' 1

64 5 0
                                    

'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


'

langit semakin gelap, tanda malam akan tiba. di jam seperti ini ,anak-anak teulight berhamburan keluar gedung untuk segera pulang.

namun, hujan tiba-tiba mengguyur seluruh kota daegu.

anak-anak teulight yang tak membawa payung pun memilih berteduh di dalam kelas sembari menunggu hujan sedikit reda.

sementara pemuda berjaket abu itu tengah berjalan menyusuri koridor gedung sehabis melakukan klub musiknya.

"asahi!" teriak seseorang dari arah belakang membuat atensi pemuda bernama asahi itu beralih.

"kau masih disini?" tanya asahi yang melihat temannya yang ikut berjalan dengannya beriringan.

"sebenarnya aku berniat pulang, tetapi kau lihat." junkyu menujukan jari telunjuknya ke arah jendela luar yang memperlihatkan rintikan hujan.

asahi yang melihatnya mengangguk. "ayo pulang bersama." ajak asahi.

junkyu mengangguk antusias sembari tersenyum memperlihatkan deretan gigi rapihnya.

saat sampai di teras gedung, banyak anak-anak teulight yang berdiri di sana menatapi hujan di depan. mungkin mereka juga menunggu hujan reda.

tetapi asahi dan junkyu, mereka berjalan di bawah payung teduh yang asahi bawa untuk mereka berdua. mereka berjalan beriringan karena payung satu untuk berdua.

entah prediksi apa yang asahi ketahui, syukur ia membawa payung, karena jikalau menunggu mungkin bisa sampai malam. jam sudah menunjukkan pukul 7 saat ini.

jarak antara rumah mereka dengan SMA teulight tak begitu jauh, hanya membutuhkan waktu sekitar 13 menit mereka akan sampai.

di sepanjang perjalanan hanya ada kesunyian yang menyelimuti keduanya di atas trotoar, mereka sama-sama diam mengamati jalanan yang terguyur hujan.

hari ini hari yang melelahkan bagi asahi. harusnya ia pulang lebih cepat hari ini, tetapi karena klub musiknya ia jadi pulang terlambat lagi.

asahi ikut klub musik dari pertengahan kelas 10 sampai sekarang kelas 11. asahi menyukai musik dari sd. ia tahu karena ia sering mendengar dan melihat mendiang papa hamada yang memainkan piano, dari situ asahi tertarik dengan apapun yang berbau musik.

meskipun terkadang saat ia memainkan musik, air bening membasahi pipinya karena mengingat sang papa.

tapi waktu berlalu begitu cepat, ia tumbuh tanpa sang papa disisinya pun akan tetap tegar untuk membuat bangga sang papa di atas sana, asahi tahu dia akan melihatnya.

tak lama, keduanya tiba di depan sebuah rumah minimalis yang terletak di gang besar tempat tinggal junkyu.

"terima kasih ya asahi. hati-hati." ucap junkyu tak lupa dengan senyumannya.

asahi mengangguk membalas senyuman junkyu dan berjalan lagi untuk pulang. jaraknya masih beberapa langkah lagi.

namun di pertengahan perjalanan, asahi memincingkan matanya menangkap sosok pemuda berkemeja putih terduduk di aspal jalan di bawah toko yang tengah tutup.

"kau baik-baik saja?" tanya asahi yang baru tiba di depan pemuda itu.

wajahnya pucat pasi dan basah karna percikan air, kemejanya juga basah kuyup. mata itu terbuka perlahan. asahi melihat mata tajam itu menatapnya.

"ayo ke rumahku, setidaknya kau bisa berteduh." tawar asahi. bahkan kini payungnya yang untuk berteduh di jalan tak ia gubris jatuh di aspal.

pemuda itu menggeleng lemah. "aku tidak bisa datang ke tempat yang tidak di undang. aku butuh undangan darimu."

asahi menyerengit bingung mendengarnya. tetapi melihat kondisinya membuat asahi tidak tega. ia mengangguk.

"baiklah, aku mengundangmu datang ke rumahku."

mereka berjalan bersama di bawah payung biru yang asahi bawa menuju rumahnya.

asahi membawanya di sofa ruang tengah sembari membawa minuman hangat.

asahi duduk bersila di sampingnya, menatap wajah pucat nya. tangannya terulur untuk menyentuh keningnya, asahi terkejut. tubuhnya sangat dingin seperti es.

karena sentuhan asahi, pemuda itu membuka matanya membuat asahi menyingkirkan tangannya.

"kau sangat dingin. kau tidak mau ke rumah sakit?" tanya asahi.

dia kembali menatapnya dengan mata tajamnya yang perlahan menjadi sayu. "dingin tidak akan mengangguku." ujarnya dengan senyum tipis.

asahi meraih cangkir yang terisi penuh dengan air hangat untuknya, namun dia menolaknya.

"agar tubuhmu lebih hangat." tawar asahi.

dia menggeleng. "aku harus pergi." pemuda berkemeja putih itu berjalan keluar dari rumah asahi.

diam menatap punggung kepergiannya. sepertinya dia ada urusan penting, padahal di luar tengah hujan.

punggung lebar itu telah tertelan pintu yang perlahan tertutup. asahi terdiam di tempatnya, masih mencoba mencerna apa yang telah terjadi baru saja.

♪ cazador ♪

cazador ; jaesahi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang