Miyuki terbangun dengan tubuh yang hangat. Kehangatan itu tidak berasal dari tubuhnya sendiri, melainkan dari tubuh lain yang sedang memeluknya.
Gadis itu membuka mata, menemukan Renjun yang tidur sambil memeluknya dengan posesif.
"Ayo tidur sebentar lagi."
Ternyata Miyuki salah, lelaki itu sudah bangun lebih dulu darinya, hanya kelopak matanya saja yang tetap tertutup.
"Renjun.. aku mimpi.. "
Miyuki mendongak, menatap rahang tegas renjun yang membujur di depan matanya.
"Mimpi apa ??"
"Aku mimpi, kamu bilang kalau kamu akan pergi."
Renjun terdiam bahkan Miyuki tidak merasakan pergerakan nafasnya selama beberapa detik. Kedua kelopak mata Renjun terbuka. Menatap kedepan dengan pupil bergerak gelisah.
"I-itu cuma mimpi."
"Kamu ga akan ninggalin aku kan?? "
Renjun menelan ludahnya, dia tidak sanggup menunduk dan memandang wajah Miyuki. Yang bisa dia lakukan hanya menutup mata pura-pura tidur.
"Kalaupun kamu bosan dan nemuin cewek baru yang kamu suka, tolong kasih tau aku ya, aku akan siapin diriku sendiri buat pergi."
"Miyuki... " Renjun akhirnya menunduk. Dua bola mata indahnya berkilauan tertutup air mata yang dia tahan.
".... Jangan ngomong aneh-aneh. Aku ga akan cari cewek lain."
Miyuki menatap Renjun tidak yakin. Entah kenapa dia merasakan firasat buruk, dan apa yang dia dengar saat mabuk semalam bukanlah mimpi.
Sementara Renjun tidak mau Miyuki berpikir lebih jauh tentang itu. Dia mulai mengalihkan pembicaraan.
"Mau kencan ga pulang dari kampus ??"
Renjun memiliki kesibukan yang luar biasa di hari-hari terakhir kehidupannya di bumi. Lelaki itu memastikan semuanya berjalan dengan semestinya sebelum dia pergi termasuk memastikan Miyuki akan hidup dengan nyaman sendirian.Renjun telah memperbaiki kunci jendela balkonnya yang rusak agar Miyuki lebih aman, Renjun juga mengganti holder shower dan meletakkannya lebih rendah agar Miyuki lebih mudah meraihnya.
Satu hal lagi yang terpenting, Renjun telah mengganti nama kepemilikan apartemennya dengan nama Miyuki. Renjun harap gadis itu bisa hidup bahagia di apartemen yang dia tinggalkan.
"Hufff....Tinggal ini yang terakhir. "
Renjun menekan bell di rumah Jaemin. Dia berdiri selama 10 detik sampai pintu kayu di hadapannya terbuka.
"Hmm? Tumben kesini?" Itu adalah kata sambutan dari Jaemin.
"Yah.. itu artinya aku punya urusan yang penting. " Kata Renjun.
Jaemin mempersilahkannya masuk, seperti biasa lelaki itu selalu menawarkan minum pada Renjun tapi Renjun menolak.
"Kamu tau kan soal kontrakku yang mau habis ??"
Jaemin mengangguk, dia duduk di sofa sambil menyilangkan kaki.
"Dan aku punya pengganti yang masih sangat muda."
"Aku tau, aku udah ketemu dia kemarin."
"Nah.. bagus. Aku mau nitipin dia disini."
Jaemin mengerutkan dahinya. Wajahnya tampak keheranan.
"Kenapa? Bukannya apartemenmu bakal kosong besok ??"
Renjun menggeleng, lelaki itu meraih salah satu bantal sofa lalu memangkunya.
"Miyuki bakal tinggal disana, dan aku ga mau ada laki-laki lain yang tinggal sama dia."
'aaaahhh...'
Jaemin mengangguk mengerti. Jaemin sebenarnya tidak masalah kalau bocah itu tinggal di rumahnya, lelaki itu hanya penasaran akan hal lain.
"Kamu sudah bilang ke Miyuki ???"
Tatapan Renjun mengarah kebawah beriringan dengan gelengan kepalanya.
"Aku ga bisa."
Jaemin tersenyum tipis.
"Itulah kenapa aku selalu bilang, jangan jatuh cinta sama manusia. Aku ga mau apa yang di alami Jeno juga di alami teman-temanku yang lain."
Ya, Renjun tau itu. Tapi perasaan itu bukan sesuatu yang bisa dia kendalikan.
"Tapi aku cuma dewa bumi, aku yakin soal perasaan manusia kamu sebagai cupid pasti lebih paham. "
Jaemin benar, dia harusnya mengerti itu lebih baik dari siapapun. Tapi nyatanya Renjun telah lalai mengendalikan perasaannya sendiri.
"Aku sudah berani ambil resiko buat jatuh cinta, jadi sekarang aku akan menanggung sendiri sakitnya perpisahan."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Legendary Virgin | Huang Renjun
FanfictionSetiap manusia di muka bumi ini pasti memiliki pasangan. Tapi tidak semua orang bisa menemukan jodoh dengan mudah. Dan mencari jodoh untuk Fujinaga Miyuki sang gadis berjulukan perawan legendaris menjadi tugas terberat Huang Renjun selama kontrak h...