"Tidakkah Nana ingin mengatakan sesuatu pada Abang?" Marc mengatakannya seolah-olah Nanda berhutang penjelasan padanya.
Kini dirinya sedang membereskan sisa bungkus makanan, toples cemilan, piring kue, gelas-gelas kotor dan makanan ikan yang tercecer di teras depan dan Ruang tamu. bekas dari kunjungan Tamu-tamu adiknya.
Nanda sebenarnya sempat membantu, namun Marc menghentikannya karena menurutnya adiknya tersebut masih harus beristirahat karena baru keluar dari Rumah Sakit.
Daripada berdebat, lebih baik Nanda menonton Serial sore. Serial Drama yang biasanya ditonton Marc itu mulai terasa asyik untuknya."Apa?"
"Oh, Come on, jangan pura-pura tidak tahu.." Marc meletakkan piring kue dan gelas-gelas bekas Jus diatas meja dapur tepat disebelah Nanda yang sedang duduk menonton TV.
Pria itu menjentikkan jari meminta atensi yang lebih kecil.
Ctak ctak..
"Kau sudah berpacaran secara diam-diam dibelakang Abang, kan??""Huh?? Tidak tuh..." Nanda melirik sebentar lalu pandangannya ia kembalikan ke TV.
"See, bahkan Nana sudah berani berbohong pada Abang?"
Nanda menggelengkan kepalanya pelan.
"Seriously, Abang ini bicara apa sih?" Entah mendapat Ide darimana Abangnya ini bisa berbica seperti itu padanya.Marc merotasikan matanya malas,
"Kalian berbicara dengan mesra dan berpegangan tangan saat keadaan sedang sepi tadi, Abang bertaruh pasti kalian akan berciuman kalau saja teman-temanmu yang lain tidak keburu datang.." pria itu mengolok-olok.Itu dia, batin Nanda.
"Dasar tukang intip." Ia menyindir."Apasih? Abang tidak mengintip, lagian bukan itu masalahnya."
"Terus, apa masalahnyaaa?" Intonasi bicara si adik mulai terdengar sebal, Marcus yang seperti ini sangat menyebalkan menurutnya.
"Nana diam-diam punya pacar, kan?"Marc maju beberapa Langkah sambil menyilangkan tangannya angkuh. Apa dia sedang main peran -mari menjadi ibu tiri yang jahat-?
"Kalau iya, terus apa masalahnya?" Nanda menatap Abangnya tersebut dengan pandangan tidak minat. Ia sungguh tidak ingin menghabiskan energinya untuk hal-hal yang tidak penting. Jika Marc memang benar mengintip, bukankah seharusnya dia juga tahu kronologis kejadian kenapa ia dan Jebranne bisa berpegangan tangan. (Jika tebakan Nanda benar, maka itulah yang sedang mereka bahas saat ini)
"Haaa??!"
"Jadi benar, laki-laki yang mirip Vampire itu Pacar Nana?"Nanda yang jengah dengan pertanyaan Marc yang semakin tidak bermutu, malah semakin menantang Abangnya tersebut, aku kerjai saja dia sekalian..
Si bungsu berdiri dan meletakkan tangannya dipinggang tak kalah angkuh. "Kalau iya, Abang mau apa? Hah? Hah??""Putuskan sekarang!"
Nanda menyerngit.
"Dih, tidak mau."
Memangnya apa yang mau diputuskan, pacaran saja belum. Abangnya yang Overprotective inilah yang menyimpulkan semuanya sendiri, Ia hanya ikut alur saja."Abang adukan Nana ke Ayah.." Marc menyipitkan matanya mengancam, wajahnya ia buat seserius mungkin. pikirnya, Nanda baru saja mendapat kecelakaan karena hubungan Asmara, dan Sudah barang tentu ia juga harus lebih waspada terhadap pria-pria lain yang ingin mendekati adiknya tersebut.
"Silahkan saja, Nana hampir delapan belas tahun, wajar tahu punya pacar." Nanda memalingkan wajahnya sambil merengut. Tidak asik jika Marc sampai menyangkutkan masalah seperti ini kepada Orang tua mereka.
"Hampir Na, masih belum. Ulang Tahunmu yang ke Delapan Belas masih lama, putuskan Sekarang. Bukannya lebih baik Nana fokus dulu dengan Pekerjaan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanda (Nomin AU)
HumorThis is BxB Fanfiction. Kindly leave if you don't like it. Mature Content- bijak dalam membaca👍