Triiiiiinnnnggggg!
Masih dengan mata terpejam, Haechan meraba-raba tempat tidur itu hingga menemukan benda yang sangat berisik.
Jarinya menggeser layar begitu saja tanpa memperhatikan benda tersebut.
Belum sempat mulutnya terbuka, suara seseorang membuat matanya terbuka saat itu juga.
"Pagi, Jiaa sayang~"
Pandangan Haechan lalu beralih pada ponsel di tangannya dengan tautan alis.
JN? Jeno?
Ini ponsel milik Jia?
"Hey, kenapa diam saja?"
Tuut.
Haechan mematikan sambungan begitu saja. Hanya selang beberapa detik, ponsel kembali berdering.
Triiing!
Haechan lalu tersadar bahwa ada pergerakan di sebelah tangannya. Pandangannya lantas turun dan melihat seseorang yang tidur dengan posisi membelakanginya di lengannya. Dia tampaknya terusik dengan suara deringan ponsel yang berisik.
Sama sepertinya, dia meraba-raba tangannya di bawah bantal.
"Mana ponselku?" gumamnya, dengan mata setengah terpejam
Haechan mematikannya lagi. Namun benda itu kembali berdering.
Jia lalu tersadar bahwa benda itu ada dibelakangnya.
Sempat terkejut selama beberapa saat ketika pandangan mereka bertemu. Namun itu tak bertahan lama. Jia kembali merebut ponselnya dari tangan Haechan.
Haechan menganga kesal.
Jia berguling ke sisi tempat tidur membuat tangan Haechan kembali kosong. Menjawab panggilan tersebut dengan posisi tidur membelakanginya.
Lelah dan rasa kantuk masih tersisa. Iya, gara-gara oknum dibelakangnya itu yang mengganggunya. Serangannya semalam berhasil membuat tenaga dan jiwanya seakan terkuras.
"Ne, Oppa." jawabnya, serak khas bangun tidur.
"Kenapa me-rejeck panggilanku?"
"Ah, benarkah?" Jia melongok Haechan dari balik bahunya. Dia tidur dengan posisi tangan yang menyangga kepalanya, menghadapnya. Menatapnya dengan pandangan lurus.
Jia yakin kalau ini ulah Haechan.
"Eoh,"
"Maaf, aku masih tidur tadi. Mungkin ku kira alarm."
Suara disana terkekeh. "Ah, begitu... Nanti malam mau olaraga di tempat biasa bersamaku?"
Volume panggilan itu cukup keras. Tentu saja Haechan bisa mendengarnya.
"Ok——" Jia tersentak ketika ada tangan yang tiba-tiba melingkar di perutnya. Tak hanya itu, dia juga menciumi bahunya yang polos.
Jia sontak mendelik padanya untuk berhenti, tetapi malah diabaikan olehnya.
Sungguh, dia tidak seperti Haechan yang ia kenal.
Ia pikir semalam Haechan hanya khilaf saja, tapi kenapa dia masih seperti itu di pagi ini?
"Ada apa?"
"Tidak, ka-kakiku tersangkut selimut." Jia menahan nafas ketika bibir itu sudah sampai di ceruk leher nya.
"Hati-hati,"
"Ne—— Op-pa, aku, aku, akan ke kamar mandi dulu. Sampai nanti lagi, annyeong."
KAMU SEDANG MEMBACA
POISON [LEE HAECHAN]
FanfictionJia pikir Haechan tidak akan menyukainya karena dia hanya menganggap Jia sebagai adik kesayangannya saja. Jia yang sudah lelah menunggu berakhir menerima Jeno sebagai pacarnya. #Mature content ⚠️🔞 #Romance #Drama #Idol #Toxic #ReverseHarem :") S...