secepat angin, gempa pun hanya menggeleng gelengkan kepalanya dan melanjutkan aktivitas memasaknya. 

Taufan menutup pintu apartemen dan berjalan untuk mengembalikan bakul milik liona dan marsya tapi langkahnya terhenti dan memasang raut wajah berpikir "apartemen nomer berapa ?"pertanyaan yang ditanyakan pada diri nya sendiri, taufan pun memutuskan untuk bertanya pada gempa tapi

"Taufann" sapa seorang remaja perempuan yang sedang dicari taufan, marsya

"Eh marsya, hm aku mau balikin bakul kamu dan makasih ya biskuitnya"ucap taufan menyerahkan bakul itu pada taufan

"Iya ga papa"balas marsya menerima bakul dari taufan , taufan mengangguk lalu atensi taufan mengarah pada plastik hitam besar yang sedang dibawa marsya

"Itu apa sya ?"tanya taufan menunjuk plastik hitam itu

"O-oh ini....ini bahan buat biskuit...ya..buat biskuit"jawab marsya sedikit gugup membuat taufan memicingkan matanya namun akhirnya mengangguk

"Oh gitu"

"Hm, taufan apa kamu mau bantu aku dan kak liona buat biskuit ?"tanya marsya pada taufan, tak lupa senyum nya yang sulit di jelaskan oleh kata kata

Taufan nampak bingung, itu semua dapat di lihat dari perempatan di dahi taufan nampak sedang berpikir, awalnya ia ingin menolak karena ingin pergi membeli snack seperti skenario awalnya, tapi tawaran dari marsya merubah pikiran nya

"Kita bisa buatkan biskuit untuk semua, apalagi jika kau yang bantu buat fan"ucap marsya menarik tangan taufan, sementara taufan akhir nya mengangguk dan pasrah saat marsya menariknya dengan tidak elite nya.

Tap

Tap

Tap

Langkah kedua orang itu, marsya dan taufan, mengisi lorong panjang yang gelap dan minim pencahayaan, hanya lampu yang berkelap kelip menjadi teman perjalanan mereka, bulu kuduk taufan berdiri menandakan dirinya merinding ditambah tatapan marsya yang kosong, berulang kali taufan bertanya pada marsya di mana ruangan apartemen nya tapi marsya hanya diam tak menjawab mungkin hanya beberapa kali melihat ke arah taufan lalu kembali menatap jalan, hingga langkah kedua terhenti di pintu paling ujung lorong di pintu tak ada tercantum nomor kamar bahkan pintunya sudah lumayan kotor bisa dilihat dari lumut lumut yang menempel

Cklek

Marsya membuka pintu tiba tiba hawa dingin menusuk taufan, dengan susah payah ia meneguk saliva "ayo masuk fan" ucap marsya mempersilakan taufan masuk, dengan senyuman (dibaca : seram)

"I-iya"dengan gugup taufan menjawab, ia berjalan duluan masuk, saat masuk ia semakin merinding ruangan yang gelap dan lembab tak ada cahaya yang bisa masuk

Derr

Suara pintu yang di tutup marsya lumayan keras, sampai membuat taufan terjingkat terkejut "oh maaf kaget ya"ucap marsya dengan smirk nya ?

"Ya"

"Wah kau bawa tamu ya dik"suara seseorang menuruni tangga, dalam pikiran taufan ia mengenal suara itu benar saja saat seseorang itu turun jawabannya benar itu, liona

"Ya sudahlah"balas marsya dengan malasnya jujur saja kakak nya ini menyebalkan tapi ia lebih memilih kakak nya liona di banding 'orang' itu

"E-ee hai liona"sapa taufan mencairkan suasana

"Oh hai"

"Hm....." taufan melihat sekeliling penjuru ruangan apartemen milik marsya dan liona gordennya tak dibuka padahal ini masih siang, dengan ragu ragu ia bertanya "hmm...itu gorden nya kenapa tidak di buka"tanya taufan

"Aku tak suka cahaya"balas liona ketus

"Ee sudah tak usah hiraukan orang itu ayo buat biskuitnya"ajak marsya menggeret taufan ke arah dapur

Saat sampai di dapur indra pencium taufan di tubruk dengan bau busuk yang menyengat, saking baunya taufan hampir ingin muntah "huek....bau apa ini"

"Oh itu bau keju yang dibeli kak liona"balas marsya seraya meletakkan kresek yang ia bawa tadi di dalam kulkas.

"Loh kok di masukkan sya ?, katanya itu bahan buat bikin biskuitnya"tanya taufan

Mendengar itu marsya bersmirk, saat taufan melihatnya ia merinding "buat apa kalau pakai bahan itu kalau bahan yang fresh di depan mata"ucap marsya memandang taufan layak nya sikopat yang mendapat mangsanya, langkah nya mulai mendekati taufan tangannya menyambar pisau yang tak jauh darinya. Satu langkah marsya 2 langkah mundur taufan.

Bayangkan saja sendiri seorang wanita yang berdiri di tengah gelap dengan pisau di tangannya, jangan lupa senyum creppy nya yang menyeramkan, apa yang kalian lakukan jika di posisi taufan ?

Lari ?
Diam ?
Berdoa ?

"T-tunggu m-arsya...."suara taufan yang bergetar karena takut

Saat taufan sibuk mundur dirinya menabrak sesuatu

Brukkk

Taufan membalikkan badannya berdirilah di depannya , liona ?..dia juga

"Selamat tinggal taufan...kirim salam untuk dua wanita itu''

Jlebb!!

***

"Ya begitulah ceritanya, kemudian kami mencincang daging taufan lalu kami jadikan biskuit spesial taufan,kami meminta gempa mencobanya tapi dia malah menangis jadi kami kirim dia bertemu kakaknya"ucap liona seperti di sedih sedih kan, sembari berpura pura menghapus air matanya

"Kau....hiks...kejam...."racau aliya yang digempur ketidak percayaan ia kehilangan kedua kakaknya.

"Jangan sedih cantik selanjutnya kalian"ucap marsya dengan tatapan tajam

_____________________tbc_________________________

Enggak serem ? Tau

This is pemula.....
Thanks ya yang udah mau baca dan nunggu update an, kalian tau enggak si part ter happy penulis adalah lihat notif vote dari wattpad

Jadi, jangan lupa tinggalin jejak ya..vote and komen

Adioss~~


DU APARTEMENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang