🐟 16 🦑

5.9K 709 29
                                    

Drian menepuk tangannya ketika melihat Zen telah meninggalkan ruang inapnya, ia baru saja dari toilet dan menemukan Arion mengusir Zen secara halus, belum lagi Gerald meninggalkan ke duanya karena urusan mendadak, bertambahlah alasan Zen untuk segera pergi dari sana.

"Bagus banget kelakuan manusia ini," sindir Drian.

"Iya dong." Yang disindir justru tidak merasa, bahkan dengan bangga membusungkan dada. Drian menatapnya datar, manusia yang tak lain adalah sahabatnya sekaligus ayahnya saat ini memang tidak peka tapi ia tidak menyangka Arion akan sebodoh ini mengartikan sindirannya.

Sudahlah, Drian malas berdebat.

"Btw, lu kayaknya tahu sebagian besar masa lalu Levan, kenapa lu gak cerita ke gue?" tanya Drian mengalihkan topik.

Arion berhenti membusungkan dada dan duduk di ranjang yang seharusnya Drian tempati sebagai pasien.

"Gue takut."

Singkat tapi Drian merasakannya, tutur kata Arion berubah, kali ini dirinya dianggap sebagai sahabat bukan anak.

"Kalau lu tahu nanti gue takut lu depresi."

Drian mengernyit, "Itu 'kan masa lalu Levan, meski ada sangkut pautnya sama gue sekarang tapi gue itu bukan Levan, gak mungkin gue depresi karena cerita orang 'kan?" balasnya.

Arion menatap Drian cukup lama sebelum menghela nafas.

"Dri?"

"Ya?"

"Lu tahu berita kecelakaan mobil yang menewaskan sepasang suami-istri dari keluarga terpandang, Naratama?" Arion memulai ceritanya.

"Maksud lu, Masnaka Naratama dan pasangannya, Juliana?" tanya Drian menebak, Arion mengangguk.

Berita itu sempat membuat geger kalangan pengusaha, tak hanya karena keluarga Naratama yang merupakan keluarga terpandang, namun juga Masnaka yang merupakan pemilik perusahaan properti Naratama. Saat itu seperti sedang masa suksesnya Masnaka dan publik tentu terkejut dengan berita kematiannya yang tiba-tiba.

"Tapi yakin itu 'kecelakaan'?" tanya Arion tiba-tiba, entah mengapa suasana berubah lebih serius.

"Masnaka yang lagi di masa puncaknya waktu itu mati menabrak pembatas jalan dan terjun bebas ke sungai— menurut lu itu kecelakaan? Gimana kalau seseorang mencoba bunuh dia? Secara dia 'kan pengusaha yang melejit, bisa aja ada yang iri—"

"Dengan kata lain, kecelakaan pasangan Naratama itu disengaja?" sela Drian. Ia telah menangkap sebagian besar apa yang dikatakan Arion.

Arion menatapnya dengan anggukan pelan.

"Anehnya CCTV jalan jembatan yang mereka lalui rusak di hari itu, meskipun polisi memastikan gak ada yang salah sama mobilnya tapi ada bekas tabrakan di body depan dan belakang mobil," imbuh Arion.

"Kalau body depan jelas karena nabrak pembatas jalan, tunggu— yang belakang?!"

"Ditabrak." Arion melanjutkan kata-katanya Drian.

"Tapi darimana lu tahu semua ini?"

"Nyogok polisi yang ternyata polisi itu juga disogok waktu kejadian kecelakaan itu, secara gak langsung gue dapat dua informasi sekaligus," jawab Arion seraya merebahkan tubuhnya.

"Lalu apa hubungannya pasangan Naratama dengan Levan? Siapa yang jadi dalang 'kecelakaan' itu?" Drian mulai penasaran, tidak mungkin sahabatnya ini membahas sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan Adrian Levan.

"Levan adalah putra tunggal pasangan itu ...." Arion menjeda kalimatnya, ia bangkit dari ranjang, tatapannya tertuju pada Drian yang melebarkan mata akibat terkejut.

My Best Friend is My DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang