40.

91 7 4
                                    

Dua hari Kay rawat inap di rumah sakit, sekarang waktunya Kay dan bayinya untuk pulang kerumah.

Azzam menggandeng tangan istrinya sambil berjalan ke resepsionis untuk meminta tanda tangan izin pulang, sementara putra mereka dibawa oleh Bunda Mira duluan ke mobil.

Saat Azzam sedang sibuk mengurusi berkas-berkas yang diperlukan. Kay tak sengaja melihat seseorang yang sepertinya ia kenal.

"Dia?" gumam Kay.

Kay memerhatikan orang tersebut yang tengah asik bermain bersama seorang anak perempuan.

"Sepertinya dia sangat bahagia, tidak sia-sia aku mengikhlaskan nya jika dia bahagia" lanjut Kay dalam hati.

"Kay?" panggil Azzam saat melihat istrinya itu melamun.

"Eh, iya Gus" wanita itu mengangguk saja ketika Azzam mengajaknya ke mobil. Yang dimana di dalamnya sudah ada Bunda Mira dan juga Azza.

Tak membutuhkan waktu yang lama, akhirnya mereka sampai di rumah Azzam. Kay mengambil nafas, lalu menghembuskan nya perlahan untuk mengontrol perasaannya.

Untuk sekian lamanya, Kay kembali menginjak kan kaki dirumah ini. Rumah yang dimana menjadi saksi bisu apa yang telah Kay lalui.

"Akhirnya kamu pulang" ucap Azza memeluk lengan Kay saat mereka sudah berdiri di hadapan pintu rumah.

"Alhamdulillah, Emang bener Allah itu maha adil" balas Kay tersenyum. Azza ikut tersenyum namun sesaat kemudian senyuman Azza memudar disertai air mata yang turun.

"Eh? Kenapa" panik Kay melihat Azza menangis.

"Gara-gara aku, kamu jadinya merasakan gimana rasanya masuk penjara" cicit Azza sembari menundukkan kepalanya. Kay tersenyum lalu memeluk gadis itu. "Kamu gak salah, za. Itu semua cuma ujian dari Allah"

"Iya, tapi coba aja aku cepet sadar mungkin kamu gaakan terlalu lama di sana"

Kay menghapus air mata Azza dan mencubit pelan pipi sahabatnya itu, "Bukan salah kamu za, lagian aku udah ikhlas menghadapi semuanya dan aku juga udah bebas, inget za orang-orang yang sabar adalah orang yang dicintai oleh Allah. Jadi Jangan nyalahin diri kamu sendiri, karena kamu gak salah"

"Iih sahabat aku yang dulunya bandel banget sekarang udah jadi bijak begini" jawab Azza gemas memeluk Kay.

Keduanya pun tertawa sambil berpelukan mengingat masa-masa saat mereka menjadi santri dulu.

"Yaudah, kamu istirahat. Baby Aran juga pasti mau sama Bundanya" ucap Azza sambil menguraikan pelukan mereka. Kay mengangguk kemudian masuk ke rumah dan pergi ke kamarnya, sementara Azza pamit pulang kerumahnya sendiri karena ia juga baru pulih saat bangun dari koma.

....

Di kamar, Kay memerhatikan wajah putranya yang sedang tertidur. Kay bersyukur saat ini masih bisa menghirup udara setelah perjuangannya melahirkan dan melihat betapa lucunya bayi yang telah ia lahirkan ke dunia.

Lama bergelut dengan keheningan Kay teringat koper yang ia tinggal saat dibuang ke bandung waktu itu, ia beringsut turun dari ranjang dan mengambil kopernya kemudian duduk di pinggir kasur. Kay membuka koper tersebut dan melihat apa saja yang ada di dalamnya.

Beruntung koper itu terpasang sandi dan siapapun tidak bisa membukanya kecuali Kay sendiri, koper ini berisi semua pemberian dari orang yang pernah ada di hidup Kay sebelum mereka pergi satu per satu.

Mulai dari sebuah kotak berukuran sedang, sudut bibir Kay terangkat melihat isinya. Hoodie cople pemberian Avin, gantungan kunci bertuliskan lautan ombak, Kay menatap lama gantungan kunci tersebut lalu Kay memasangnya ke resleting koper kemudian ia tersenyum.

"Kenapa Avin secepat itu pergi" gumam Kay, mengingat wajah sahabatnya yang bundanya bilang sudah pergi itu.

Kay beralih mengambil surat dari Avin, Kay kembali membukanya. Matanya memanas membaca isi surat tersebut,

Kay gak boleh sedih, harus selalu bahagia..
Kay cinta pertama Avin walau Avin mencintaimu karena tidak sengaja.

"Kay"

Kay kaget karena Azzam yang tiba-tiba masuk ke kamar, secepat mungkin Kay menghapus bekas air matanya yang jatuh.

"Kamu liatin apa?" tanya Azzam, mendudukan dirinya disamping Kay.

Azzam melihat isi kotak yang berisi hoodie cople, "Ini dari siapa?" tanyanya.

"Ini dari sahabat aku, buat kita" jawab Kay, diam-diam menyembunyikan surat tadi ke dalam saku bajunya.

"Sahabat kamu?"

"Iya, dari Diva hadiah pernikahan kita waktu itu. Aku lupa makanya baru aku buka sekarang" katakanlah Kay pembohong sekarang, tapi demi tidak terjadi kesalahpahaman lebih baik Kay berbohong.

"Bagus, taruh saja di lemari" ucap Azzam, menatap istrinya.

"Iya, Gus"

"Gus mau kemana? " tanya Kay melihat penampilan suaminya yang berbeda.

"Saya mau ke kantor sebentar, kamu dirumah sama Aran ya. Saya tidak akan lama" sebenarnya niat Azzam tadi emang untuk pamit tapi melihat istrinya yang melamun akhirnya mengobrol sebentar.

"Yasudah, hati-hati"

Kay menyalimi punggung tangan suaminya, dan Azzam yang menciun kening istrinya lalu mengucap salam dan pergi. Kay menghela nafasnya perlahan lalu merapikan hoodienya untuk ditaruh di lemari.

Kay kembali melihat isi koper, matanya menatap sebuah usg lalu Kay mengambilnya. Kay tersenyum tipis, itu adalah usg Aran saat masih berusia empat bulan dalam kandungan. Seketika Kay teringat dengan Farel, laki-laki baik hati yang ditemui Kay saat di bandung.

"Farel pasti seneng liat Aran, semoga aja ada kesempatan buat pertemukan mereka" Kay menyimpan foto usg itu ke dalam laci.

"Farel, bagaimana kabarnya" gumam Kay, beberapa bulan ini Kay tentunya tidak memegang handphone karena dia dalam penjara. Mungkin saja Farel selalu memberinya pesan, Kay juga mengambil handphone nya yang sudah lama tidak ia buka. Hp nya mati, Kay mencharger dan ternyata benar handphone nya kehabisan baterai.

Kembali ke koper, Kay mengeluarkan sebuah jaket. Jaket yang dulunya Kay pakai saat masih gadis dan berkeliling kota mengendarai motornya bersama para sahabatnya. "Jadi kangen" ucap Kay.

Kay melirik Aran, senyuman nya mengembang. "Nanti kalo kamu sudah besar, bunda kasih motor bunda dulu ke kamu" Kay terkekeh pelan setelah mengatakan itu, ia jadi kangen mengenang masa gadisnya yang sangat menyenangkan sebelum hidupnya berubah seperti sekarang.

Beberapa saat kemudian Kay membereskan kopernya dan menaruhnya ke tempat semula, Kay menghampiri putranya yang tidur ditengah kasur. Kay mengusap lembut pipi Aran, Bunda Mira dan ayah bilal langsung pulang ke rumahnya saat Kay sampai dirumah tadi dengan alasan membiarkan Kay beristirahat.

Kay membaringkan tubuhnya di samping Aran, tangannya tergerak merapihkan selimut putranya. "Tidur yang nyenyak sayang" kemudian Kay memejamkan matanya, ia juga butuh istirahat. Butuh waktu tidur yang cukup untuk mengembalikan energinya yang sudah terkuras seharian.


























Tbc.

Hallo guys, nih lanjutan kisah Kay ya
Pantengin terus disini!

Vote komen nya jangan lupa okey?

See you next part!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kay untuk Azzam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang