7

71 12 3
                                    

Sasuke terkejut, apalagi Ini. Dua insan itu serempak melotot, kemudian sama-sama mengerjap, lalu refleks mengambil jarak jauh-jauhan. Ino duduk di ujung sofa kanan sambil menatap lurus ke depan. Pun juga dengan Sasuke yang berposisi serupa di ujung sofa kiri. Mereka menciptakan keheningan yang mengerikan.

Demi Tuhan, Ino berani sumpah jika barusan adalah kali pertama bibirnya berciuman ... oh tidak! Bukan ciuman, tapi bersentuhan walau hanya beberapa detik saja. Untuk itu, Ino tercengang. Sasuke melirik Ino yang duduk kaku di ujung sofa.

Maka, Sasuke berdeham. la katakan, "Ino, gue janji. Gue akan bertanggung jawab."

Ino mengerjap part 2. la menoleh dan berucap, "Emangnya kalau gak sengaja touch-touch di bibir bisa hanmil?"

Sasuke kicep. Mereka berdua sama-sama menoleh, berpandangan jauh-jauhan. Karena bingung, meskipun Sasuke telah khatam mengenai pelajaran biologi bagian reproduksi, tetap saja Sasuke merasa perlu tanggung jawab. Bukankah karena berawal dari ciuman bisa berujung pada kehamilan? Hei,Mommy dan Daddynya seperti itu hingga Inami lahir sebagai bukti.

"Gue .." Sasuke menggantungkan ucapannya. Tak ada yang terpikirkan lagi selain kalimat, "Maaf, gue gak tahu lo mau nengok tadi."

Ino berdeham kikuk. "Ya, gue juga. Sorry,
harusnya gue gak nengok."

Mereka kaku bersama. Pandangan keduanya kembali ke depan. Jika Ino meremas-remas jarinya, mencurahkan kegugupan yang tiba-tiba datang. Maka berlainan dengan Sasuke yang mengusap-usap tengkuknya, ada sesuatu yang membuat bulu kuduk Sasuke meremang. Atmosfer yang menegangkan, memalukan, dan mendebarkan. Ya Tuhan, apa di sudut rumah ada Dewa Cupid yang tengah bersembunyi?

"Sasuke." Karena disebut namanya, Sasuke langsung menoleh.

Ino meringis. "Gue pulang, ya? Udah sore."

Sasuke bangkit. "Gue antar--"

"Gak usah, gue pulang naik taksi aja." Ino
memangkas, menolak dengan halus.

Percayalah, wajah keduanya sama-sama merah sejak tadi. Tapi sekali lagi, mereka sama-sama mengabaikan rona kemerahan di pipi.

Sasuke berucap, "Ino, gue yang bawa lo ke sini. Jadi, harus gue juga yang mulangin lo ke rumah."

"Tapi--"

"Tunggu sebentar, gue ganti baju dulu!" Sambil melesat cepat menuju kamarnya meninggal kan Ino yang menggigit bibir di ruang tamu.

Ino langsung memegangi dadanya saat melihat pintu kamar Sasuke tertutup dan tak ada siapa pun di sana. Lalu Ino menepuk-nepuk kedua pipinya dan mengibas-ibaskan tangan seolah kepanasan.

*****

Sasuke memilih kaos hitam polos dan celana training biasa sebagai pakaian gantinya. la menggantungkan seragam sekolahnya di balik pintu, lalu Sasuke menatap cermin sesaat. Melihat wajahnya yang sungguh ingin Sasuke sembunyikan di kantong keresek hitam bila ia bertatapan dengan Ino. Sasuke merasa malu, itu yang pertama dan kenapa harus terjadi secara tidak sengaja?

Well... rencananya Sasuke hanya akan berciuman dengan orang yang berstatus sebagai kekasihnya, lalu di kemudian hari menjadi istrinya, Sasuke bahkan sempat berjanji untuk tidak menyentuh wanita lebih dari gandengan tangan sebelum ia berani melamarnya. Tapi, gara-gara Ino, sekarang Sasuke merasa telah mengkhianati janjinya.

Sasuke mengusap wajah, ia berdeham dan kemudian menunjukkan diri di depan Ino untuk mengantarnya pulang.

"Mommy sama Daddy lo mana?" tanya Ino.

"Di kamar kayaknya."

"Mau pamitan."

Sasuke menoleh ke belakang, melirik-lirik pintu kamar orang tuanya yang memang terlihat dari tempatnya berdiri. Well, rumah Sasuke tidak besar, tidak kecil juga, bisa dibilang sederhana. Namun, kesannya seperti orang punya. Tapi bagi Ino.., tetap gubuk namanya.

SASUINO { As long as it's happy }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang