DUA PULUH EMPAT

36 13 65
                                    

Beberapa hari terus berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Beberapa hari terus berlalu. Hanny dan Jansen melalui hari mereka dengan terus bersama-sama, selama Hanny tidak pulang lewat dari pukul sembilan malam.

Lagi pula, Jansen selalu mengantar Hanny pulang tepat pukul tujuh malam, walaupun ia hanya mengantarnya sampai ke pangkalan ojek saja.

Sebenarnya, Nazar bukan mengizinkan hubungan mereka berdua. Ayah kandung Hanny itu hanya enggan untuk berbicara lagi setelah beliau memperingatkannya selama satu kali.

Tidak ... tidak ...! Beliau sudah pernah memperingatkan Hanny sebanyak dua kali. Jika Nazar sampai memperingatkan untuk yang ketiga kalinya, maka semua itu akan berakibat sangat fatal.

Setelah selesai kelas pagi, Hanny berencana untuk kembali keluar bersama dengan Jansen. Padahal, pria tidak ramah lingkungan itu sedang melaksanakan serangkaian proses skripsi. Tapi, ia sama sekali tidak terlihat terbebani ataupun terganggu dengan setiap keinginan kekasihnya.

Di tempat parkir, Hanny melihat Jansen yang sudah menunggunya. Pria itu tampak tersenyum hangat pada Hanny. Sedangkan Radja yang tadinya sedang berjalan bersama dengan Hanny, langsung berpamitan untuk pulang terlebih dahulu.

“Udah lama nunggunya?” tanya Hanny sesampainya ia di dekat Jansen.

Jansen tampak mengecup singkat kening Hanny sebelum ia menjawab. “Tidak terlalu lama.”

Mereka berdua saling melempar senyuman seraya masuk ke dalam mobil. Setelahnya, Jansen lantas melajukan mobilnya ke tempat yang akan mereka kunjungi hari ini.

“Kita mau nonton apa?” tanya Hanny lagi di dalam mobil.

“Avatar.”

Avatar, The Legend of Aang?” Hanny kembali bertanya yang disusul oleh gelengan kepala Jansen.

“Bukan. Itu serial di televisi.”

“Terus?”

Jansen melirik sekilas ke arah Hanny sembari tersenyum. “Nanti, kamu lihat saja.

Akhir Tahun 2009 memang sedang marak-maraknya film Avatar yang menceritakan tentang seorang marinir lumpuh yang dikirim ke bulan Pandora untuk menjalani misi khusus.

Jansen sendiri sangat menyukai film bertema fiksi ilmiah seperti itu. Sedangkan Hanny, film apa pun bisa ia tonton selain film horror. Bukan karena takut. Tapi, karena Hanny memiliki sedikit kelebihan pada indranya sehingga terkadang ia bisa melihat makhluk tak kasat mata.

Sesampainya di salah satu Mall yang berada di Kota Bandung, Jansen lantas mengajak Hanny ke lantai paling atas Mall tersebut.

Mereka berdua bergandengan tangan. Perhatian para pengunjung tidak terlalu terpusat kepada mereka karena Jansen tampak mengenakan masker hitamnya.

Biasanya, sebagian penduduk kota akan terlihat cukup heboh ketika mereka melihat warga asing. Untuk itu, Jansen selalu membawa masker ke mana pun agar membuatnya tetap nyaman beraktivitas.

SOULMATE : Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang