-13- Alun-alun Sidoarjo

9 3 0
                                    

Gemerlap kota Sidoarjo begitu indah di mata Alessa, tadi sepulang sekolah Yoga mengajaknya untuk pergi ke alun-alun kota setelah apa yang dialami Alessa di sekolah, cowok itu harap Alessa bisa melupakan kejadian itu dan kembali ceria seperti biasa.

"Mau apa?" Tanya yoga melihat sekitar Alun-alun, ada banyak sekali pedagang disana.

"H-hah? Gapapa kak gausah"

"Gausah malu-malu, bilang aja apa yang kamu mau"

Sial, sikap Yoga yang seperti ini membuat gadis itu seperti cacing kepanasan.

"Sini," Tanpa aba-aba, Yoga merangkul bahu Alessa. Gadis itu tercekat di tempat, kondisi jantungnya benar-benar sudah diujung tanduk.

"Sialan ni cowok, hobi banget bikin jantung anak orang berhenti." Batin Alessa ketika jaraknya dengan Yoga hanya sejengkal saja bila dihitung.

"Duduk disana mau?" Tanya cowok itu sekali lagi ketika melihat salah satu tempat duduk yang kosong.

"Boleh," Jawab Alessa menuruti kemauan Yoga, kakinya juga sudah lumayan lelah setelah berputar mengelilingi Alun-alun.

Hening, setelah duduk tidak ada yang memulai pembicaraan diantara mereka. Sesekali, Alessa melirik ke arah cowok itu. Memang, Yoga memiliki pesona yang luar biasa. Kulitnya yang sedikit sawo matang, model rambut undercut, hidungnya yang sedikit mancung, hampir sempurna.

"Ada apa?" Tanya cowok itu saat menyadari Alessa hanya melamun tapi sesekali melirik ke arahnya.

"H-hah?" Jawab Alessa setelah sadar dari lamunannya, "A-anu, gapapa kak" Alessa merutuki tingkah bodohnya itu, jujur sangat sulit untuk menahan salah tingkahnya dalam kondisi seperti ini.

Yoga hanya menggeleng pelan melihat tingkah Alessa, lucu juga.

"Ayah tangkep adek ya! Adek mau turun"

"Iya sayang! Ayo, nanti ayah tangkep"

Mata Alessa tertuju pada pemandangan seorang anak yang sedang bermain dengan ayahnya. Gadis itu tersenyum tipis, namun kedua matanya itu sebisa mungkin untuk tidak mengeluarkan air mata. Dari Alessa kecil, tidak pernah ia rasakan bermain dengan cinta pertamanya. Kedua orang tuanya selalu sibuk, mungkin hanya terhitung beberapa kali Alessa dapat merasakan orang tuanya lengkap dalam satu rumah. Padahal sebelum Alessa memutuskan pindah ke Sidoarjo, gadis itu mengira orang tuanya akan lengkap. Namun kenyataannya sama saja seperti di Jakarta.

"Alessa? Kenapa nangis? Ada apa hei?" Melihat Alessa meneteskan air mata, tentu Yoga tidak bisa diam saja. Bahkan cowok itu sudah terlihat panik melihat Alessa menangis tiba-tiba.

Alessa hanya tertawa pelan sambil mengusap air matanya, "Aku terharu aja liat anak kecil main sama ayahnya"

Seolah paham dengan perasaan Alessa, cowok itu memegang pergelangan tangan Alessa. "Kenapa? Ga pernah kaya gitu sama ayah?"

"Orang tuaku lengkap, tapi mereka jarang punya waktu buat aku. Kerja kerja dan kerja, itu yang lebih penting buat mereka"

"Kamu ga sendiri, kamu masih punya temen baik yang selalu ada buat kamu, dan kamu juga masih punya aku,"

Deg.

Perasaan macam apa ini, kenapa jantung Alessa kembali berdetak tidak karuan mendengar perkataan cowok itu. Tidak tidak, Alessa tidak boleh baper hanya karena perkataan manis, karena dulu rasa sakitnya juga berawal dari perkataan yang begitu manis.

"M-makasih"

"Nih," Yoga menyodorkan air mineral untuk Alessa, berharap dengan itu Alessa bisa kembali tenang.

Gadis itu hanya menerima tanpa mengucapkan sepatah katapun, dia sudah kehabisan stok pembicaraan karena jantungnya seperti kuda yang sedang berlarian.

~~~~

"Thanks buat hari ini ya Kak. Maaf juga ngerepotin, padahal kamu belum sempet istirahat" Alessa melepas Helmnya, lalu memberikannya kepada Yoga. Gadis itu juga tidak lupa berterimakasih karena hari ini Yoga membuat perasaannya sedikit membaik setelah kejadian tadi siang di SMA Antartika.

"Sama-sama, nggak ngerepotin sama sekali kok. Yang penting kamu seneng" Jawab cowok itu, pertama kalinya seorang Prayoga Aditama tersenyum dengan sangat manis di hadapan perempuan, dan perempuan itu adalah Alessa.

"Aku masuk dulu ya, takut dicariin hehe"

"Iya, aku juga mau pulang. Semangat cantik!" Malam itu, perkataan Yoga berhasil membuat jantung Alessa loncat dari tempatnya.

****

"

Kak yoga!" Panggil Alessa ketika melihat Yoga sedang berjalan di koridor kelas.

"Iya?" Yoga menoleh.

"B-buat kakak" Alessa menyodorkan sebuah paper bag berwarna biru kepada cowok itu.

"Apa ini?" Yoga melihat isi paper bag tersebut, di dalamnya ada jaket miliknya dan juga sebuah kotak bekal.

"Jaket kamu yang kemarin, terus aku juga buatin makanan buat kamu. Dimakan ya kak, maaf kalau ga nyaman"

Cowok itu tersenyum. "Kenapa dibalikin? Kan udah aku bilang jaketnya buat kamu aja"

"A-anu, aku jarang pake jaket kaya gitu, maaf ya kak"

Yoga hanya membalas dengan anggukan. "It's ok, ini emang jaket cowok. Makasih ya" Cowok itu mengusap rambut Alessa, membuat jantungnya ingin berhenti ditempat.

Cowok itu melangkah maju mendekati Alessa. Tidak tidak, ada apa ini? Yoga terus mendekati Alessa hingga membuat cewek itu berjalan mundur.

"Ada kotoran di rambut kamu" Ucap Yoga membersihkan beberapa debu yang mengotori rambut lurus Alessa. Sial, hampir saja cewek itu mati di tempat.

"M-makasih," Jawab Alessa berusaha menyembunyikan rasa gugupnya di depan yoga.

"Tyo!" Teriak salah satu guru saat melihat tubuh seorang cowok tergeletak di tengah lapangan, membuat seluruh penghuni SMA Antartika memusatkan pandangan mereka ke lapangan termasuk Yoga dan Juga Alessa.

-To Be Continued-


Ada apalagi ini?? Kenapa ya sama Tyo🤔🤔

Tak kenal maka tak sayang, maka jangan lupa vote ya sayangg🤩😘














BETWEEN TRAUMA AND LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang