Karena sejak semalaman nyatanya Seagul benar-benar tak kembali ke Mes, maka paginya Yuto membuat laporan tentang hilangnya Seagul ke pimpinan HRD pabrik tempatnya bekerja.
Namun entah mengapa kepala HRD perusahaannya itu seolah tak terlalu mempermasalahkan hal itu.
Mereka mengatakan akan melaporkan perkara itu ke kepolisian, namun Yuto seperti meragukannya.Sebenarnya yang tak Yuto ketahui bahwa malam setelah penculikan Seagul, seseorang datang ke kediaman sang pimpinan dengan membawa satu koper berisi uang senilai 100 juta Yen, dengan ancaman jangan berbuat apapun dengan kejadian ini, terlebih melaporkan ke kepolisian bahkan kedutaan besar Korea Selatan.
Para orang-orang yang diketahui adalah Mafia Jepang itu tentu tak segan-segan untuk menghancurkan perusahaannya bahkan membunuhnya dengan mudah jika perintahnya di langgar.
Maka di sinilah sekarang, dimana keadilan bagi seorang warga asing seperti Seagul hanya bagai mainan.Seagul masih dalam kondisi mengenaskan dengan tubuh terikat di kursi, bahkan kini untuk membuka matapun ia tak sanggup.
Pikirannya melayang kemana-mana, mulai dari pikirannya tentang Chaeyoung dan anaknya bahkan pikirannya tengang Yuto dan Kookie sekarang.
Jika ia akan terbunuh di sini, bagaimana nasib anak dan istrinya?
Dan Yuto saat ini pasti sedang bingung mencarinya.Tiba-tiba pintu ruangan terbuka menampilkan salah satu dari mereka membawa makanan untuknya.
Sementara yang lainnya berjaga di samping pintu.
Perlahan ikatan pada tubuhnya terbuka dan lagi-lagi Seagul hanya bisa tersungkur ke lantai."Makanlah bodoh, kau tak mungkin di biarkan mati sebelum pemimpinku yang akan menghabisimu secara langsung."
Setelah meletakkan nampan makanan itu di lantai, pria itu segera berbalik meninggalkan Seagul.
Namun seketika Seagul bangkit berdiri dan mencekik leher pria itu dengan lengannya.
Seagul mengerahkan sisa tenaganya yang tersiksa untuk kabur, namun sayangnya beberapa dari mereka kini datang untuk menyerang Seagul."BAJINGAN TAK TAHU DIRI...!!!"
BUAGH...!!!!
Seagul terhempas ke lantai saat salah satu dari mereka memukul keras tengkuknya.
Bahkan pria yang tadi di cekiknya kini menatap tajam dirinya yang sudah terkapar dan ikut menendang tubuhnya yang sudah kesakitan."Sialan..!!
Aku tak tahan lagi untuk segera menghabisi tikus sialan ini..!!" pekiknya bersiap merogoh pistol di saku celananya."Tahanlah..!!
Hanya Oyaji-san yang boleh mengeksekusinya..
Tinggalkan saja dia sekarang.."Akhirnya orang-orang itu pergi keluar ruangan meninggalkan Seagul kembali sendirian.
Selama seminggu berlalu, dengan tiba-tiba siang itu Jenderal Joong berkunjung kerumah Chaeyoung membawa kabar yang dipastikan dapat membuat wanita itu tak percaya.
"Chaeyoung, ada hal yang harus kau tau soal Seagul." ujar Jendral Joong Ki yang kini duduk berhadapan dengan Chaeyoung di ruang tamu.
"A.. Apakah kau bisa membawanya pulang, Oppa..??!!
Kapan dia akan kemari..??" pekik Chaeyoung antusias.Jendral Joong Ki awalnya terdiam dan menatap lekat mata hazel yang tampak lebih berbinar karena satu nama seorang pria, tersebut.
Dengan berat kini Jendral Joong Ki duduk mendekat di samping Chaeyoung, membuat Chaeyoung sedikit waspada dan ingin mengambil jarak.
Namun secepatnya Jendral Joong Ki menarik satu amplop dari saku jasnya dan menunjukan pada Chaeyoung."Berhenti untuk mencarinya lagi Chaeyoung, karena ia memilih pergi untuk meninggalkanmu.
Chaeyoung tersentak dan menatap bingung pria di hadapannya itu.
Dan tentu ia sama sekali tak terima dengan ucapan Jendral Joong Ki, karena ia yakin Seagul bukan orang yang seperti itu."Apa yang kau bicarakan Oppa.?
Seagul tak mungkin melakukan itu..!!
Dia begitu mencintaiku dan anak kami..!!" pekik Chaeyoung.Jendral Joong Ki membuka amplop tersebut dan mngeluarkan beberapa dokumen disana.
"Kau lihat ini..!!
Kau fikir selama sepekan berlalu aku tak mengunjungimu karena apa?
