Kalian luar biasa... sebetulnya aku pengin upload td malam saat jumlah vote mencapai 1.000 sama comment lebih dr 200 (dalam waktu 4 jam :)).... tapi yasudahlah. Sekarang aja.
Yang paling menyenangkan dr 3 part terkhir adalah kalian dengan suka rela berpendapat. Ada yg pengin ngasih masker tai ayam ke dipta, ada yang pengin masukin dia ke sumur, ada yang marah2 karena nggak terima dipta banyak yang pengin nonjokin... it's fine guys... pendpat kalian aku baca semua. Dan terima kasih banyak kalian selalu memberikan pendapat dengan sopan. That's important. Eh yang ngasih komen kak nggak sabar lanjutannya dikit banget kemarin. Kalian dengan suka rela menyampaikan perasaan kalian pada cerita ini ;)). Aku seharian nggambar sambil senyum2 baca comment kalian.
Thanks a lot guys... for your "semangat nggak ada habisnya" buat comment dan vote....
Here we go... eminem with Beautiful Painnya...
Enjoys
___________________________________Mungkin hal yang tidak ingin Dipta lakukan sekarang adalah bertemu denganku. Setelah kejadian itu, dia menghindariku. Lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah sakit dan jarang pulang. Kalaupun pulang aku sudah tidur, lalu dia akan pergi pagi-pagi sekali sebelum aku bangun. Dia seolah balas dendam atas apa yang aku lakukan beberapa bulan lalu.
Saat aku melakukan kontrol bulanan, aku sangat berharap bisa bertemu dengannya di rumah sakit.Tapi, aku harus kecewa karena saat itu tidak ada dia disana.Dari Om Rindra aku baru tahu kalau Dipta sudah dua hari pergi ke Bandung.Tanpa memberitahuku.
Dua bulan aku terkukung dalam penyesalan tiada henti, menyalahkan diriku sendiri.Harusnya aku tidak mengatakan apapun, harusnya aku menyimpan perasaanku dengan rapi, harusnya aku hanya mencintainya diam-diam. Berkali-kali aku bilang pada diriku sendiri, semua sudah terjadi percuma juga aku menyesalinya. Namun, rasa sesal itu tetap bercongkol manis, enggan pergi.
Begitu takutkah dia akan cinta, hingga harus melakukan ini padaku?
Ketukan pintu ruang kerjaku menyadarkanku dari lamunan.Aku mengangkat kepalaku dan menemukan Nore berdiri menjulang.Wajahnya pucat, rambutnya berantakan dan dandanannya kusut, berbeda dengan dia yang biasanya.
"Sibuk, Re?"
"hmm.."
"Mau temani aku ngopi," biasanya aku akan menjawab ketus permintaannya. Namun, melihat penampilannya sekarang dan suasana hatiku yang juga sedang buruk aku memilih menganggukkan kepalaku pelan, menyetujui ajakannya.
Nore menungguku mengambil tas, dan memakai sepatuku. Saat aku memasukkan stiletto ke telapak kakiku, suara Dipta yang melarangku memakai sepatu hak tinggi terdengar.Aku mematung, termenung dengan tatapan terus melihat sepatuku.
"Re?" panggil Nore lagi."Kenapa?"
"Nggak apa-apa."Jawabku sambil meletakkan stiletto-ku dan menggantinya dengan sepatu flat.
Nore mengajakku ke sebuah coffee Shop di Jalan Surabaya, Menteng. Nore yang tahu aku tidak suka asap rokok membawaku duduk di bagian indoor, no smoking area. Dia meninggalkanku sebentar untuk memesan makanan dan minuman, sebelum akhirnya kembali duduk bersamaku.Tidak ada yang bersuara di antara kami.Kami berdua terdiam dalam pikiran masing-masing.Beberapa orang berbisik-bisik menatap kami, menyadari siapa laki-laki yang kini duduk tepat di hadapanku.
"Selama ini bagaimana kamu bertahan hidup, Re?" aku menoleh kaget padanya, tidak menyangka dia akan menanyakan itu. "Perlakuan om Bastian padamu, kamu yang tinggal sendiri dan tidak punya teman. Bagaimana kamu bisa sekuat ini?"
Aku diam, seandainya dia tahu berapa kali aku hampir mengakhiri hidupku karena tidak kuat menghadapi hidup.
"Aku mengalami masa yang sulit, Re. Hingga kadang membuatku ingin menghilang dan melupakan semuanya.Tapi, kemudian aku ingat tentangmu. Kamu yang mengalami masalah lebih besar dariku, selalu baik-baik saja. Jadi kenapa aku harus menyerah. Jika kamu bisa melakukannya, akupun pasti juga bisa melakukannya." lanjutnya lagi."Aku menguatkan diri dengan mengatakan itu pada diriku sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Independent
RomanceIt may hurt to let go, but sometimes it hurts more to hold on. Relis Paundra Candra, wanita cerdas dan pekerja keras. Dia menghabiskan waktunya dengan bekerja dan terus bekerja. Hingga tubuhnya menyerah dan membuat dia harus dirawat di rumah sakit...