🖤 PRISON TLWOD: 9| KARMA 🖤

2.5K 182 33
                                    

Happy reading 🖤

     Lian tahu ada yang salah dengan dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Lian tahu ada yang salah dengan dirinya. Ia mendadak merasa tidak tenang. Sesuatu di dalam sana merasa sangat gelisah. Jauh di dalam lubuk hatinya yang terdalam sampai otak tidak bisa menerjemahkan.

     Menatap layar ponsel berkali-kali. Berharap ia melihat pesan atau panggilan masuk. Nyatanya nihil, layar ponselnya tetap berwarna hitam dan hanya ada logo jam di sana.

     Merasa semakin tidak beres, Lian memilih bangkit. Meraih segelas kopi dan menenggaknya hingga habis. Ia kembali menaruh gelas kopi di atas piring kecil hingga menimbulkan bunyi dentingan.

     Beralih ke dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan malam dipenuhi gemerlap lampu gedung-gedung tinggi. Jalanan juga cukup sibuk malam ini. Banyak kendaraan roda empat berlalu lalang di mana sorot lampu mereka saling bertubrukan.

     Lian melirik pendingin ruangan yang menyala. Alisnya bertaut melihat suhu yang tertera sudah cukup rendah dan harusnya mampu membuat ruangan terasa dingin. Lian justru merasa pengap. Menarik kasar simpul dasinya. Dasi yang biasa ia gunakan sekarang terasa seperti mencekiknya. Melempar asal jas mahalnya ke sofa. Membiarkan tubuh kekarnya hanya terlapisi kemeja putih dan celana hitam panjang.

     Nafas Lian terdengar memburu. Bertumpu pada sandaran sofa dan sedikit merilekskan tubuhnya. Sepertinya ia bekerja sedikit berlebihan. Hembusan nafas panjang keluar berharap rasa lelah ikut menghilang.

     Lian melihat ada pantulan samar dirinya di kaca gedung. Wajahnya tidak banyak berubah dari masa remaja. Akankah wajah ini membuat Nanda trauma nantinya? Apakah Nanda akan membenci wajahnya saat ingatan laki-laki manis itu kembali? Lian tertawa getir tak menyangka ia bisa setakut ini jika menyangkut Nanda.

     Lian mendial salah satu nomor yang tersimpan di kontaknya. Meletakkan layar ponselnya di telinga. Menunggu orang yang ia hubungi mengangkat panggilannya. Cukup lama, mungkin memang sedang sibuk mengurus beberapa permasalahan perusahaan yang muncul akhir-akhir ini.

     “Gimana di sana?” tanya Lian tanpa basa-basi saat telponnya diangkat.

     “Masih bisa gue urus, lo sendiri?”

     “Ada sedikit kemajuan, Nanda berhasil ingat beberapa memori.” Jawab Lian.

     “Bagus, satu langkah kemajuan rencana kita.”

     “Gua ngga tau ini termasuk bagus atau ngga,” Lian menghembuskan nafasnya lebih dulu sebelum kembali berbicara. “Yang dia inget cuma memori bareng Geo.”

     Keheningan menyapa sambungan telepon mereka sebentar. Sebelum di seberang tertawa kecil mencoba menghibur diri. “Mungkin besok giliran kita.”

     “Kalo bisa gua minta dia ngga usah inget memori sama kita dulu.” Lian bangkit dari posisi bersandar. Memasukkan tangan kirinya ke dalam saku celana. “Gua ngga mau bikin dia makin sakit gara-gara inget kita. Hidup bareng dan buat memori baru udah lebih dari cukup bagi gua.”

PRISON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang