Selesai kerja Fiore menginap di kamar kecil yang ada di minimarket, pemiliknya memperbolehkannya tidur di sana karena merasa kasihan. Selesai shift jam satu atau dua pagi, Fiore akan kerepotan kalau pulang karena letak kampus dekat minimarket. Selain itu menganggap Fiore sebagai pekerja yang rajin dan patuh, tahu diri untuk membantu bersih-bersih bahkan tanpa diperintah. Pegawai lain pun tidak ada yang mempermasalahkan itu. Hubungan Fiore dengan teman-teman kerjanya yang lain sangat baik. Tak jarang mereka berbagi makanan dan minuman dan sering mengobrol kala senggang. Dua pegawai lain berjenis kelamin laki-laki yang seumuran dengannya.
Pukul sembilan Fiore membawa motornya ke kampus. Ada kelas di jam sepuluh. Sebelum itu ia ingin ke pespustakaan. Susah payah mendapatkan bea siswa di kampus ini, Fiore akan melakukan semua hal untuk bisa lulus dan menjadi sarjana. Termasuk dengan berhemat uang, menjadi bulan-bulanan Diorna, dan banyak lagi. Cita-citanya menjadi sarjana, mencari pekerjaan yang bagus, dengan begitu bisa menjadi wali untuk adiknya. Tiba di parkiran, cuaca yang mendung sedari pagi kini menimbulkan hujan. Fiore terburu-buru menyimpan helm ke dalam motor dan bergegas ke bangunan terdekat untuk berteduh.
Ia mendesah, mengusap air yang membasahi jaketnya. Mengedarkan pandangan ke sekeliling dan menyadari tidak ada orang lain di seketiranya. Bangunan tempatnya berteduh tergolong tua, dan banyak mahasiswa lebih senang menghabiskan waktu di bangunan baru yang lebih modern dan lengkap. Fiore mengulurkan tangan ke air hujan yang turun makin deras, memikirkan cara untuk pergi ke perpustakaan. Teringat lorong di samping bangunan yang jarang dilewati orang tapi merupakan jalan yang terdekat. Ia beranjak meninggalkan tempatnya berdiri, mencengkeram jaket untuk menutupi kemejanya lebih erat.
Benar dugaannya, lorong sepi dan penerangan pun minim. Ditambah hujan membuat suasan sedikit temaram. Fiore melangkah lebih cepat dan terhenti saat melihat sesuatu di cerukan lorong yang menghadap ke taman. Ia terbelalak, menatap sepasang laki-laki dan perempuan yang bergulat lidah dengan penuh nafsu. Sebenarnya ia tidak peduli dengan urusan orang lain, di bagian kampus lain banyak pasangan seperti ini tapi masalahnya adalah Fiore mengenali si perempuan yang sedang mencum laki-laki dengan penuh hasrat. Menghela napas panjang, Fiore berdehem keras.
"Anne?"
Tegurannya membuat pasangan itu terlonjak dan memisahkan diri. Anne terkesiap, menatap Fiore yang berdiri heran dengan salah tingkah, merapikan rambutnya yang acak-acakan karena ulah si laki-laki yang suka mencengkeram rambut saat berciuman.
"Fiore, tumben lo lewat sini?"
Fiore menggeleng, menunjuk pada pemuda tampan berpenampilan rapi yang kini berkacang pinggang di samping Anne. Pose pemuda itu terlihat sangat menantang, seolah ingin mengatakan pada Fiore kalau terganggu.
"Siapa dia?"
Anne tersenyum tipis. "Namanya Ardan, dan dia itu—"
"Anak fakultas hukum yang terkenal playboy, si Ardan itu?"
"Hei, ngomong apa lo?" bentak Ardan. Melambaikan tangan pada Fiore dengan gerakan mengusir. Wajah tampan, rambut kelimis, dengan wangi yang menusuk hidung menguar dari tubuhnya. "Sana pergi! Ganggu aja lo!"
Menggeleng bingung, pandangan Fiore menatap Anne lekat-lekat. Tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bagaimana bisa Anne selingkuh? Rexton memperlakukannya dengan sangat baik.
"Anne, bisa-bisanya lo? Gimana Rexton?"
Anne maju, menyambar lengan Fiore dan menyeretnya pergi. "Daah, honey. Aku ke kelas dulu, ketemu lagi nanti!" Melambai dan berpamitan pada Ardan sambil mengapit Fiore.
Langkah mereka menciptakan riak di antara genangan, hujan belum juga berhenti dan rasa dingin merembes ke hati Fiore karena perbuatan sahabatnya. Ia masih tidak mengerti kenapa Anne berselingkuh dengan laki-laki macam Ardan yang jelas-jelas seorang playboy? Tiba di dekat perpustakaan, Anne melepaskan cengkeramannya dan mendorong bahu Fiore dengan sedikit keras.