EPILOG
.
Somewhere in the great landscape of time there is a garden growing the most beautiful rose that has ever been that will ever be—you are that rose, forever to me.
Atticus, 137
.
Sepertinya itu keputusan terbaik yang bisa kulakukan. Seorang bijak pernah bilang jika level tertinggi mencintai adalah melepaskan. Jadi aku melakukannya, aku melepaskan cinta dalam hidupku untuk berbahagia bersama lelaki pilihannya.
Bukan berarti itu tidak menyakitkan untukku, tapi aku akan semakin menyakiti begitu banyak orang dengan mempertahakannya. Terumata Rose sendiri. Berbeda denganku, Rose tampak tak menerima dengan baik kehadiran kakak lelaki kami. Eltan, nama yang bagus. Setelah beberapa kali bertukar surat, aku memutuskan untuk mengunjungi saudara laki-lakiku dan ia mengatakan tak keberatan dengan kunjunganku.
Aku tersenyum ketika mengetuk rumah itu, tidak sebesar manor tapi juga tidak kecil. Sebelumnya aku tak pernah mengunjungi rumah kuno bangsawan Black. Seseorang membuka pintu rumah, aku hampir saja mengira jika itu wajah Ayahku, selain rambutnya yang sedikit ikal, ia jelas merupakan keturunan seorang Malfoy.
Ia tersenyum "Scorpius Malfoy"
"Eltan.." Oke, aku bingung aku harus memanggilnya siapa, secara teknis ia menyandang nama Black. Ia terkekeh sambil memelukku "Eltan tidak apa-apa, mari masuk,"
Diana Fawley menyambut kami diruang makan yang telah ditata dengan banyak sekali makanan kesukaanku. Ia adalah gadis cantik, mungil dan hangat. Aku ikut berbahagia untuk Eltan. Kami bertemu dan tertawa seolah teman lama. Tak ada kecanggungan yang tersisa. Ini sudah cukup bagiku.
"Hei," Sapaku pada Eltan yang tengah membaca koran di balkon, ia mengenakan kacamata baca dan melepasnya ketika melihatku.
"Duduklah Scorp,"
"Jadi, apa kau sudah bertemu dengan Father?" Tanyaku padanya, ia hanya mengangguk "Mum juga"
"Benarkah? Kapan mereka menemuimu?"
"Beberapa hari yang lalu. Mum begitu histeris awalnya,"
Tentu saja, Hermione Granger pasti sangat terpukul mengetahui putranya masih hidup dan ia tak dapat menemuinya selama ini. Jujur sjaa rasa bersalah masih bercokol dihatiku. Saudara laki-lakiku hidup dengan dijauhkan dari keluarganya, sementara aku hidup nyaman disana. Menyandang nama Malfoy dan segala kemegahannya.
"Look, i'm so sorry—"
Eltan menepuk bahuku "Apapun yang akan kau katakan Scorp, aku tak akan menerimanya. Tak ada yang perlu meminta maaf. Sejujurnya aku telah mengetahui ini lebih lama dan aku tak menyesalinya. Nana Cissa begitu manyayangiku, dan aku juga tak ingin mengganggu hidup bahagia kalian semua. Keluargamu, ataupun keluarga Ibuku."
"Tapi tetap saja itu tidak adil,"
"Scorpius, aku belajar melalui cara yang sulit bahwa terkadang, adil tidak harus berarti 'sama'"
Aku menatap Eltan lama, sebuah pengertian terbentuk di otakku, entah apa yang telah ia lalui sehingga bisa menerima ini semua dengan baik. Pada akhirnya, aku hanya mengangguk "Terima kasih sudah mau menerimaku sebagai saudaramu, kau tahu aku selalu menginginkan memiliki saudara,"
Eltan kembali tersenyum "Kau selalu menjadi adikku Scorp, pintu ini akan selalu terbuka untukmu,"
Setitik air mata menggenang di mataku dan cepat-cepat aku mengerjapkannya. Aku berpamitan pada Eltan untuk menuju kamar tidurku dan beristirahat.
.
Beberapa minggu ini, aku lebih banyak menghabiskan waktu di Prancis bersama Eltan. Beberapa kali aku bertamu dengan Hermione meskipun Rose tak pernah menampakkan hidungnya. Ia tampak menghilang, sementara James Potter melihatku seperti hama. Aku tidak lagi peduli, bukankah ia telah mendapatkan gadisku? Aku membiarkannya menang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (Dramione & Scorose Fanfiction)
FanfictionRose Weasley mencintai Scorpius Malfoy tanpa pernah meragukannya sedikitpun. Di tengah paksaan Scorpius tentang menikah yang membuat Rose jengah dan kedekatannya dengan James Potter semakin meningkat, Rose tiba-tiba menemukan fakta bahwa Ibunya, Her...