Ruang kelas🔞.
Sedari malam kepalanya serasa sangat berat dan pusing. Pertengkaran malam itu terus berputar dalam pikirannya. Entah apa yang mereka bahas sampai semuanya berantakan.
Pagi ini ia cukup frustasi, tidak ada ucapan selamat pagi, tidak ada telpon saat sarapan, dan tidak ada berangkat bersama menuju sekolah.
Chat tak terbaca, telpon yang tak di angkat, apa yang harus ia lakukan saat ini?.
Sekarang hari Senin, lima menit lagi upacara akan dimulai. Ia beranjak dari duduknya di kursi kantin. Ia tak tau cara ini benar atau salah, ataupun tidak bisa menyelesaikan masalah mereka. Pikirannya tidak berjalan dengan emosi yang ia tahan dari semalam. Ia melajukan langkahnya, ia harus segera sampai ditempat yang ia tuju sebelum gadis itu pergi.
Sesampainya didalam kelas ia melihat gadis itu sedang bersiap-siap untuk mengikuti upacara bersama kedua temannya yang menunggu. Ia menghampiri gadisnya, menarik paksa lengan gadis itu ketika ia ingin keluar. " Aku mau ngomong." Tekannya, ia begitu emosi hingga tak sadar membuat kekasihnya merintih kesakitan.
" Eza!, gak usah kasar ya Lo." Ucap salah satu dari siswi yang menunggu.
" Gua gak ada urusan sama lo ya, Ren. Ini urusan gw sama Rachel." Ucap Eza dan menghempaskan tangan Irene ( atin ) yang ingin melepaskan tangannya.
" Tapi Lo gak usah kasar, Eza!!." Bentaknya ia tak tega melihat sahabatnya kesakitan seperti itu.
" Gw mohon kalian keluar, gw mau urusan gw selesai." Ucap Eza, ia tak mau memperpanjang masalah.
Irene ingin berucap kembali tapi sahabatnya Misya ( macha ) menahannya dan mengajaknya keluar.
Setelah pintu kelas tertutup, Eza melepas cengkraman tangannya mengusap lengan Rachel yang memerah karenanya.
" Maaf, tapi aku harus ngomong sama kamu." Ucapnya dengan lembut ia tak mau jika emosinya membuat kekasihnya akan bete.
" Nanti aja, bentar lagi upacara." Ucap Rachel begitu cuwek.
Eza mengangkat tubuh Rachel yang akan pergi. Menumpukan kedua tangannya dibawah bokong sintal milik kekasihnya dan menenggelamkan wajahnya diarea dada Rachel yang besar.
" Eza, turunin gak?." Pintanya sambil memukul-mukul bahu Eza.
Tak mengindahkan perkataan Rachel, Eza membuka satu kancing seragam dengan mulutnya.
" Eza, apaan sih ini di sekolah, Eza!." Rachel mulai panik jika pacarnya melakukan hal seperti ini dipastikan tidak akan bisa dihentikan. Apalagi saat ini mereka berada di area sekolah.
Eza menaruh tubuh Rachel diatas meja dan membuka beberapa kancing baju agar ia bisa memakan daging kesukaannya.
Rachel hanya pasrah, nafsu kekasihnya memang tak bisa ditebak. Dimana pun jika dia ingin maka dirinya harus bisa melayani.
" Enggh, Eza janganhh!!!." Rachel mengerang keras ketika Eza memasukkan tangannya diarea bawahnya.
Eza Sedikit mengangkat pinggul kekasihnya agar dengan mudah ia menarik rok gadis itu keatas. Ia mendorong tubuh Rachel agar sedikit terlentang di atas meja. Mulut yang masih sibuk diarea kesukaannya, tapi tangannya sibuk mengeluarkan kain tipis yang menghalangi jalannya.
Rachel tersentak ketika kain tipis pelindungnya sudah terlepas dari tubuhnya. " Eza, emhh jangan di sini." Ia hanya takut jika ada orang yang mendengar ataupun melihat mereka.
Eza mengangkat kepalanya, memberi beberapa kecupan dibibir yang menjadi candunya. " Gak usah khawatir sayang, aku udah nyuruh anak-anak buat jaga didepan kelas." Ucapnya.