Bagaimana Bisa?

3 0 0
                                    

"Waah, lucu sekali!"Seorang wanita berkacamata mengelus-elus tangan kecil seorang bayi perempuan.

 Rumah itu sedang ramai oleh tamu. Sepasang suami istri ini baru saja mengadakan aqiqah untuk anak kedua mereka. Anak perempuan yang dilahirkan pada 13 Januari atau lebih tepatnya seminggu yang lalu.

"Abi.." Tetiba saja seorang anak perempuan menghampiri ayahnya, Usianya sekitaran delapan tahun.

"Iya.., ada apa Iyya?" tanya abinya sembari mengusap kepalanya.

"Hei! ini pasti Ghaniyya" seorang lelaki paruh baya ikutan menyapa.

Anak yang dipanggil Iyya tadi menoleh, menatap laki laki berjenggot tipis itu, ... siapa?.

"Siapa nama adikmu Iyya?" lelaki berjenggot itu bertanya 

"Hamza"

<><><><><><><><><><><><>

Tiba-tiba saja bayi Hamza menangis, membuat dua ayah itu celingukan, mencari sumber suara, Ada apa?

"Ya Allah Alif ! main saja sama Abah ya..!" 

Wanita berkacamata tadi menggendong anaknya yang masih berumur satu tahun, di usia itu balita memang sedang aktif aktifnya bergerak. Alif kecil meronta, ia penasaran dengan bayi Hamza, ingin mencoba mengelus lembut seperti umanya, tapi malah ganti memukulnya, membuat Hamza menangis.

" Alif Aktif sekali ya"  ucap Abi Hamza.

Abah Alif tertawa mendengarnya, menyisir-nyisir jenggot tipisnya.

"Alif itu anak pertama, kau lebih berpengalaman! kau memiliki Iyya sebelum Hamza, sedangkan Alif mungkin akan menjadi anak tunggal"

Abah Alif berucap, tersenyum menatap Anak semata wayangnya yang mesih saja meronta di pangkuan umanya, Abi Hamza ikut tersenyum.

"Hamza juga akan jadi anak terakhir"

Dua ayah ini tahu bahwa Alif dan Hamza akan menjadi anak terakhir bagi mereka.

<><><><><><><><><><><><><>

"Aku tak membayangkan jika Alif akan menikah"

Abi Hamza melotot, menatap Abah alif yang tertawa renyah, Heh! bilang apa barusan?

"Astaghfirullahal'adzim! Alif saja belum sekolah!"

"ha..ha..biarkan saja aku bermimpi ! siapa tahu jodohnya adalah Hamza!"

Abah Alif mendelik kearah kawan baiknya yang kini tambah melotot.

"Didik dulu anakmu dengan benar! baru kuperbolehkan!"

Duo bapak itu saling menatap tajam, kemudian tertawa bersama, mereka memang sahabat baik.

<><><><><><><><><><><><>

Hari ini, empat belas tahun setelah hari itu, bayi Hamza pun sudah tumbuh menjadi seorang gadis remaja. semuanya telah berubah, postur tubuhnya, gaya bicaranya, tak pantaslah jika gadis itu disebut bayi Hamza (pengecualian untuk pipinya, sama saja! masih tembam).

"Assalamualaikum" Hamza mengucap salam sopan.

Perlahan-lahan ia membuka pintu kamar Abinya. takut mengganggu istirahatnya. Empat belas tahun lamanya, abi Hamza kini tak sebugar dirinya di masa lalu. Entah sudah berapa kali dirinya bolak-balik rumah sakit, hingga kini tubuhnya terkulai lemah diatas ranjang kasur.Mulutnya terus bergeming, mengigau entah mengucap apa. 

"Hh..., Hamza, Ha..za.., Hamz..zha" tetiba saja gemingan itu terdengar jelas.

"Eh? Abi bangun?" Hamza mendekat demi mendengar namanya yang dipanggil.

Mata abi kini terbuka, menatap sayu orang orang yang sedang mengelilinginya. Ada umi, kak Iyya, juga Hamza. sejenak bibir abi yang pucat menyungging senyum.

"Hamza abi bermimpi..." ucap abi lemah.

"kau disana.., mengenakan pakaian terindah yang pernah abi lihat"

"senyummu merekah, bagai gambaran iman yang selalu memenangkan emosinya"

"di samping mu, seseorang mendampingimu. Lelaki yang tangguh, sorot matanya menenangkan hati semua orang yang memandangnya, senyumnya seakan menerbitkan tawa disetiap kehidupanmu"

Abi Hamza menatap langit-langit, entah apa yang ia lihat di alam bawah sadarnya. Hingga ia kembali menutup mata sejenak, ganti menatap Hamza, anak keduanya sekaligus yang terakhir.

"Kau tau siapa laki-laki itu Hamza?" abi menyungging senyum.

Maupun Hamza, umi dan kak Iyya. Semuanya diam mendengarkan. kearah mana pembicaraan ini akan tertuju?

"Alif"

Sukses sudah nama itu membuat ketiga wanita disamping abi saling tatap. Siapa yang tak kenal dengan Alif? anak dari sahabat abi yang paling qorib? tunggu apa maksud dari semua perkataan tadi?

"Aku ingin melihat Hamzaku menikah" 

Krieet...., pintu kamar mendadak terbuka memperlihatkan lelaki dengan badan tegap memakai kacamata, tangan kanannya membawa kantong plastik bening. Bisa menebak? itu suami Iyya...

"Assalamualaikum, Abi... makan dulu, Alam bawa bubur"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alif HamzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang