Namanya Ciki, bukan makanan ringan yang biasa dimakan anak kecil yang kerap bermain bersamanya. Ciki memang namanya, plesetan dari Citra Kirana. Entahlah dia sendiri tidak habis pikir mengapa orang-orang kerap kali menggunakan nama yang tidak masuk akal untuk sebuah panggilan. Ciki sudah lelah memperjuangkan keadilan, sekarang Ciki sudah pasrah kerap kali namanya dijadikan guyonan atau ejekan.Ciki sedang menjaga warung, seperti biasa ini adalah waktunya berjaga. Bergantian dengan sang kakak yang memiliki jadwal pagi karena kuliahnya dimulai sore hari.
"Kak jajan, aku mau dong permen kakinya dua"
Ciki mengerjap kesal, memandang anak lelaki berumur 7 tahun itu dengan serta merta seperti iblis yang mengeluarkan tanduknya. Belum sempat ia lontarkan kalimat balasan, suara tertawa yang begitu merdu memasuki indera pendengarannya.
Ciki menoleh, mendapati seorang lelaki tinggi memandang kearah dirinya.
Sejenak Ciki terpaku, apakah ia akan segera mati? Siapa gerangan sosok lelaki dengan rahang tegas, hidung mancung, rambut yang ditata begitu serta style-nya yang seperti idol korea. Sepanjang Ciki hidup tidak pernah ia melihat lelaki setampan ini kecuali di layar ponsel atau Tv.
"Kak.. kak jajan permennya kak" suara anak kecil menginterupsi.
Ciki tersentak, segera mengambil dua permen kaki sesuai pesanan anak tersebut. "Stop panggil Gue kak jajan, nama gue Citra Kirana bocil"
"Bukannya Ciki yang kak, Ciki kan jajan. Citra Kirana nama kakak yang lain ya? Wow kakak punya nama banyak, gimana caranya kak aku juga mau" cerocos anak tersebut.
"Gak ada caranya, dah sana pergi. Nih kembaliannya" Ciki menyerahkan lembaran seribu rupiah pada anak itu.
"Kak namaku Joko mau ganti jadi Jackson bisa kan, ambil aja kembaliannya tapi kakak bantuin aku punya nama baru ya. Boleh ya?"
"Aish, gue gak mau. Dah sana pulang, ntar Mak lu nyarii-"
"Permisi, ada air mineral gak ya?" Lelaki tampan tadi sudah berdiri di dekat mereka, menghentikan percakapan dua orang beda usia yang sepertinya tidak akan usai.
"Wow, kakak Artis ya? " Celetuk Joko, lelaki tampan itu tersenyum. Apa tadi barusan, Ciki merasa seperti kupu-kupu berterbangan dibelakang lelaki itu bahkan kini terlihat cahaya silau darinya. Apakah ini yang dinamakan peran utama laki-laki? Sepertinya iya.
"Bukan"
"Bohong, kakak pasti lagi syuting. Dimana kamera tersembunyi nya kak?"
"Heh, bocil ini pelanggan gue. Jangan ganggu, sana pulang. Hush hush" usir Ciki jengah, banyak bicara sekali Joko ini. Sudah seperti burung beo di pagi hari.
"Huuu..." Sorak Joko sebelum akhirnya berlari meninggalkan keduanya.
Ciki segera mengambil satu botol air minuman. Lalu menyodorkan pada lelaki tampan yang masih mempertahankan senyumnya. Selain diabetes sepertinya Ciki akan sakit mata karena silau.
"Makasih, btw kamu adiknya Aruni ya. Kenalin aku Anton, teman Aruni" lelaki yang bernama Anton mengulurkan tangannya.
Ciki yang masih terpana, mengangguk gugup "o-oh iya, A-aku Citra kak"
"Jadi namanya Citra, cantik seperti orangnya" Anton menarik kembali tangannya karena tidak ada balasan dari Ciki. Seketika pipinya panas, seumur-umur Ciki baru kali ini dipuji cantik oleh lawan Jenis mana orangnya setampan Kim mingyu lagi.
"Oh iya, Aku mau titipin ini, tolong kasih ke Aruni ya" Anton menyerahkan paperbag berwarna cokelat pada Ciki.
Ciki sedikit memicing menatap bungkusan besar didalamnya, ia menerimanya.
"Makasih ya Citra, tadi berapa Airnya?"
"3 ribu kak, kakak kesini cuma mau nitipin ini?" Tanya Ciki, sedikit kepo dengan bingkisan ini dan hubungannya dengan Aruni. Kenapa Aruni tidak pernah bercerita jika ia mempunyai teman setampan dan setipe ideal Ciki ini.
"Iya, sekalian mau lihat rumah Aruni. Oh iya, Aruni sering tahu cerita soal kamu"
"Hah, beneran"
Lelaki itu mengangguk "Aruni selalu cerita soal kamu ke teman-temannya, kamu yang katanya gak terima jadi perempuan dan berusaha jadi laki-laki sejak masuk TK. Kakak kamu selalu ketawa setiap cerita soal kamu tahu"
"Gila, gue malu banget. Kok diceritain sih"
"Tapi ternyata kamu gak setomboy yang dia ceritain ya, kamu cantik banget"
Dua kali, dua kali Ciki dipuji cantik. Bisakah ia terbang sekarang lalu mengumumkan ke seluruh dunia bahwa dirinya dipuji cantik oleh cowok paling tampan yang pernah ia temui. Apakah akhirnya Ciki mempunyai pencapaian, pencapaian paling besar Ciki selama 16 tahun hidupnya. Ciki akan mengadakan selebrasi bersama gengnya setelah ini. Ciki tersenyum dengan idenya.
"Kak, sekali dipuji lagi Gue terbang nih"
"Hei, kamu emang beneran cantik" Anton tersenyum begitu lebar saat mengatakannya.
"Kak, stop. Lo bukan artis kan?"
"Kenapa tiba-tiba"
"Ya siapatau Lo lagi prank bilang orang 'cantik' kayak yang dikonten-konten itu"
"Gak kok"
Ciki mengedarkan pandangannya, mencari disetiap sudut tempat itu dan benar. Tidak ada kamera tersembunyi, gadis itu tersenyum lega.
"Btw Citra, aku ada urusan. Aku pergi dulu ya. Kapan-kapan lagi kita ketemu"
Lelaki itu beranjak pergi, melambaikan tangannya sampai tidak terlihat di ujung belokan. Ciki sedikit kecewa, namun ia tidak akan menyerah. Ia akan mencari tahu tentang Anton pada Aruni. Anton teman Aruni jelas Aruni tahu perihal lelaki itu.
Katakan Ciki gila, tapi sepertinya dia jatuh cinta pada pandangan pertama. Ciki menatap kembali bingkisan dari Anton untuk Aruni. Ciki penasaran namun ia tidak akan membukanya, mengingat etika tidak mengajarkannya.
Ciki mengambil ponselnya, mengirim pesan pada sang ibu.
Mama🥳
Ma, kalau lulus SMA aku langsung nikah boleh ya?
Setelahnya deretan telepon masuk membabi buta memasuki ponselnya.
Sepertinya Ciki cukup memancing seekor ikan besar hari ini.
*Ciki Rn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chiquita - high school crush short story
Teen FictionCitra Kirana Anjasmara, gadis 16 tahun yang bertaruh atas nama seseorang yang ia puja. akankah gadis yang kerap dipanggil Ciki tersebut mampu meluluhkan Crushnya dalam 10 hari?