04

807 118 30
                                    

Jungkook POV

Aku terus memperhatikan pria itu. Dia terus memegang tangan Jin dan Jin membiarkan pria itu melakukannya, aku tidak cemburu, hanya saja dia tidak lebih tampan dariku, tentu saja harga diriku dipertaruhkan disini.

"Ada apa? Kau selalu memperhatikannya" kata Jennie

"Tidak, kenapa aku harus memperhatikannya saat aku memilikimu disini?"

"Kenapa kau membawaku kemari? Ini kan bulan madu kalian?"

"Kakekku meminta cicit dari aku dan Jin, tapi kau tahu aku tidak pernah mencintainya, aku tidak akan berhubungan seks dengannya, lagipula tubuhnya tidak sebagus tubuhmu, bagaimana jika—"

"Tidak, jika kau pikir aku ingin hamil darimu, jawabannya adalah tidak, Jungkook, bagaimana jika aku disini hanya untuk uang? Ingat, aku hanya seorang pelacur, semua yang kulakukan ada harganya"

"Apapun yang kau minta akan kuberikan"

"Benarkah?"

"Ya sayang" aku menarik pinggangnya dan menciumnya.

"Ini kuncimu.." kata Jin dan aku memutuskan ciumanku dari Jennie.

"Kita tidak berada di lantai yang sama, bukan?"

"Tentu saja tidak"

"Bagus, ayo sayang" Aku melewatinya dan pergi ke lift terlebih dahulu. Aku tidak peduli dimana dia tidur dan dengan siapa dia tidur.

.
.

Seokjin POV

Aku melihatnya pergi dengan wanita itu. Kenapa dia melakukan ini padaku? Apa dia benar-benar tidak menganggapku sebagai suaminya? Apa pernikahan ini tidak pernah ada untuknya?

"Jin, ayo kita pergi" kata Yoongi.

"Ahh ya, ayo"

Kamarku ada di lantai 12 dan kamar Jungkook ada di lantai 15, kamar Yoongi berada di samping kamarku. Saat aku memasuki kamarku, aku langsung membuka tirai kamarku. Memandangi langit malam Paris dengan air mata di pipiku. Sampai kapan aku harus seperti ini? Apa dia benar-benar menginginkan anak dari wanita itu? Lalu untuk apa aku disini?

Saat aku hendak merapikan pakaian, teleponku berdering, ternyata Jungkook. Aku mengabaikan panggilan itu, itu tidak penting bagiku. Dia hanya akan merusak suasana hatiku. Aku memutuskan untuk mandi dan mengabaikan telepon itu. Cukup lama aku berendam di bak mandi. Menikmati hari pertamaku di Paris dan saat aku keluar dari kamar mandi, aku mendengar seseorang menggedor pintu kamarku.

Aku membukanya dan dia langsung mendorongku, membanting pintu dan menatapku dengan kesal.

"Ada apa denganmu?" kataku.

Dia baru saja menamparku, aku tidak tahu apa kesalahanku, apa dia marah hanya karena aku tidak mengangkat telepon?

"K-Kau.. menamparku?"

"Aku meneleponmu! Itu berarti penting, kenapa kau tidak mengangkat teleponku? Apa kau sengaja melakukannya? Kakekku meneleponku dan—"

"Dan itu bukan urusanku! Keluar dari kamarku! Kau pikir untuk apa aku datang ke sini? Aku tidak ingin terus berpura-pura di depan mereka, orang tuaku tidak pernah menamparku, tapi kau... bukankah kau bilang aku bukan suamimu? Apa kau lupa apa yang kau katakan? Jadi jangan pernah membuatku bermasalah dengan keluargamu! Urus masalahmu sendiri, sekarang keluar dari kamarku!"

Dia hanya menatapku, aku tahu dia marah padaku. Itu terlihat jelas di matanya. Aku takut, aku benar-benar takut tapi aku tidak bisa menunjukkannya di depannya.

"Kau pikir aku satu-satunya orang brengsek dalam pernikahan ini? Bagaimana denganmu? Membawa pria lain saat bulan madu, apa kau masih menganggap dirimu orang yang baik?"

"Dia hanya temanku! Aku bukan kau, jangan bandingkan aku denganmu, aku tidak pernah berselingkuh! Bisakah kau berhenti mencampuri hidupku? Kau bisa meniduri wanita jalang itu sesuka hatimu! Jadi jangan pernah meminta bantuanku!"

"Kau akan menyesal melakukan ini padaku"

"Aku bahkan sudah menyesal menikah denganmu, jadi penyesalan lain tidak akan menghancurkanku, karena aku sudah hancur duluan, keluarlah, temui wanita itu, kau mau menikahinya kan? Aku bisa mengurus surat cerai jika kau mau"

"Sial!" Dia keluar dari kamarku. Aku terduduk di lantai. Menangis sambil memegangi dadaku dengan tangan gemetar. Hatiku sangat hancur. Kenapa dia begitu jahat padaku? Ada apa dengannya?

Epiphany | Kookjin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang