"DRAF {23}"

42 11 3
                                    

Silahkan ajak teman+kerabat+ bahkan orang sekampung untuk baca ni cerita😆💐
-
-
Jangan lupa tinggalkan jejak disini okeyy👉
-
-
SELAMAT MEMBACA😚❤️
•••


Di tengah larut malam yang dingin, Aurel masih terdiam duduk di kursi depan rumah seraya memeluk lutut dengan tatapan melihat langit yang gelap gulita tanpa ada bintang satupun, Air mata yang terus mengiringi kediaman nya sekarang.

Aurel masih memikirkan Aminah yang benar-benar belum ikhlas untuk kehilangan penyemangat dalam hidupnya.

"Tuhan, kenapa  engkau mengambil ibu-ku secepat ini? Kenapa tidak menunggu sampai Aurel bener-benar bertumbuh dewasa? Kenapa tidak saat Aurel sudah sukses dan sudah membahagiakan nya? Kenapa, Tuhan?" Lirihnya memejamkan mata cantiknya.

Ariel yang baru saja tertidur seketika terbangun mendengar suara Isak tangis Aurel, ia melihat kearah jam weker disisinya, kini jam menunjukan pukul 12:12. Mau tak mau, Ariel  mulai berjalan untuk mendekati nya.

Tatkala melihat adiknya gang tengah menangis, Ariel juga duduk di kursi sebelah adiknya, perlahan tanpa mengucapkan satu kata patah pun ia mulai duduk di sisi Aurel dan membiarkan Adik nya untuk menangis.

Aurel yang menyadari kehadiran Ariel, perlahan meliriknya dengan mata yang sembab, lalu kembali tertegun mengumpatkan wajah nya di tengah-tengah lingkaran tangan nya.

"Ikhlasin, kalo Lo masih nangis, Mamah disana juga bakalan nangis liat Lo yang kek gini." Ujar Ariel. "Emang nya, Lo mau Mamah disana sedih gara-gara liat Lo yang terus-terusan nangisin Mamah? Gak mau liat Mamah bahagia?"

Tak ada jawaban dari gadis itu, ia masih tertegun dan berlarut dalam kesedihan nya. Ariel juga mulai ikut memejamkan matanya. Bukan Apa, Ariel juga sedih atas kehilangan Aminah, tapi ia harus kuat agar tak menangis di depan Aurel ataupun di belakang Aurel.

3menit setelah keheningan diantara keduanya berlarut, Ariel  mulai bangun dan mengajak Aurel agar tidur saja agar besok kuat saat masuk sekolah.

"Bangun," Goyahnya. "Tidur?" Gumam Ariel yang merasakan sedikit ketumbangan tubuh Aurel saat ia menggoyahkan nya. Tanpa pikir panjang, Ariel langsung mengangkat tubuh kecil Aurel, lalu membawanya dan menidurkan Aurel di kasur nya.

Ariel tak langsung keluar, ia melirik kanan-kiri wajah Aurel yang tengah terpejam itu, dengan ragu-ragu mengusap pucuk kepala nya, lalu mencium kening Aurel dengan hati-hati.

Ariel menggeleng cepat menyadarkan dirinya. "Gila! Mana bau tu rambut." Gumamnya, segera berjalan cepat keluar kamar.

*****

"Rel, bangun. Mandi sana, udah mau jam 7," Panggil Ariel dari ambang pintu kamar Aurel.

Perlahan Aurel membuka matanya, menguap dan menggeliat untuk merenggangkan seluruh tubuh nya yang terasa nyeri dan pegal.

"Gue izin gak masuk sekolah deh," begitu lemas Aurel menjawab.

"Gak! Cepet bangun." Secara paksa Ariel mengangkat tubuh Aurel. Aurel dengan kesal menuruti, lalu berjalan sempoyongan mengarah kamar mandi.

Setelah beberapa menit berlalu, baru dirinya siap lalu berjalan keluar menghadap Ariel yang sudah menunggunya di atas motor miliknya. Setelah Aurel naik, Ariel Tanjab gas menjalakan motor pesva itu.

*****

Setelah duduk dibangkunya, lagi dan lagi Aurel mengistirahatkan dirinya dan tidur disana. Mumpung lagi gak ada orang juga disana.

Aurel sedikit terusik ketika merasakan sesuatu yang menutupi tubuhnya, tapi tak bangun. Sepertinya, Aurel sudah terlelep selama lima menit tertidur.

Orang itu yang tak lain adalah Garen, Ia mulai duduk dibangku tempat Icha, menyamakan posisi nya seperti Aurel, melirik wajah Aurel yang tengah terpejam, dengan hati-hati ia menyingkirkan rambut yang menghalagi wajah Aurel, setelah rambut itu tersingkir, terukir senyuman di bibir Garen.

Aurel And Four Boys [Hiatus Sementara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang