"Benar-benar Pak Tua ini."
John ingin sekali menerjang dan menerkam pria yang sedang mengambil kesempatan dengan gadis incaran mereka. Pantas saja Sang Ayah tadi malam tidak bergabung menyantap acara 'makan', rupanya dia sudah punya santapan sendiri dan pastinya lebih mewah dibanding hidangan mereka sehari-hari.
"Ayah!" teriak John yang hanya didengar oleh Jeno. Lelaki lebih tua menyerngitkan kening, menangkap suara cempreng bernada tak suka menyebabkan tidurnya terganggu. "sialan, bangun Yah!"
"Kamu mau apa?" tanya Jeno menggerutu kesal. John menyilangkan lengan di depan dada, manik semerah darah berkilat-kilat marah.
"Apa yang Ayah bilang tentang ke-sa-ba-ran?" ejek John mengulang kembali percakapan mereka saat sarapan kemarin, mengundang dahi Jeno makin berkerut mendengarnya. "bullshit! Bilang aja Ayah mau curi start duluan!"
"Kamu kan bakal dapat giliran hari ini," gumam pria itu semakin mengeratkan pelukan pada tubuh polosan dalam dekapan, merasakan Renjun bernapas sangat teratur tanpa mengetahui obrolan tak kasat mata antara Jeno dan iblis peliharaan. Yang dia lakukan hanyalah membenamkan wajah pada dada bidang, membuahkan cengiran puas terpatri di ekspresi mengantuk Jeno. "Ayah mau pergi siang ini, beruntung Ayah bisa menahan dia biar nggak pulang sekarang, dengan alasan nemanin kamu dulu,"
John masih mencebik, walau sebenarnya senang juga diperhatikan Jeno sampai segitunya. "Beneran Yah?"
"Ya. Sana keluar jangan ganggu Ayah."
Kalau bukan karena hari ini dia dapat giliran berduaan bersama Renjun, mana sudi rasanya John diusir sepihak. Tapi mau bagaimana, selagi Jeno masih hidup, pria itulah yang memegang kendali dan tali kekang John. Ia selaku peliharaan sekaligus penjaga yang ditunjuk Lucifer kepada Jeno, mau tak mau harus menuruti setiap perintah apapun agar ia bisa mendapat bagian atas usaha yang pria tua itu lakukan.
Kedua insan di ranjang kembali menikmati keheningan dalam ruangan. Renjun terdengar mendengkur halus sementara Jeno terjaga sebentar untuk memandangi pahatan di wajah ayu. Jemari kasar tergerak memberi elusan pelan dari pelipis sampai ke dagu, lalu mengusapkan bibir ranum yang seakan memanggil Jeno buat mengecup.
Renjun bergerak sedikit akan sentuhan lembut, perlahan-lahan membiasakan saraf di kelopak kemudian membuka hati-hati. Pupil berdenyut-denyut mencari objek yang sedang membalas tatapan, hingga wajah Jeno mulai jelas di hadapan.
"Morning." sapa Si Tampan setengah berbisik diselingi senyum kecil. Renjun membalas dengan senyuman tak kalah menarik, berhasil mendesirkan peredaran darah di nadi.
"Morning, Mas."
"Gimana tidurmu, Injunnie?"
Si gadis ditemukan menguap lebar sembari menutup mulut terbuka, mengecap-ngecapkan bibir kemudian menyamankan posisi kepala di dada Jeno lagi. "Pulas. Banget. Nggak mimpi buruk malahan."
'Tentu saja tidak, karena penyebab mimpi burukmu sedang makan malam di tempat lain' batin Jeno dalam hati dan tak langsung merespon sebab ia mendapati Renjun bangkit sambil meregangkan badan. Gadis itu terkesiap begitu menyadari ia masih telanjang, menarik ujung selimut biar menutupi payudara yang terpampang.
"Kenapa ditutup? Kan Mas udah lihat semua." goda Jeno memasang cengiran jenaka, Renjun otomatis merah padam, tak sengaja mengambil bantal dan menempelkannya pada muka Jeno. Membuahkan gelak tawa membahana meski teredam alas kepala tersebut.
"Bangun sana, aku mau mandi, gerah." jawab sang gadis menarik selimut keseluruhan hingga menyisakan Jeno yang sekarang polosan. Renjun buru-buru memalingkan muka kala mendapati kejantanan Jeno dalam kondisi setengah tegang. Tanda fenomena alam di pagi hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
COME AND SACRIFICE 🔞[21+] [NOREN]✔️
FanficPengusaha muda yang suka minjamkan uang ke warga cuma punya 1 permintaan aneh yang harus dibawakan yaitu gadis perawan. . . ⚠️ : mengandung konten dewasa ; dead dove : do not eat ; criminal ; black magic! au ; girl!renjun ; jeno the 'young' enterpr...