Karena aku mencari tahu kesana, dan pimpinan perusahaannya mengatakan bahwa ia pergi ke Jerman untuk pekerjaan barunya."Chaeyoung menatap nanar beberapa lembar kertas berisikan surat pengunduran diri perusahaan dan data-data diri Seagul.
Hatinya sakit namun begitu sulit mempercayai semua ucapan Jendral Joong Ki.
Cintanya yang begitu memuja pria itu membuatnya tak mampu berfikir jelek tentang suaminya."Dan kau lihat ini..?!
Hae Jin mengirimku bukti jadwal penerbangan atas nama Jeon Seagul ke Jerman, kemarin." ujar Jendral Joong Ki menyerahkan bukti rekapan tersebut.Dan semuanya memang benar atas nama Jeon Seagul.
Tapi mengapa?
Mengapa pria itu justru meninggalkannya?
Apakah memang ini alasannya untuk tak pulang ke Korea?
Dunia Chaeyoung seketika berhenti berputar, air matanya tak dapat ditahan lagi."Tidak.. Dia tidak mungkin begitu Oppaaaaa...." teriak Chaeyoung dengan tangisan yang pecah seketika.
Jendral Joong Ki diam menatap sendu wanita yang dicintainya itu.
Tentu hatinya pun terasa sakit mendengar tangis pilu Chaeyoung, meskipun ia tau bhawa air mata itu bukan untuknya.
Maka setelahnya Jendral Joong Ki segera menarik Chaeyoung dalam pelukannya."Maafkan aku Chaeyoung.." batin Jendral Joong Ki.
"Oppa, bagaimana hidupku selanjutnya tanpa dia.?!
Bagaimana dengan anakku nanti, Oppa...." tangisan Chaeyoung semakin meraung di pelukan Jendral Joong Ki."Aku akan selalu ada di sampingmu apapun yang terjadi.." jawab Jenderal Joong Ki dengan menggenggam erat tangan Chaeyoung.
Tuan Hyunbin datang karena mendengar suara keributan yang terjadi sejak tadi.
Dan ia begitu terkejut melihat Chaeyoung begitu terlihat kacau saat ini."Ada apa Nak, kenapa kau menangis.?" tanya Tuan Hyunbin.
Chaeyoung tak mampu menjawab, ia masih terdiam menangis mengatupkan kedua matanya rapat-rapat.
Dan terpaksa akhirnya Jendral Joong Ki meminta agar perawat Tuan Hyunbin mau mengantarkan Chaeyoung untuk beristirahat di kamar.
Seperginya Chaeyoung, kini Jendral Joong Ki kembali berbicara empat mata dengan Tuan Hyunbin."Jeon Seagul pergi meninggalkan Jepang untuk memulai pekerjaan barunya ke Jerman.
Dan dia sudah mengundurkan diri dari pekerjaannya yang sekarang." ujar Jendral Joong Ki to the pont."Apa.?!
Bagaimana bisa ia melakukan hal itu?
Bukankah harusnya ia tahu bahwa sebentar lagi anaknya akan lahir?" tanya Tuan Hyunbin."Aku pun tak tahu, Paman.
Kemarin aku sengaja kembali kesana dan mencarinya di tempat kerjanya yang lama.
Namun pimpinan perusahaannya sendiri yang memberitahukan perihal itu.
Dan mereka pun memberi bukti-bukti pengunduran diri Seagul."Tuan Hyunbin mengeram marah, niatnya untuk mulai luluh dan merestui Seagul kini terancam musnah.
Nyatanya Chaeyoung menangis tersedu karena pria itu.
Tuan Hyunbin tentu tau bagaimana perasaan Chaeyoung saat ini.
Bahkan ia tak sudi jika kelak cucunya lahir dengan membawa marga pria itu.Chaeyoung berbaring meringkuk di atas ranjang, tubuhnya lelah dan kepalanya terasa pening karena lelah menangis.
Ia sama sekali tak ingin mempercayai itu semua, namun bukti yang ia dapat begitu meyakinkan."Seagul.. Benarkah kau meninggalkanku?
Tapi mengapa..??
Apa salahku..??!!
Kau sudah berjanji akan kembali secepatnya.." lirih Chaeyoung sebelum akhirnya netranya terlelap ke alam mimpi.Bunga yang terbiasa mekar itu kini rapuh seolah melayu dan beberapa kelopaknya terjatuh terbawa angin dan tergeletak di telapak tangan Chaeyoung.
Bunga mawar biru seperti cinta yang hanya ada dalam dongeng.
Sebuah perasaan yang begitu istimewa dan sulit untuk diwujudkan dalam kenyataan.Guys untuk story yang ini, aku pengen tau dong tanggapan kalian gimana?
Karena sebenarnya chapter yang akan kubuat ini akan jadi chapter panjang.
Enaknya cerita ini di bikin dua sekuel atau di jadiin satu sekuel aja?
Aku minta kritik dan sarannya ya kalo kalian suka cerita ini. Thanks.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Legend Of Bakeneko
FantasyMereka ada didekatmu hingga kamu sulit menyadarinya.