44

3.7K 388 37
                                    

⚠️ HANYA FIKSI ⚠️

TYPO 🙏
HAPPY READING...!!












Cio dengan sabar menunggu Chika yang masih mendapat tindakan dari Dokter. Cio tidak bisa duduk tenang, dia terus mondar mandir di depan pintu ruang IGD, pikirnya kenapa harus selama ini dokter memeriksa Chika. Cio terus melantunkan setiap do'a didalam hatinya. Waktu menunjukkan pukul 9 malam, sudah satu jam Chika berada didalam sana. Tidak ada seorang suster atau dokter yang keluar untuk menemuinya dan memberitahu keadaan Chika sekarang.
Cio terus mengatur nafasnya, dia sungguh khawatir akan keadaan dan juga keselamatan Chika. Bingung, itulah keadaan Cio saat ini, kenapa Chika bisa tiba-tiba drop sedangkan tadi siang dia terlihat sehat tidak ada tanda-tanda sakit.

CEKLEK pintu ruang IGD terbuka, terlihat seorang dokter wanita keluar dari ruangan itu.

"Dokter bagaimana kondisi anak saya?" Tanya Cio pada dokter.

"Bisa kita bicara diruangan saya Pak." Cio sedikit mengerutkan keningnya, kenapa dokter memintanya untuk berbicara diruangan. Apa sebenarnya yang terjadi pada Chika.

"Mari dok." Cio mengikuti dokter untuk sampai ke ruangannya.

***

Sementara itu di rumah Shani terus menangisi Chika, dia mencoba untuk menghubungi Cio, Shani misuh-misuh kenapa disaat urgent seperti ini bisa-bisanya Cio itu tidak bisa dihubungi. Shani terus menghubungi Cio, namun tetap sama ponselnya belum juga aktif.

"Bundaa." Panggil Christy yang berada di atas kasur.
Shani masih fokus pada ponselnya untuk menghubungi Cio.

"Bun...!!!" Panggil Christy lagi. Seperti orang yang tidak bisa mendengar, Shani menghiraukan panggilan Christy.

"Huwaaaaaaa kakaaaakkk, adek mau kakaaaakkk." Tangis Christy, dia terus mengingat Chika. Kalau ada Chika disini dia tidak akan merasa sendirian seperti sekarang.

"Adek, kenapa?" Tanya Shani, dia langsung menghampiri Christy yang menangis.

"Kakaaaakkk...!"

"Suuttsss sini sama bunda, adek ngantuk ya." Shani meraih tubuh Christy dan memangkunya. Ternyata bukan hanya dirinya yang khawatir pada Chika Christy pun demikian. Sifat egois dalam diri Shani terus menyelimuti, harusnya dia juga memikirkan kondisi Christy saat ini yang sudah pasti membutuhkan dirinya juga.

"Hiks hiks, Kakak bundaaaa..." Ucap Christy dalam dekapan Shani.

"Iya sayang, bunda juga khawatir sama kakak. Semoga Kakak gak papa ya." Tangan Shani terus mengusap punggung Christy.

"Kakak kenapa kaya gitu bunda hiksss hiksss, kakak sakit apa Bun?" Pertanyaan itu keluar dari mulut mungil Christy.

"Bunda juga ga tau sayang."Lirih Shani, seraya dia mengusap punggung Christy pandangan matanya lurus ke depan. Dia mengingat semua hal tentang Chika. Shani tidak pernah sama sekali membayangkan melihat Chika dalam keadaan seperti tadi.

"Adek mau susu?" Dibalas anggukan Christy, rupanya anak itu sudah mengantuk dan lelah juga karena banyak menangis.

"Bentar ya bunda bikinin dulu, adek tunggu disini." Ucap Shani, dia perlahan meletakkan Christy di atas kasur dan pergi ke dapur.
Setelah kepergian Shani, Christy perlahan turun dari kasurnya dia pergi ke kamar Chika.

"Kakak hikksss hiksss." Christy berlari menuju kasur Chika dan menjatuhkan dirinya disana.

"Adek kangen sama kakak hikksss hiksss. Kakak cepet pulang, adek mau bobo sama kakak disini. Adek mau peluk kakak hikksss hiksss." Tangis Christy sambil memeluk boneka beruang berwarna coklat kesayangan Chika.

SKIP pagi hari

Sejak tadi malam Chika sudah dipindahkan ke ruang rawat. Kondisi Chika sudah mulai membaik, setelah dokter selesai menangani Chika.
Cio sama sekali tidak istirahat, dia terus terjaga demi menemani Chika yang bisa saja sewaktu-waktu membutuhkan dirinya. Dia terus menatap Chika sendu, tangannya tak henti mengusap punggung tangan Chika. Chika masih terlelap karena efek obat yang dokter berikan.

"Cintanya ayah." Lirih Cio.

"Kakak ga pernah bikin ayah sedih tapi kenapa sekarang kakak malah bikin ayah sedih karena liat kondisi kamu yang kaya gini. Ayah ga tau harus gimana nanti, ayah harap kakak baik-baik aja. Kakak jangan takut ada ayah yang selalu nemenin Kakak kapanpun kamu butuh pasti ayah selalu ada." Lanjutnya.

"Eughh." Chika perlahan membuka matanya.

"Kak," panggil Cio pelan.

"Ayah, kakak dimana?" Tanya Chika, matanya masih menyesuaikan dengan cahaya sekitar.

"Kakak di rumah sakit sayang." Ucap Cio.

"Rumah sakit?"

"Iya kemarin Kakak pingsan, ayah bawa kesini sayang. Gimana kondisi kakak masih sakit?" Tanya Cio, dia terus mengusap kening Chika dan sekilas menciumnya.

"Kepalanya pusing yah." Ucap Chika sambil memegang pelipisnya.

"Nanti juga sembuh kak, dokter kan udah meriksa Kakak."
Chika melihat ke sekeliling ruangan.

"Bunda? Bunda mana yah?" Chika baru tersadar kalau disana tidak ada Shani.

"Bunda di rumah sama adek, kasian kalo adek diajak kesini. Dirumah juga ga ada siapa-siapa kan, ga bisa dititipin. Jadi kakak sama ayah dulu sekarang." Ucap Cio.

"Bundaaa." Mata Chika mulai berlinang air mata. Disaat seperti ini dia membutuhkan Shani disampingnya. Bukan berarti dia tidak ingin ditemani oleh Cio, tapi akan lebih tenang lagi jika Shani pun ada bersamanya. Bagaimana pun kondisi mereka kemarin yang sempat berdebat, itu tidak akan mengurangi kasih sayang Chika pada Shani.

"Suuttsss tenang dulu Kak, mending sekarang sarapan dulu ya. Ayah suapin." Ucap Cio dia segera mengambil sarapan untuk Chika.
Chika hanya menggelengkan kepalanya.

"Makan dulu Kak, sedikit aja. Abis itu minum obat." Ucap Cio.

"Kakak mau bunda yah hiks hiks."

"Ayah video call aja ya." Chika mengangguk pelan.
Cio mengeluarkan ponselnya dari saku celana, dia baru tersadar kalau ponselnya itu mati karena habis baterai. Cio hanya mendengus kesal dan merutuki kebodohannya, pasti Shani menghubungi dari semalam.

"Hp ayahnya lowbat kak." Ucap Cio sambil memperlihatkan ponsel di tangannya.

"Bundaa..."

"Nanti ayah telpon lagi bundanya ya. Kakak makan dulu sekarang." Ucap Cio, sambil mulai menyuapi Chika. Mau tidak mau Chika harus menerima suapan Cio. 

***

Dirumah, Shani sudah bersiap akan pergi ke rumah sakit. Kebetulan Bi Inah sudah kembali dari kampung halamannya sehingga dia bisa menitipkan Christy. Shani juga menyiapkan baju ganti untuk Chika karena kemarin Cio tidak sempat membawanya.

"Bi nitip adek ya, baru tidur tadi subuh. Semalem tidurnya ga nyenyak ngigo mulu kakaknya. Saya harus ke rumah sakit sekarang." Ucap Shani pada Bi Inah sambil memasukkan beberapa baju Chika ke dalam tas.

"Iya Bu, semoga non Chika cepet sembuh ya." Ucap Bi Inah,

"Aamiin, nanti tolong mandiin adek ya Bi. Kalo nanyain, Bibi telpon saya aja. Makasih ya Bi, saya mau berangkat dulu." Ucap Shani.

"Baik Bu," Bi Inah terus menatap kepergian Shani, dia tau betapa sayangnya Shani pada Chika. Apalagi Bi Inah sudah ikut mereka sejak dari awal Shani dan Cio menikah, jadi Bi Inah pun tau bagaimana perjuangan Shani dan Cio dulu sebelum kedatangan Chika ke dalam keluarga mereka.














Pendek ajalah ya, biar ngirit🤭
Makasih, makasiiiih banyak... banyak sama kalian❤️❤️❤️
Aku suka terharu kalo liat komen kalian, yang selalu ngasih aku semangat dan yang selalu nungguin cerita aku yang ga jelas ini🥺 ternyata bisa se-rame kaya sekarang, meskipun banyak banget kurangnya. Aku malu author lain mampir kesini, padahal cerita aku mah ga ada apa-apanya dibanding sama cerita mereka🥺 tapi makasih banget. Mohon bantuannya selalu 🙏
VOTE nya jangan lupa loh!!!
Makasih❤️

Hanya Milikku [Greshan+Ch2]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang