Semangat Pagi

4 1 0
                                    

Bel sekolah berbunyi pukul 7.30, tapi satu jam sebelumnya, So Young sudah duduk di kelas, kursi paling depan. Biar apa? Biarin.

Kim So Young lengkapnya. Anjay, di Korea kah kita? Tydack. So Young ini ga ada Korea-Koreanya samsek. Emaknya lah yang ngasih nama, suka Korea dia. Meski namanya tidak merepresentasikan ras gadis ini, So Young tetap menggunakan nama aslinya dengan bangga. Ia sayang almarhumah mamanya meskipun ga pernah bertemu. Beliau meninggal waktu melahirkan So Young. 

Selain mamanya, ayahnya juga sudah wafat waktu dia kelas 10 mau naik kelas 11. Yep, So Young adalah anak yatim piatu. Ia punya abang, Hazama namanya. Hazama ini ga ada Jepang-Jepangnya samsek. Bapaknya lah yang ngasih nama, suka Jepang dia. Meski namanya tidak merepresentasikan ras pria ini, Hazama tetap menggunakan- anjir templet banget wkwkwk.

Meskipun punya abang, So Young tinggal sendiri karena Hazama, biasa dipanggil Bang Ama, kerja di luar kota. Kerja sebagai apa? Sebenernya So Young udah pernah nanya dan udah pernah dijawab, tapi dia lupa. Memang remaja jompo. 

Karena tinggal sendirian inilah So Young memilih berangkat ke sekolah aja. Dia cuma sarapan pake martabak sisa kemarin malem. Ga sempet masak. Ga bisa juga. Sampe sekolah ngapain? Main, dong. Pake Wi-Fi sekolah, hehe...

"Ayo cepat masuk! Ibuku sudah menunggu!" Beuh, imut bener suara karakter utamanya. Cewe cantik, suara kawaii, badan bohay. Biasalah, buat ngegaet gamers yang mayoritas cowo. Tapi ada juga cewe yang kegaet, So Young contohnya.

Elizabeth adalah nama si karakter sekaligus judul game itu. Game survival horor ini masih demo, gratis, makannya So Young coba. Kalo suka, tinggal beli versi full-nya. Uangnya dari mana? Of course dari Abanganda Ama. 

So Young lebih prefer main game horor tapi solo daripada game PVP (player vs player). Kenapa? Kena mental dia. Diledek lawan sih ga masalah. Tim sendiri? Haduh, haduh. Kalo ga ada Bang Ama yang nemenin mabar, mending main Pou, dah!

Biasanya awal-awal gini sih masih santai, belum ada setannya, belum ada jumpscare

KRIETTT

"Ayam!" latah So Young gegara denger suara pintu kebuka. Kaget dia ada orang masuk. Dia langsung ngecek jam dari HP-nya, 06.40. 

So Young mem-pause gamenya dan menatap "orang kerajinan mana yang dateng setengah tujuh?" itu, seakan lupa kalo dia dateng lebih pagi. 

"Rajin amat," ucapnya ga tau diri pada seorang gadis berhoodie biru yang kupluknya dipasang. 

Selain kerajinan, So Young juga terbesit hal lain waktu ngeliat itu cewek, "Putih bat, anjir."

"Haha, kamu lebih rajin, tauk!" jawab cewek itu sambil ketawa karir. 

Dari sekian banyak kursi kosong, gadis itu menghampiri So Young dan menunjuk kursi di sebelahnya. 

"Ini kosong, ga?" tanyanya. 

"Kosong, kosong," jawab So Young sambil manggut-manggut. 

So Young ngeliatin cewek itu duduk dan ngegantungin tas selempangnya ke kursi. Waktu si cewek buka kupluk, mata So Young fokus ke rambut gadis itu. Ga cuma kulitnya yang putih, rambutnya juga putih. Pirang sih, tapi kayak putih dikasih kuning dikiiit...

Gadis itu ngeluarin rambut panjangnya yang ngumpet di dalam hoodie. Mak jreng! Pirang ombre ijo!

"Ih! Cantik banget!" puji So Young spontan. Dia merasa menemukan makhluk sespesiesnya karena rambutnya juga diombre, item-oren. 

"Haha, makasih! Kamu juga cantik tau," balasnya. 

So Young itu agak kureng lah kalo dipuji, apalagi sama cowok. Tapi kalo sama cewek, beh, salting brutal!

"Ihihihihi... makasih, hihihihii.... Bisa aja, hihihihii..." Nah kan, saltingnya jadi kuntilanak. 

Cewek itu menatap So Young dengan tatapan "nape lu?". Dan untuk menghentikan So Young yang macam kerasukan itu, gadis itu pun mencoba berkenalan. 

"Aku Hana BTW," Hana menyodorkan tangannya. 

So Young menjabat tangan Hana sambil menyebutkan namanya, "So Young~". Tak lupa ia memberikan senyum lebar ala-ala artis iklan odol. 

"So Young? Kamu Korea?" tanyanya yang sudah terprediksi oleh BMKG. Ga deng, cuma So Young. 

"Bukan. Mama aku yang ngasih nama. Suka Korea dia," jelas So Young yang dibalas, "Hoalah..." oleh Hana. 

Udah itu aja. Mereka langsung sibuk sama HP masing-masing. Tapi, So Young ga bisa ga notice poni panjang Hana yang nanggung. Nanggung di sini maksudnya ngalangin mata, tapi ga bisa dikaitin ke kuping. 

"Mau jepitan, ga?" tawar So Young dengan tempo yang agak lambat. Takut ditolak, tapi juga biar jelas, ga pake "Hah?".

Hana menatap So Young dengan tatapan, "Ada, kah?". So Young yang langsung paham pun merogoh jepitan yang dimaksud dari dalam tasnya, jepitan biru yang dia beli tapi ga pernah dipake karena poninya entah kenapa kebentuk sendiri nyerong kanan. 

So Young memegang jepitan itu dengan dua jari, telunjuk dan jempol. Kesannya emang kaya jijik, tapi muka polosnya membatalkan persepsi itu. 

Hana belum ngambil jepitannya, tapi So Young udah ngasih saran, "Dijepit ke belakang aja."

Hana ngedip-ngedip ga paham. Otaknya mencoba memikirkan model rambut yang dimaksud. 

"Gini," So Young langsung ngangkat poni Hana ke belakang dan ngejepit rambut di bagian ubun-ubun. Sekarang, dia jadi bisa ngeliat muka Hana dengan jelas. 

"Kamu cantik banget!" puji So Young mengagumi wajah Hana. Bentuk mata Hana tajam dan berwarna ungu. Tipikal yang kalo bengong dikira judes. 

Hana yang salting pun ketawa sambil menutup mulutnya, "Kamu juga cantik, tau!" 

"Ihihihihi... Makasih, hihihihihi..."

Dan So Young kembali kerasukan kuntilanak. 



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ara AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang