37. Bertemu Sultan

3K 198 8
                                    


Happy reading guys

-

-

btw aku nulis pas pelajaran matkul wkwkwk. udh effort nih sapa dungss
vote komen jangan lupa yawww
thnk

Lara menghelaikan nafasnya, berjalan sesekali menutup telinganya sendiri.

"Yang gebuk malingnya tuh Pak Tarno, waktu itu Mas Didip kan lagi begadang ngerjain skripsi yang ngga slese slese itu depan rumah. Nah, dia liat malingnya lari bawa motor, langsung dilempar pot bunga anjir."

"Lah gue denger katanya di lempar pake bangku."

"Yeee gue yang liat. Bapak gue ampe keluar bawa sapu, Chacha juga kebangun malah ngira ada meteor jatoh." Alvin dengan menggebu-gebu menceritakan aksi maling yang berhasil di tangkap oleh warga komplek mereka.

Memang sempat heboh sampai pagi ini. Makannya mereka mendengarkan dari saksi langsung. Avin Rahardian yang sempat keluar saat si maling merintih kesakitan akibat kena pot bunga dan jatuh dari motor malingnya itu.

"Lah Mas Didip belom kelar skripsinya? Perasaan dari gue lulus SMP curhat skripsian." Abim malah menanyakan diluar topik. "Malah katanya mau tunangan sama mba Nanda, SPG yang ngekos daerah Nuri." tambah Alvin si paling Intel.

Aryan yang berjalan di belakang sebelah Lara menatap gadis mungil itu khawatir. "Kamu ngga papa?" tanyanya. Karang sudah tau. Semalam Avi enggan pulang menginap di rumah Bobi. Lalu Aryan yang juga cemas dengan Lara karena mengetahui apa yang terjadi itu mengajak Lara untuk berangkat sekolah bersama. Tak ketinggalan juga dengan Alvin dan Abim yang sama khawatirnya.

Lara terdiam, menurunkan tangannya dari telinga. Selanjutnya memilih menutup kepalanya dengan tudung hoodie kuningnya. Aryan reflek mengedarkan pandangan. Benar, kini banyak mata yang menatap penasaran dengan keberadaan mereka. Memang sedari tadi banyak juga yang menyapa. Melirik dan saling berbisik penasaran.

Apalagi si Abim yang dengan semangat empat limanya tak segan menyetopi siswa hanya sekedar menanyakan hari ini udah makan risol gue belom? Rugi dong kalo belom.

Padahal masih pagi.

"Eit Eci, pagi-pagi seger amat. Yakali ngga sabi risol gue," kata Abim menaik turunkan kedua alisnya.

"Kak Abim, eum engga deh kak. Kan kemaren udah." wanita yang bernama Eci itu tersenyum kecil.

"Ya ngga papa, hari-hari makan risol gue biar berwarna dikit."

"Masih ada kok kak di kulkas. Nanti kalo mau restok baru." ujar Eci. Berikutnya mendekat kearah Abim. "Codnya sama kak Avi ya kaya kemaren hehehe. Aku lebihin kok uangnya," sambung Eci berbisik.

Abim seketika merapatkan bibir, mempertahankan senyumnya sebagai owner ramah bintang lima. "Santai, mau dibawain siapa lagi? Avi? Aryan? Bobi? Juan? Taka? Reksa? Jeva? Jungkook BTS sekalipun bakal gue bawain ke elo, Ci. Seloww tapi jangan lupa reviewnya. Tawarin ke temen-temen lo. Kalo mau risol beli di gue," ucap Abim panjang lebar.

Eci tertawa. "Semua anak Swadaya juga kalo mau risol larinya ke kak Abim."

"Tuh kan, karna risol gue the best enak!"

Karna yang jual ganteng sih gemes, cletuk Eci dalam hati. Jadi tersenyum salah tingkah sendiri.

"Kak Ian anter nyampe kelas ya? Kalo ngga enak badan ke UKS aja." tawar Aryan khawatir.

"Ngga usah, aku bisa sendiri," ujar Lara. Selanjutnya berjalan mendahului mereka. Abim dan Alvin yang baru saja dilalui itu mengernyit.

"Avisena anjing. Jahat banget mulutnya, giliran kek gini nyesel ngerasa bersalah. Tapi malah jadi pengecut ngga berani muncul," gerutu Abim menurunkan garis wajahnya.

Sea For Blue WhalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang