sek tunggu, emng klo kelamaan jomblo (in real life) dikira gay apa?
cok ini blm dpet jodoh aja😔
ada yg mau pcaran? hehehhe~~~
Malam harinya setelah makan malam bersama keluarga Lee, Jeno berencana untuk langsung pulang ke mansion keluarga Jung. Ten bersikeras menyuruh Jeno untuk menginap saja karena memang sudah malam, tapi Jeno bilang akan ada tamu penting yang berkunjung besok pagi.
Di sini lah ia, merebahkan badannya di atas kasur king size milik Mark, menunggu sopir pribadinya menjemput.
"Kamu beneran nggak mau nginep aja?" tanya Mark untuk kesekian kalinya.
Jeno mendengus sebal. "Dibilang besok ada tamu, mommy maunya gua udah di sana sebelum tamu dateng," jawabnya.
Mark yang tadi baru saja mengganti pakaiannya dengan kaos dan celana santai pun menoleh ke arah Jeno. Ia berjalan ke arah ranjangnya, lalu naik ke atas tubuh Jeno mengungkung kekasihnya tersebut.
Jeno yang melihat aksi Mark tersebut menatapnya dengan heran.
"Apa? Gua mau pulang, nggak usah macem-macem lo." Jeno mencoba menyingkirkan Mark.
Mark malah menggenggam kedua tangan Jeno, menahannya. "Sebentar lagi kita mau tunangan, loh," ujarnya dengan datar.
"Lepasin gua—"
"Latihan dari hal kecil, Lee Jeno." Mark memotong ucapan Jeno.
Jeno menatap Mark kesal. "Enak aja lo ganti marga orang!"
"Margaku juga bakal jadi marga kamu nantinya," ujar Mark. "Dan... pake aku-kamu, bukan gua-lo lagi."
"Suka-suka gua, lah—"
Satu tangan Mark membekap mulut Jeno begitu saja, membuat Jeno memperlihatkan ekspresi yang sangat kesal.
"Mau sampai kapan gini terus? Kamu udah harus mulai terbiasa," ucap Mark.
Jeno terus memberontak, tapi tak bisa dipungkiri bahwa tenaga Mark lebih kuat dari dirinya.
"Setuju?" tanya Mark masih membekap mulut Jeno.
Jeno tak mengangguk ataupun menggeleng, dia masih menatap Mark dengan kesal.
"Answer me, Lee Jeno."
Jeno pasrah, ia akhirnya menganggukkan kepalanya tanda setuju.
Mark tersenyum kecil, ia berbisik di telinga sang kekasih, "good boy." Lalu menjilat telinga itu sensual.
Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar. Mark yang lengah pun tubuhnya segera didorong oleh Jeno.
Pintu kamar langsung terbuka, terpampang lah Haechan dengan tampilan santainya.
"Jeno hyung, sopir udah nunggu di depan dari tadi," ujar Haechan.
Jeno bernapas lega, ia segera mengambil barang-barangnya dan berjalan ke ambang pintu.
Sebelum benar-benar meninggalkan kamar Mark, ia menoleh. "Gu— aku pergi dulu," ucapnya cepat lalu berlari keluar.
Mark yang mendengarnya tersenyum, menahan untuk tidak berlari dan memeluk kekasihnya tersebut.
Haechan mendengus, ia masuk ke kamar abangnya dan menutup pintunya.
"Ngapain? Sana balik ke kamar." Mark menatap Haechan heran.
Haechan mendekat ke Mark, ia lalu duduk di pinggir ranjang. "Gua mau ngomong sesuatu, hyung," ujarnya.
"Apa?" Mark ikut duduk di sebelah Haechan, menatap wajah adiknya tersebut.
"I like Jaemin," ujar Haechan balik menatap abangnya.
Mark memasang wajah bingungnya. "And then? Kenapa bilang ke gua? Lo confess lah ke Jaemin."
Haechan menghela napas. "Hyung, gua tau apa yang lo lakuin selama ini. Gua tau lo kenal Jaemin dan itu lebih dari sekedar kenal, kan," jelas Haechan.
Mark membelalakkan matanya kaget. Dia tau?
"Gua mau lo jujur, hyung," lanjut Haechan penuh penekanan.
Mark mengangguk pelan. Apa yang harus disembunyikan lagi? Adiknya sudah tau.
"Im sorry, bear," lirih Mark.
Haechan menggeleng, "gua nggak butuh minta maaf, hyung."
Mark menaikkan satu alisnya, bermaksud bertanya apa yang diinginkan adiknya tersebut.
"Gua mau lo sama Jeno hyung ngelepas Jaemin." Haechan memejamkan matanya sebentar sebelum melanjutkan ucapannya. "Lo sama Jeno hyung udah mau nikah, lo bisa serahin Jaemin ke gua," lanjutnya.
"Emang lo tau apa tentang latar belakang Jaemin?" tanya Mark setelah mendengar penjelasan Haechan.
"Gua tau dia yatim piatu, gua tau dia nggak kenal siapa orang tuanya, gua tau dia dari kecil dirawat sama nenek kakeknya, dan gua tau dia hidup sendiri," jawab Haechan panjang lebar.
Mark terdiam sejenak, memikirkan keputusan yang tepat.
Memang paling tepat melepaskan Jaemin dan menyerahkannya ke Haechan, adiknya ini bisa diandalkan. Tapi ia tak bisa begitu saja melepaskan Jaemin.
"Gua bakal ngelepasin Jaemin kalo lo berhasil menyandang status sebagai pacarnya," ujar Mark.
Haechan yang mendengar itu terlihat kebingungan. "Harus banget jadi pacar dulu?" tanyanya.
Mark mengangguk mantap. "Gua nggak mau kalo nanti nggak ada yang jaga Jaemin," jawab Mark.
Haechan berpikir sejenak, mungkin keputusan ini tidak buruk. Yang penting gua bisa dapetin Jaemin!
"Deal, hyung," ujar Haechan mengulurkan tangannya berniat berjabatan.
Mark tersenyum, ia membalas uluran tangan Haechan.
Dari sekian banyaknya orang, dia malah jatuh hati ke Jaemin. Batin Mark.
Mark menarik tangan Haechan kuat, membawa sang adik ke dalam pelukannya.
Haechan yang dipeluk pun membalas pelukan Mark tak kalah erat.
"Hyung trust me?" tanya Haechan.
Mark mengangguk. "I trust you, bear."
"But remember, this is our secret," ujar Mark sembari mengelus kepala Haechan.
Kali ini Haechan mengangguk.
Sebenarnya ada satu hal yang akan Mark ungkapkan ke Haechan. Tapi setelah dipikirkan, hal ini sepertinya tidak pantas untuk Mark mengungkapkannya.
Biarkan nanti Jaemin yang akan memutuskan harus mengungkapkannya ke Haechan atau tidak.
~~~
eh btw yg pnya tele mau tmenan sma gua? @JestliMrk
SEKALI LAGI WARNING!
INGAT! SEMUA TENTANG CERITA INI HANYA FIKSI! JANGAN BAWA" CERITA INI KE DUNIA NYATA!JANGAN LUPA COMMENT AND VOTE NYA BUB!
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIPLE NIGHT | Jaemin harem
Fiksi PenggemarAwalnya Na Jaemin hanya anak manis yatim piatu dan ia bekerja sebagai sugar baby untuk seorang pengusaha sukses, Mark Lee. Sampai suatu hari, hubungannya dengan Mark diketahui oleh Jung Jeno, seorang penyanyi terkenal sekaligus kekasih asli Mark. Ja...