Sesampai di Jakarta, Daffa segera menuju rumah sakit tempat adik perempuannya itu di rawat. Daffa pun terkejut ketika Yuna di rawat di kamar VVIP, uang dari mana mereka membayar kamar inap tersebut.
"Yun..", seru Daffa saat melihat adik perempuannya itu sedang disuapi oleh Sovia dengan semangkuk bubur. Keduanya menoleh pada Daffa, dan tersenyum.
"Kamu kenapa? Kamu sakit apa? Kenapa ga bilang sama Aa kalau kamu sakit?", Daffa mengusap pucuk rambut adiknya.
"Hanya asam lambung dan kelelahan", Yuna menjawab lebih dulu sebelum Sovia mengatakan yang sebenarnya.
"Ya ampun Yun, makanya jangan terlalu keras kerjanya. Lihat kan jadi gini".
"Aa ga bilang sama mama kan?", tanya Yuna takut Daffa mengatakan dirinya dirawat kepada Sohwa, mama mereka.
"Engga", jawab Daffa singkat tapi itu cukup membuat hati Yuna lega.
"Kamu mau duduk Daffa", Sovia bangkit dan mempersilahkan Daffa duduk. Ia pun memberikan mangkok bubur itu pada Daffa agar Daffa yang menyuapi adiknya.
"Sebetulnya, besok aku akan pergi bekerja. Syukurlah kalau Daffa sudah ada. Aku pamit dulu ya", lanjut Sovia sambil mengemas barang bawaannya. Ia tadinya berniat menginap tapi melihat Daffa sudah datang, sepertinya Yuna kini akan dijaga oleh Daffa.
"Makasih ya mba", ucap Yuna pada Sovia.
"Makasih ya Sovia, maaf selalu merepotkanmu", Daffa sedikit membungkuk.
"Tidak apa-apa, aku merasa tidak direpotkan. Kalau begitu, aku permisi ya", ucap Sovia meninggalkan kedua adik kakak itu.
Daffa kini menatap Yuna tajam, tapi tangannya menyodorkan sesendok bubur untuk masuk ke mulut Yuna.
"Maaf A", ucap Yuna sambil menyambut sendok yang Daffa sondorkan.
"Aa tuh paling takut kamu kayak gini. Kamu tuh kenapa sih kalau ada apa-apa ga pernah terbuka. Kamu ga anggap Aa ada ya?", sontak ucapan Daffa membuat bubur yang dimulutnya menjadi sangat hambar, Yuna pun sontak menunduk.
"Bukan begitu A", suara Yuna sangat pelan terdengar di telinga Daffa.
Daffa membuang nafasnya kasar, Yuna masih sama seperti dulu. Ia tidak pernah mengekspresikan perasaannya. Yuna seperti itu sejak satu tahun setelah tinggal bersama Daffa dan Sohwa. Yuna adalah anak dari selingkuhan Bapak atau istri kedua bapak dari pernikahannya yang tidak diketahui. Sebelum Bapak meninggal, Bapak mengatakan itu pada Sohwa, dan mengamanatkan Sohwa untuk mengurus Yuna karena ibunya sudah meninggal saat Yuna berumur 3 tahun karena penyakit kanker paru-paru.
Meski berat, Sohwa membawa anak dari selingkuhan suaminya ke rumahnya. Saat itu Daffa berumur 9 tahun, tapi Daffa sudah mengerti akan hal ini. Itu bukan salah Yuna, tapi salah Bapak. Namun tetap saja sepertinya Sohwa tidak bisa menerima Yuna dengan sepenuh hati, lebih tepatnya ia membenci anak itu. Yuna selalu diacuhkan oleh Sohwa. Hal itu terus berlajut, hingga setelah satu tahun Yuna tinggal bersama Daffa dan Sohwa, gadis kecil itu berubah. Gadis yang periang itu kini menjadi lebih berhati-hati dalam bersikap. Yuna lebih sering mengamati saat ada perkumpulan keluarga.
Pandangan miring dari keluarga Sohwa pada Yuna membuat gadis itu tersudut. Namun berbeda dengan Sohwa dan keluarganya, Daffa benar-benar menyayangi Yuna. Yuna adalah adik yang sangat ia sayangi, bahkan Daffa selalu melindungi, dan menghibur Yuna saat Sohwa melampiaskan kekesalannya pada Yuna.
"Aa sayang sama Yuna, jangan sakit lagi ya", ungkapan Daffa membuat Yuna menitikkan air matanya saat menunduk.
"Yuna juga sayang sama Aa, maafin Yuna ya A. Yuna selalu buat aa khawatir sama Yuna, selalu buat Aa repot".
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Job
ЧиклитJuandra, pria yang merupakan lulusan psikologi berakhir memimpin unit bisnis keluarganya. Unit bisnis yang mengelola perencanaan event dan pernikahan. Saat memimpin bisnis tersebut, ia bertemu dengan karyawan yang pekerja keras bernama Yunara. Seiri...