Chap 7 : Arjuna dan Kesendirian

124 13 5
                                    

Arjuna berlari dengan tergesa, meninggalkan Taraka yang berjuang menuntaskan hasratnya. Wajahnya panas membara, seolah darah akan menetes melalui pipinya yang sehalus sutra. Jantungnya bergemuruh, otaknya kacau hingga hampir runtuh. Arjuna tidaklah sebodoh itu untuk mengerti dengan apa yang terjadi. Memang sangat wajar seorang laki-laki merasakan hasrat liar, menggebu-gebu dengan rasa panas yang menggeliat, rasa haus yang tidak bisa dituntaskan hanya dengan minum setegak air, itu manusiawi. Namun, ia tidak pernah menyangka itu akan terjadi secepat ini.

Debaran jantungnya masih tidak mau berhenti. Juna duduk linglung diatas tangga, bayangan wajah kesakitan Taraka yang seolah dianiaya melayang di otaknya. Telinga nya seolah mendengar suara berat Taraka yang memintanya untuk keluar agar ia tidak melewati batas. Juna mengatur nafas, berusaha menormalkan degupan hebat yang enggan berhenti. Keringat dikeningnya berkumpul, jatuh membasahi bulu matanya yang tebal. Beberapa saat diam dan memejamkan mata, Juna akhirnya berdiri dan melangkah menuju kelas dengan kaki yang setengah lemas.

Juna tak fokus mengikuti pelajaran, matanya terlihat gelisah. Namun karna terbiasa bersikap tenang, tak ada yang menyadari jika Juna baru saja melewati badai yang hampir menenggelamkannya ke dasar samudera. Menggulung dan membelit dirinya seolah kapal kecil yang terjebak dilautan paling berbahaya didunia.

Hingga akhirnya, Taraka masuk kedalam kelas. Mengucapkan permisi pada guru, lalu duduk dibangku nya, disamping Arjuna. Wajahnya terlihat lelah dan layu. Ia tersenyum simpul pada Juna, namun senyumannya berbeda, tak selepas biasanya. Ada ketegangan yang mencuat, seolah menjadi papan penghalang tak terlihat yang membatasi antara dirinya dan Juna. 

Juna ingin bertanya, namun keadaannya juga belum baik-baik saja. Ia tak yakin dengan kata apa yang akan diucapkannya. Juna bodoh dalam merangkai kata, ia terbiasa menerima apapun yang diperlakukan padanya. Didiamkan, dihakimi, dimaki, bahkan dipukuli, Juna hanya akan diam, tak akan bertanya mengapa ia diperlakukan semena-mena. Menelan semua perlakuan yang dilemparkan padanya bulat-bulat hingga kerongkongannya tercekik dan ingin mati.

Bel pulang berdering nyaring, membangkitkan jiwa-jiwa yang lelah menjadi semangat. Masing-masing memberesi buku dan tas. Menunggu hormat pulang dan berlari keluar kelas.

Taraka selesai membereskan bukunya, ia berdiri dan keluar kelas tanpa sepatah kata. Meninggalkan Juna yang sedang menutup tasnya. Matanya tertunduk, dibalik tirai bulu matanya yang tebal, ada gejolak yang berteriak, meminta Taraka untuk menetap dan menemaninya dijalan pulang. Namun hal itu tak pernah tersampaikan, Taraka semakin jauh didepannya. Punggung tegap laki-laki itu semakin mengecil hingga akhirnya menghilang dari balik jendela kelas.

Juna bangkit, berjalan dalam diam meninggalkan kelas. Wajahnya sangat tenang, seolah tak terganggu dengan apapun. Bias matahari menyoroti wajahnya yang seputih salju, dengan cardigan biru muda yang membungkus dirinya, membuatnya terlihat seperti permata safir ditengah gurun pasir. Mengundang banyak mata untuk menatap, meski menyilaukan, namun sangat indah dipandang.

"Arjuna..."

Juna menoleh, ada Jihan yang berdiri dibelakangnya. Rambutnya tidak lagi dikuncir, tapi digerai dengan indah, pita berbentuk bunga sakura berwarna merah muda menambah kesan manis gadis itu.

Jihan menghampiri Juna, senyumnya cerah, namun masih terlihat malu-malu. Lesung pipinya membuat senyumnya terlihat begitu manis dan lugu. Cuping telinganya memerah saat melihat Juna tersenyum padanya.

"Mau pulang bareng, nggak? kamu naik bus kan?"

Juna berkedip ringan, senyumannya seperti matahari dimusim semi, menghangatkan dan melelehkan sisa kepingan es yang membekukan embun diujung daun.

"Aku mau kerja, ngga pernah pulang naik bus."

"Loh? trus kamu ketempat kerja nya jalan kaki?"

"Iya, tempatnya nggak jauh dari sekolah."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Naga Arjuna {Taeshan} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang