Pak Nendra selaku guru PJOK dan juga pimpinan Unit Kesehatan Sekolah membantu Tyo untuk dibawa ke UKS agar diberi penanganan khusus, sebagian siswa bergerombol untuk melihat kejadian tersebut. Sebagian juga ada yang membantu Pak Nendra untuk membopong tubuh Tyo.
"Paling dia kecapean, makanya pingsan" Ujar Yoga ketika Pak Nendra dan beberapa siswa yang lain membopong Tyo ke UKS.
Alessa diam sejenak, mustahil jika dia tidak khawatir. Ingin sekali rasanya Alessa ikut ke ruang UKS untuk menemani Tyo, tapi itu adalah hal yang tidak mungkin untuk dia lakukan.
"Alessa," Panggil Yoga, membuat yang dipanggil tersadar dari lamunannya.
"Ada yang mau aku omongin, tapi bukan disini" Yoga melihat sekitar, mencari tempat yang sepi agar pembicaraannya dengan Alessa tidak ada yang mengganggu.
"Taman aja, disitu sepi"
Alessa hanya mengangguk dan mengikuti kemana cowok itu pergi, sampai akhirnya mereka duduk di kursi Taman yang sepi. Memang jarang ada siswa yang berkumpul disana, jadi suasananya cukup tenang.
"Kak? Katanya ada yang mau diomongin" Panggil Alessa, karena Yoga tidak kunjung membuka suara.
Cowok itu menghela nafas pelan, sebelum akhirnya mengeluarkan semua kegundahannya selama ini. "Mungkin ini terlalu cepet buat kamu, tapi menunggu terlalu lama juga sulit buat aku" Yoga berhenti sejenak, sedangkan Alessa berusaha memahami perkataan cowok itu.
"Kamu punya kesan tersendiri buat aku, Alessa. Sebelumnya, aku bodo amat ke semua perempuan, karena menurut aku itu hal yang ga terlalu penting buat aku sekarang. Tapi..."
"Tapi apa kak?" Alessa mengalihkan pandangannya untuk melihat ke arah cowok itu. Yoga menunduk, takut hal ini akan membuat Alessa tidak nyaman.
"Tapi itu semua berubah semenjak ada kamu, Sa"
"Maksut kamu?"
Yoga melihat ke arah gadis itu, sepasang mata indahnya menunjukkan rasa tanda tanya yang dalam.
"You are the first person who entered my heart. Aku paham ini terlalu tiba-tiba, tapi kenyataannya memang begitu."
Deg!
Alessa terpaku di tempat mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh cowok itu, tidak mungkin.
"Kak?"
"Aku paham, ini terlalu berat buat kamu. Tapi yang aku rasain sekarang semuanya bener-bener nyata, Sa. Dan aku rasa ga akan kuat mendem ini terlalu lama. Aku pengen kamu tau, bahwa disini ada hati yang menginginkan kamu"
Alessa hanya diam, mendengarkan semua ucapan Yoga tanpa ada yang terlewat satu pun. Karena bibirnya begitu berat untuk mengeluarkan satu kata pun.
"Aku trauma mengulang kisah" Ujar Alessa tanpa sadar, sedangkan Yoga hanya menatap gadis itu penuh tanda tanya.
Alessa berdiri dari tempat duduknya, "Untuk saat ini, aku butuh waktu" Gadis itu pergi meninggalkan Yoga yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Aku tunggu, selama apapun itu." Gumam cowok itu ketika Alessa sudah mulai menjauh dari pandangannya.
****
"Akh Panas!" Alessa memekik kesakitan saat tidak sengaja menumpahkan air panas ke tangannya, perkataan Yoga saat di taman benar-benar mengganggu konsentrasinya.
"Ati-ati talah, mikirin opo si? Dari tadi ngelamun aja ku liat" Siska yang baru saja selesai mencuci tangan ikut duduk di samping Alessa. Sepulang sekolah Alessa memang sudah ada janji untuk ke rumah Siska.
"Sis, aku mau curhat deh"
"Curhat tinggal curhat, gitu aja pake ngomong"
"Gimana ya," Alessa diam sejenak. "Tadi... Kak Yoga bilang dia suka sama aku"
"UHUK!" Siska yang sedang minum, tiba-tiba tersedak hingga air yang ada di mulutnya keluar.
"Siska! Jorok banget anjirr" Alessa sedikit menjauhkan tubuhnya dari Siska, sudah ia duga responnya akan seperti itu.
"KAMU YANG BENER AJA??? YOGA YANG DIKENAL KULKAS DI SEKOLAH KITA SUKA SAMA KAMU???"
Alessa mengangguk. "Tapi..."
"Tapi opo Sa?? Tapi opo?? Terus kamu terima?"
Gadis itu menggeleng.
"ANJIR GOBLOK, KENAPA GA DITERIMA EGE"
"Siska... Aku bukannya nolak karena ga suka atau apa, tapi..."
Siska mendekatkan tubuhnya ke Alessa. "Tapi opo hah?? Bahkan ini bisa jadi sejarah baru nek kamu berhasil pacaran sama dia, karena selama ini ga ada yang berhasil dapetin seorang Prayoga Aditama di SMA Antartika"
"Kamu tau Tyo kan?"
"Tyo?" Siska diam sejenak. "Ohh yang waktu itu? yang katanya pernah temenan sama kamu itu kan?"
Alessa menghela nafas pelan sebelum menjawab. "Bukan cuman temen, kita juga pernah menjalin hubungan waktu di Jakarta. Itu alasan utamaku belum bisa nerima cowo lain lagi, termasuk Kak Yoga"
Kali ini, ekspresi Siska berubah serius. "Belum selesai sama masa lalu?"
"Mungkin,"
Siska membuang nafas gusar. "Susah emang kalo hati dan pikiran masih stuck di orang lama" gadis itu diam sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya. "Tapi Sa, kalo aku ada di posisimu, aku bakalan mikir dua sisi, bukan cuman satu sisi. Misalnya gini, kalau memang dia lebih baik dari masa laluku, kenapa engga? Dan siapa tau juga, kehadiran dia bisa bikin aku lepas dari orang lama"
Alessa menatap sahabatnya itu. "Tapi nggak segampang itu, Sis"
"Iya aku tau emang nggak mudah, tapi apa salahnya dicoba? Kehidupanmu masih tetap berjalan meskipun dengan orang yang berbeda-beda, Alessa"
"Kalau memang takut terluka lagi, terima dia tapi jangan langsung pakai hati dan perasaan. Biar endingnya nggak terlalu menyakitkan"
"Trauma itu wajar, tapi jangan sampe bikin kita buta kalau diluaran sana masih banyak orang baik"
Benar, benar sekali. Apa yang diucapkan oleh Siska memang ada benarnya, tapi yang dimaksut Alessa, bagaimana jika gadis itu masih menyimpan rasa terhadap Tyo? Tidak mungkin Alessa mengizinkan orang baru masuk ke dalam rumahnya jika dia masih menginginkan rumah yang lama.
"Ga harus sekarang, tapi kamu pikir-pikir lagi setelah ini. Aku tau Yoga itu anaknya gimana, ini pertama kalinya dia jatuh cinta, jangan sampe kamu yang bikin dia terluka"
Ting!
17:45
Kak yogaa:
Alessa, maaf soal yang tadi. Jangan terlalu dipikirin ya, kalau emang kamu ga bisa nerima aku, gapapa aku iklhas.-
To Be Continued-
Terima ga nihh??? Apa kita biarin Alessa nge stuck di Tyo? HAHAHAHAHA
Barangkali ada salah dalam penulisan, mohon maaf dengan sangat yaa🙏🏻🙏🏻
1 vote dari kalian adalah hal yang samgat berharga buat tulisan pemula kaya mimin💟💟💟💟💟
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN TRAUMA AND LOVE
Novela JuvenilCinta mengubah pandanganku terhadap dunia. -------------- Aku butuh dicintai, tapi aku takut terluka lagi.