Tidak perlu menjadi apapun untuk disukai siapapun. Tetaplah menjadi diri sendiri, di sana kamu akan tahu siapa yang membencimu dan menerimamu.
-Albian Razaq.
.
.
.
Happy Reading...
.
.
."Udah belum, Kak?" tanyaku menatap ke arah komputer Kak Faril yang menyala.
"Bentar, lagi proses."
Dengan ketololan tingkat dewaku, aku telah melakukan kesalahan yang bisa dibilang fatal. Dengan susah payah Kak Faril membuatkan dokumen kemarin siang malah hilang hanya karena jariku yang tidak sengaja menekan tombol yang tidak kuketahui. Alhasil, dokumennya hilang dan Kak Faril terpaksa membuatnya kembali.
"Reya, ada yang cari di luar." pandanganku menatap ke arah Kak Roki yang sedang memegang segelas kopi berlogo di tangannya.
"Siapa?"
"Nggak tau, Cowok." aku malah mengerutkan dahi. Siapa lelaki yang ingin bertemu denganku di saat jam kerja?
"Bentar," jawabku setelah mengalihkan pandangan.
"Lihat dulu, Re, mana tau penting. Bentar lagi juga mau jam makan siang." Kak Faril menjawab dengan tatapan tidak berpindah dari layar komputer.
Aku berdiri dari dudukku yang semula menghadap ke arah Kak Faril. Kucoba melihat siapa yang ingin bertemu denganku. Sungguh, rasanya tidak ada rasa penasaran yang menghinggapiku saat mendengar informasi dari Kak Roki.
Langkahku keluar dari ruangan kerja, melangkah ke arah sofa tunggu yang sudah ada seorang pria yang tengah membelakangiku di sana. Dari belakang, sosok itu sama sekali tidak kukenali. Gaya model rambutnya dari belakang sangat rapi dengan jas yang terlihat sangat formal.
Langkah demi langkah kini mengikis jarakku dengannya. Hingga aku menemukan siapa orang itu sebenarnya.
"Bian?" Yang dipanggil tampak tersintak dan menoleh langsung ke samping tepat di mana aku tengah berdiri. "Ngapain di sini?"
Yang ditanya tidak menjawab, tapi memilih tersenyum dan mengangkat kantong plastik berlogo salah satu resto yang ada di daerah ini. "Mau ngajak kamu makan bareng."
Aku memilih duduk di sampingnya. Ini sudah jam istirahat makan siang, terlihat dari beberapa kariawan yang sudah banyak meninggalkan kantor menuju kafe seberang untuk santapan siang mereka. Jadi dengan itu aku bisa leluasa berinteraksi dengan Bian tanpa dicap berpacaran di saat jam kerja.
"Tumben banget. Udah lama juga aku kerja nggak pernah gini." aku terkekeh saat ia meletakkan kantong plastik itu di pangkuanku. "Mau makan di taman sana?" aku menunjuk taman kantor dari dalam lewat kaca kantor yang bersih dan tembus pandang.
"Boleh." jawabnya singkat lalu mengambil kantong plastik berlogo itu kembali untuk di bawa ke taman depan kantor.
"kamu tadi pas masuk ditanya resepsionis, nggak?" sampai di taman, kami mendudukkan salah satu bangku taman yang dilengkapi dengan meja bundar berukuran kecil di depannya. Setidaknya pas untuk meletakkan kantong yang baru saja kami bawa.
"Nggak, soalnya dari depan tadi udah ketemu sama seseorang yang tau sama kamu."
"Siapa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Oktober ✔
General FictionSilakan Folow Dulu Sebelum membaca!! Sesuatu telah terjadi hingga merenggut kebahagiaan lima tahun yang telah Reya rajut bersama sang kekasih. bermimpi akan hidup bahagia dengan keluarga kecil bersama pria pilihannya ternyata tidak terwujud. Membua...