Epilog

7 1 0
                                    

"mahessa edwin rahardian dan reno galaksa nalendra, kalian tampak bahagia.."

SECRETZ

Suasana malam hari yang hanya ada suara suara jangkrik menghilangkan kesunyian malam itu, seorang pria remaja berada di balkon rumah yang cukup mewah seraya tangannya berada di atas pagar yang membatasi agar orang orang tidak jatuh kebawah, angin sepoi-sepoi malam itu menerpa wajah dan rambut pria itu yang sedang meratapi kesepian karena di tinggal dengan orang tersayang, pandangan nya sangat kosong, ia hanya terus menatap lurus kedepan.

"hes, lo gamau makan," ujar pria dewasa yang menyusul pria remaja itu yang berada di balkon lalu pergi ke samping pria remaja itu

"ga selera gue bang," tolak pria remaja itu, dia hessa.

"makan, gue udah masakin itu," pria dewasa itu membujuk hessa untuk makan, dia reno.

Hessa menggeleng geleng kan kepala nya, "gue pengen makan kalau ada bang zizan," ucap hessa sendu.

Reno bingung lalu menatap ke arah hessa yang masih menatap lurus ke depan. "hes... zizan gaada disini hes," ucap reno.

Hessa beralih menatap reno yang sedang menatap nya, "ga mungkin, gue gaada bunuh dia kan pastinya dia masih hidup," hessa meninggikan nada bicaranya.

reno menggeleng geleng kepala nya, "tidak sa, zizan sudah tiada," reno melembutkan suara nya.

"TIDAKK, jangan pernah bilang kalau bang zizan sudah tiada, bang zizan masih hidup semalam gue sama dia ke pantai," hessa menatap sendu reno.

"sa? itu hanya halusinasi lo, zizan sudah tiada 5 bulan yang lalu," reno menyadarkan hessa.

Hessa tak menjawab, ia sangat frustasi sekarang. ia mengepalkan tangannya sehingga terlihat urat urat nya, ia sangat marah jika ada yang mengatakan bahwa zizan telah tiada.

Hessa terjatuh di lantai balkon itu, ia menyembunyikan wajahnya yang menahan isak nya dengan tangan besar nya itu.

"gue nyesel," suara hessa melemah, "gue nyesel lakuin hal itu, coba aja dulu gue ga egois," hessa memukul kepalanya sendiri.

Reno juga duduk di lantai sama dengan hessa, "lo jangan merasa bersalah hes, zizan sudah tenang di alam sana, dia juga pastinya bahagia karena sudah ketemu sama keluarga nya," reno mengusap usap punggung hessa.

"zizan benci gue kan, karena gue orang tua nya mati," suara hessa memberat.

"lo ga ingat kata kata zizan, walaupun lo udah ngebunuh orang tua nya, dia tetap sayang sama lo dia gabisa buat benci sama diri lo," reno berusaha mengingatkan zizan.

"kalau dia sayang sama gue, kenapa dia harus ninggalin gue, sekarang gue ga punya siapa siapa."

"siapa bilang?," spontan reno dan hessa menatap ke ambang pintu balkon itu.

Raden, bima, dian, dan rendra tiba tiba masuk dengan perasaan yang sendu sama seperti hessa dan reno.

"lo masih punya kami, lo masih punya bang reno, bang zizan nyuruh bang reno untuk ngejaga lo layaknya adik lo sendiri hes," bima menaikkan nada bicaranya.

"kita masih bisa bertahan tanpa bang zizan, kita harus ikhlas dengan kepergian bang zizan," suara dian memberat.

"walaupun lo gapunya keluarga lagi, anggap aja kami ini keluarga lo," ucap rendra.

"lo harus bisa ikhlas hes, jangan berlarut-larut dalam kesedihan," ujar raden.

Keempat pria itu duduk dan memeluk tubuh hessa dan reno, mereka berenam saling berpelukan erat merasakan kesedihan yang luar biasa, hessa tidak bisa menahan tangisnya lagi, tangisan nya pecah saat kelima temannya itu memeluk nya, mereka berusaha membagikan kekuatan untuk ikhlas dengan kepergian zizan.


***

"sa, pergi yok, bosen dirumah," ajak reno.

"kemana?" tanya hessa.

"kemana aja."

"ke pantai aja mau ga lo," saran hessa.

"sore sore gini ke pantai," ucap reno.

"biarin lah, gue sering kok sama bang zizan ke pantai sore sore mau ngelihat sunset," ucapnya dan reno hanya bisa menuruti hessa.

Mereka berdua pergi menaiki mobil reno, dan berjalan menuju pantai yang lumayan dekat dari rumah mereka.

"udah lama gue ga ke pantai," hessa berjalan ke arah laut membiarkan celana nya basah.

"jangan masuk kedalam air anjir," larang reno.

"yaelah, gue pandai berenang juga," hessa tak mendengarkan larangan reno.

"jangan ngebantah, sini aja lo duduk," reno duduk di pasir pantai itu.

Hessa menurut ia pergi mendekati reno lalu duduk di samping reno.

"lo mirip bang zizan," ucapan hessa membuat reno menoleh ke arahnya.

"mirip darimana nya anjir," reno tersenyum tipis.

"gatau, kalau gue lihat lihat muka lo sama muka bang zizan lumayan mirip," ucap hessa.

"ini mah karena oplas, coba lo lihat muka gue sebelum oplas gabakal lo bilang kalau gue mirip zizan," ucap reno.

"gue pernah anjir lihat muka lo sebelum oplas, waktu bang zizan datang ke perpisahan gue sama yang lain," ucap hessa mengingat kembali masa lalu.

"oh iya gue lupa," ucapnya.

"gue sudah lama ga ke pantai bareng bang zizan, terakhir kali waktu kita party aja di villa bang zizan di depan villa nya ada pantai, tapi kita bertujuh, gue maunya cuma berdua," ucap hessa sendu.

Reno berdiri dari tempat duduknya, "lo bilang gue mirip zizan kan, anggap aja gue zizan dan kita lagi bermain di pantai," ucap nya senang lalu menyodorkan tangan nya untuk membantu hessa berdiri.

Hessa tersenyum lalu ia pegang tangan reno lalu ia langsung berdiri, "ayo bang..." hessa ragu ragu untuk mengucapkan nama itu, lalu ia menatap ke reno seperti sedang menyuruhnya untuk menyebut nama itu.

"ayo bang zizan," hessa tersenyum, reno juga tersenyum lalu mengendong hessa ke punggung nya lalu kemudian mereka berdua bermain di air pantai itu.

"jangan nyiram gue anjir," ucap hessa yang tubuh nya sudah basah kuyup

"hessa duluan kan yang nyiram abang."

Hessa terdiam, "dejavu," batinnya.

"kenapa diam," reno bingung karena hessa tiba tiba diam.

"gaada, kejar gue kalau bisaa," hessa berlari agar reno mengejar.

"heh jangan lari," reno mengejar hessa.

Mereka bermain kejar-kejaran, bermain air, dan bermain pasir hessa sudah menganggap reno sebagai zizan, mereka bahagia walaupun di tinggal sama orang tersayang mereka, mereka berusaha untuk ikhlas karena kepergian zizan.

Seorang pria melihat kearah dua orang yang tampak seperti adik kakak yang sedang bermain bersama, "bos itu hessa dan reno yang bos cari," ucap salah satu pria di samping pria yang melihat reno dan hessa.

"mahessa edwin rahardian dan reno galaksa nalendra, kalian tampak bahagia.."


S

iapakah pria itu?

untuk apa dia mencari hessa dan reno?
dan kenapa zizan bisa tiada?


Masa lalu seorang psychopath

—END—

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Masa lalu seorang psychopath (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang