Actioner • Jika Kamu Melihat

7 1 0
                                    

Bedah Buku

Jika Kamu Melihat

Karya

qusyair


• Review •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Review

1. Dwi

Sebelumnya kalau aku baca cerita buat review itu biasanya aku cuma baca mentok sampai bab 3 karena disesuaikan dengan mood dan cerita yang disajikan. Dan cerita entah keberapa kali yang sering aku review dari kak Anis karena beliau rajin menulis, baru kali ini aku kembali menemukan bacaan dapat dinikmati dalam sekali duduk. Satu kata buat cerita ini: CANDU.

Awalnya aku nggak berekspektasi banyak sama cerita ini diluar dari judulnya yang tidak memberikan gambaran jelas dengan cover cerita bernada pasangan sejoli. Kukira ini adalah cerita aksi yang dibumbui kisah romantis hingga jatuh cinta ke pelaminan tetapi ternyata tidak begitu ya pemirsa.

Dari awal bab sudah dimanjakan dengan narasi singkat tetapi tidak monoton dan pengenalan hidup Eri secara singkat dan padat. Sebagai pembaca aku tidak merasa bosan pada awal bab menuju bab-bab selanjutnya sebab ada pemanis yang diberikan di akhir cerita yang membuat kita selalu penasaran untuk dibaca. Oh, penulisan yang santai dan tidak kaku juga menjadi daya tarik tersendiri sebab kita tidak perlu banyak berpikir.

Chemistry yang dibangun dari Eri dengan Arkan sangat baik yang dimulai dari kecanggungan tokoh yang membuat pembaca ikut serta memahami emosi dan suasana hati dari Eri ini, kapan kita jengkel, kapan kita gemas dan kapan kita marah dengan sikap konyolnya Arkan memang patut diacungi jempol. Permainan emosi ini tentu membuatku tidak bisa beranjak dari tempat duduk sebelum membaca semua bab walaupun belum dilanjutkan sampai saat ini. (TOMBOL NEXT NYA MANA WOII!!!!)

Anyway konflik dalam cerita ini masih abu-abu, aku masih kurang jelas menangkap apa pokok permasalahan yang akan diangkat dalam cerita ini tetapi dari gaya pembicaraan ala-ala anak Jaksel kebanyakan ini sudah baik sebab cukup jarang aku mendengar orang Jakarta berbicara dengan kata-kata baku maka hal ini patut diapresiasi. Pemilihan latar Jakarta dan gedung-gedung rekonstruksi menambah visualisasi pembaca untuk lebih dekat dan jatuh dalam cerita yang disajikan ini. Tentunya dengan gaya bahasa yang tidak monoton dan narasi tidak berbelit-belit tentu saja memberikan pengalaman membaca yang seru! Tingkah jengkel dan sebal dari Eri dengan Arkan sangat menarik untuk digali lebih dalam.

Dari kelebihan yang aku sebutkan di atas pasti ada dong kecacatannya. Nah karena cerita ini menggunakan POV 3 dimana ada beberapa part atau bagian yang membingungkan aku. Dari dialog yang tanpa memberikan keterangan apakah Eri yang berbicara atau Arkan yang menggerutu hal ini dapat memunculkan kebingungan dan kesalahpahaman. Untuk itu mohon untuk diperhatikan dalam penulisan bagian sudut pandang tokoh. Overall bagus banget!!!!

Oh kekurangan lagi satu, TOMBOL NEXT NGGA ADA!

2. Dewa

Sebelum review, aku mau bilang satu. Anis, terusin cerita ini lah, sayang banget.

Kalau cuma baca judul, jujur aku ga bakal tau kalau isinya kaya gini. Pertama kali baca cerita yang karakternya punya 3(?) kepribadian, penokohannya bagus, aku suka. Arkan yang narsis perfeksionis dan kadang aneh, Vin yang brutal sama entah itu Arkan jadi bocil pas pagi-pagi. Terus Eri, cewek kuat yang masih di batas wajar menurutku, bukan yang ngeselin. Untuk Arkan sendiri dia ga seperti tipe-tipe CEO yang sering kudengar di cerita Wattpad, dia masih tetep kelihatan kerja dan ga haha hihi aja.

Plotnya sendiri, belum begitu kelihatan bisa dibilang, belum ada konflik besar yang datang. Baru ada hint-hint di sini dan di sana. Seperti Arkan yang bipolar/tripolar(? wkw), keluarganya yang sepertinya udah meninggal semua. Terus Eri yang anak broken home tapi berprestasi.

Untuk penulisan, di sini aku lihat Anis pakai POV 3 serba tahu(?) atau apa ya yang pas, soalnya selain pikiran Eri yang diketahui pembaca, Arkan juga iya, tapi tidak sebanyak Eri. Nah di sini yang sempat bikin bingung pas baca. Sempet kukira Eri, ternyata jalan pikiran Arkan.

Kemudian dialog, mungkin karena aku kurang biasa baca dialog yang bahasanya gaul/santai, jadi masih perlu pembiasaan lagi. Maih rada kagok awkwkwk.

Kayanya itu dulu untuk review-nya. Yang pasti, Anis, lanjutin ceritanya.

Salam manis,

Actioner

Recensio BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang