Bab 03.

1.3K 48 2
                                    

Pranggg!!!

"Astaga!" pekik Giselle.

Tidak sengaja menjatuhkan gelas kopi yang sedang ia siapkan untuk suaminya.

"Ada apa?!" Jerry menghampiri istrinya dengan wajah panik.

"Tidak. Aku tidak sengaja menjatuhkan nya. Maaf ... aku akan membuat yang baru."

Saat Giselle hendak pergi, Jerry menahan tangan Giselle.

"Tidak perlu. Aku akan menyuruh pramugari untuk membuatkanya. Sekarang ayo, kita duduk," ajak Jerry menarik tangan istrinya dengan lembut.

Giselle pun mengikuti suaminya.

"Tiba-tiba aku kefikiran dengan Olive. Entah kenapa, aku merasa ada hal yang terjadi pada nya." Giselle mengatakan firasat buruk yang ia rasakan.

"Tenang, dia baik-baik saja. Kau hanya begitu merindukannya. Setengah jam lagi kita akan sampai, dan akan bertemu."

Saat ini Jerry dan Giselle berada di pesawat yang akan menju ke London. Mereka akan memberi surprise pada putrinya. Karena tadi pagi, Giselle berbohong mengatakan jika tidak bisa mengunjungi Olive.

Padahal, mereka sengaja mengelabuhi Olive. Arion mengetahui rencana Giselle dan Jerry. Tapi ia tidak memberitahukannya kepada sang adik.

***

Olive sampai di apartemen nya. Namun, ia masih duduk di belakang pintu apartemen, dengan memeluk kedua kakinya yang di tekuk.

Masih terngiang-ngiang lontaran kasar oleh Nathan untuk dirinya. Dia sungguh tidak mengerti. Kenapa dirinya harus menyukai orang seperti Nathan?

Kenapa hati nya begitu bodoh karena menyimpan perasaan untuk pria sejahat Nathan?

"Hnn ... hnnn ...."

Olive menangis mengasihani dirinya sendiri. Ia bahkan mencari kebenaran, apakah dirinya pernah berbuat kesalahan kepada Nathan, hingga Pria itu begitu membenci nya?

Terlarut dalam tangisan, Olive sampai tertidur sembari menunduk di belakang pintu.

***

Ting tong!

Bell pintu apartemen Olive berbunyi.

Gadis yang masih tidur sambil duduk itu menggeliat mendengar bell yang di tekan terus menerus.

"Sepertinya itu Kak Arion," ucap Olive.

Dia bangun dari duduknya, kemudian membuka pintu.

BIP!

Pintu berbunyi menandakan terbuka. Di detik berikutnya, Olive mematung di tempat.

"K-kau ...."

Ternyata yang datang bukanlah Arion. Melainkan Nathan.

Pria itu datang dengan wajah lunglai, mata sayu, dan juga merah.

"Ya, ini aku ...." Kata Nathan kemudian memeluk tubuh Olive.

Olive sedikit kaget dengan hal itu. Juga tubuh Nathan begitu berat. Ia menerka, jika pria itu mabuk.

"Nathan. Kau mabuk ... pergi dari sini." Olive berusaha menyadarkan Nathan.

Nathan menggelengkan kepalanya. Ia terus mendekap tubuh Olive.

"Tubuhmu berat ...." Olive mengeluh, karena Nathan sedikit menumpukan tubuh besarnya itu.

Akhirnya, Nathan melonggarkan pelukannya.

"Kepalaku pusing," ucap Nathan sambil memijat dahinya.

Olive berdecak kesal. Mau tidak mau ia perlu membantu Nathan dan membawanya masuk.

LOVE AND PASSION (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang