chapter 十八

209 41 22
                                    

HAPPY READING

18






Malam ini Hyunjin dan Felix diundang untuk menghadiri acara makan malam di kediaman Jenderal Jerry yang sungguh menyulut tanda tanya bagi Felix sendiri mengingat hubungan dua insani itu tidak terlampau baik. Mungkin ada niat terselubung terbungkus rapi yang Jenderal Jerry siapkan, entahlah. Hanya saja, terdengar mencurigakan ketika tanpa pemberitahuan sebelumnya, Jenderal Jerry tiba-tiba mengirimkan sepucuk undangan perjamuan pribadi. Namun tanpa ada guratan keberatan, Hyunjin memutuskan menghadiri makan malam yang diselenggarakan oleh Jenderal Jerry walau tentunya pria itu menyadari sebuah kejanggalan.

Kini ibarat dilalap radiasi api matahari, panas tak terkira menjalari dua pipi seorang pemuda berlapis jas satin mengkilap sewarna daun tua kauri. Elok tubuhnya terlukis kentara dari refleksi bingkai cermin dekat lemari. Setelah menginjakkan kaki di kediaman Jenderal Jerry, Felix tergesa-gesa beralasan ke bilik kecil untuk membasuh tangan meski ia hanya butuh waktu sendiri. Perlahan menyentuh pipi, debaran di dadanya seperti tercuri. Felix berubah muram dalam hitungan detik saat menyadari sentuhan pada pipinya tadi tidak didasari kesungguhan hati.

Menatap kembali ke cermin, Felix merutuk diri sendiri sebab tanpa izin, debaran di dadanya tersulut berdentum kencang ketika Hyunjin sempat menyentuh pipinya beberapa saat lalu. Ia tidak boleh terus-menerus membiarkan perasaannya mengambil alih tubuh. Bukannya ia tidak tahu kalau Hyunjin tidak bermaksud menggelisahkan hatinya, tetapi Felix tetap harus menjaga jarak dari pria itu. Berada dalam radius dekat dengan Hyunjin sanggup memerangkap akal Felix dan itu tidak boleh terjadi.

Namun tanpa diharapkan, ucapan Hyunjin kala mereka berada di danau kembali terpintas, mengingatkan Felix atas deraian kata-kata yang sempat menghangatkan dada. Kini ia kembali bimbang. Meski Felix tahu bila kemungkinan seorang Hyunjin menyukainya nyaris tiada, tetapi Felix juga meragukan Hyunjin akan bertindak sejauh itu untuk sekedar memanfaatkannya. Mari berpikir lebih jauh. Hyunjin pasti mempunyai informan di seluruh penjuru, meski mungkin ada segelintir informasi penting yang Felix pegang tak mereka dapatkan. Memaafkan seseorang yang hampir membunuh Hyunjin dalam sekedipan mata terlalu berlebihan untuk digolongkan perangkap semata. Bukankah sangat aneh jika Hyunjin akan bertindak sejauh ini hanya untuk merengut kepercayaannya saja?

Menarik napas menetralkan kepala, Felix menggenggam sejumput niat untuk benar-benar berhenti sampai di sini. Akar pemikiran Hyunjin tidak dapat ditebak semudah itu. Felix masih yakin bahwa Hyunjin tidak menyimpan maksud serius. Sekarang ia perlu mengusaikan segala ricuh dalam benak. Tidak ada lagi kisah muram durja berselimut kebimbangan memikirkan cinta. Ia tahu sebagai seseorang berlabel kepercayaan negara, perasaan semacam cinta hanya menghambat jalannya. Meski sampai kapan pun Felix tidak mampu membunuh Hyunjin, setidaknya ia harus mengupayakan segala cara untuk menggali informasi seperti sedia kala. Alex masih membutuhkannya.

Sesungguhnya sedari awal pertemuan mereka, Felix telah berjaga-jaga dalam menyikapi perilaku ambigu Hyunjin yang mudah membuat salah paham. Ia tahu jelas tiada alasan berbuat baik kepada lawan selain menginginkan suatu hal. Felix berupaya menerka-nerka, menerjemahkan, hingga mengambil keputusan berdasar sikap Hyunjin yang selalu mampu mengombang-ambingkan perasaan. Felix tidak selugu tampilan luar. Ia sadar dan berusaha menghindari Hyunjin agar tidak terjerumus ke dalam perangkap. Kalau-kalau Hyunjin mengincar hatinya untuk sekedar menipu, Hyunjin benar-benar berhasil karena Felix sangat tidak ingin kehilangan pria itu sekarang.

Felix memegang dadanya yang terasa sakit. Ia tidak pernah tahu bahwa merasakan perasaan bertajuk cinta akan seburuk ini. Tapi—mungkin tidak. Mungkin cinta tidak seburuk itu. Hanya saja ia menyadari jika cinta yang ia rasakan tidak akan pernah berbalas, itulah penyebabnya. Felix salah memilih pria yang pantas menerima labuh rasanya.

Nirvana in FireWhere stories live. Discover now