09.

465 50 12
                                    

                Y/n mengencangkan bathrobenya sebelum duduk di lantai bersama Renjun yang sedang menonton Netflix di kamarnya.

Dia mengambil snack buah kering yang ada ditangan Renjun. Bersandar pada ranjang di belakangnya.

Renjun melihat Y/n lewat ekor matanya. "Pakai bajumu sana."

"Nanti saja. Rambutku masih basah."

"Kalau begitu apa fungsinya hairdryer di kamarmu?"

"Aku malas pakainya."

Renjun menghela napas panjang. Pria itu berdiri dari posisi duduknya, mengambil hairdryer yang ada di meja rias Y/n.

Dia tidak lagi duduk di lantai, melainkan di atas ranjang tepat dibelakang Y/n untuk membantu wanita itu mengeringkan rambut panjangnya.

"Terimakasih," ucap Y/n disertai kekehan geli darinya, "padahal kau bisa meninggalkan aku setelah kita melakukannya. Kenapa kau masih di sini saja?"

"Kau mengusirku?"

"Bukan begitu," jawabnya, "kau tau 'kan hubungan kita itu seperti apa. Ada beberapa rules yang harusnya dilakukan supaya diantara kita tidak ada yang melibatkan perasaan, kita harus punya batasan satu sama lain."

"Tidak perlu ada batasan. Aku tidak akan mencintaimu."

Perasaannya sedikit terusik dengan ucapannya sendiri.

Dia pernah berkencan dengan beberapa wanita, pernah jatuh cinta juga sebelumnya. Perasaan yang dia rasakan untuk wanita yang selalu mengusiknya ini, tak asing lagi baginya. Bedanya untuk wanita ini, Renjun selalu menyangkalnya.

Mungkin karena Renjun tau hati Y/n tak tertuju padanya.

'Jangan sampai kau tertarik padaku'

"Oh iya, terimakasih karena sudah menemaniku ke pernikahan mantan kekasihku. Dan membantu menghiburku. Aku suka cara mu mengalihkan pikiranku dari masalahku."

Renjun jadi malu sendiri saat mengingat dia duluan yang mengajak wanita itu tidur bersamanya. Padahal selama ini dia yang menolak Y/n mati-matian. "Kau sudah lebih baik?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.

Y/n mengangguk kecil. "Setelah menangis tadi aku jauh lebih baik."

"Kau... ternyata sangat mencintainya ya," gumam Renjun terbata.

Pria itu menaruh hairdryer yang sudah dimatikannya di tengah ranjang. Y/n mengubah posisi duduknya, kini dia ikut duduk di sisi ranjang dengan Renjun yang masih berada dibelakangnya, dia meraih tangan Renjun untuk memeluknya dari belakang sementara dia bersandar pada dada bidang pria itu.

Renjun sempat mengira Y/n akan menjawab dengan kebohongan lagi.

"Iya, aku mencintainya."

Ternyata jauh lebih baik Y/n berbicara bohong padanya. Meskipun pada akhirnya dia bisa mendengar isi hati wanita itu.

Dari pada mendengarnya langsung dari bibir ranum itu.

"Semua pengalaman pertama yang aku lakukan dalam hidupku, selalu ada dia." Tangan wanita itu memaikan jemari Renjun yang sejak tadi diam.

"Dia sudah menikah, kau lihat sendiri bagaimana tatapan dia yang sangat mencintai istrinya itu. Tidak ada tempat lagi untukmu."

Renjun tau omongannya memang terkesan pedas pada Y/n. Sedetik kemudian pun, dia menyesalinya karena sedikit terbawa emosi.

Grey Heart » Renjun X YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang