Sebelum pesta itu dimulai, Nike meminta Roan berjaga di luar mansion. Untuk berjaga-jaga jika baron merencanakan suatu hal dari luar. Tapi setelah menunggu lama, tidak ada hal yang mencurigakan. Sampai akhirnya dia melihat seorang pelayan laki-laki keluar. Dan sepertinya orang itu tidak menyadari keberadaan Roan yang menunggu di bangunan paling tinggi kediaman Sofaran.Orang itu, berubah menjadi perempuan. Dalam sekejap mata orang itu berubah dan aura dominan yang ditahan langsung keluar. Roan langsung sadar bahwa dia ancaman. Dengan sihir sebanyak itu tidak mungkin dia datang cuma-cuma. Saat Roan turun dia melihat dari jarak jauh Zefani berlari dan menendang perempuan itu.
Tanpa buang-buang waktu Roan langsung menuju ke arah mereka. Dan dengan kecepatannya, dia melemparkan lima belati dalam sekali serang. Tapi dia menangkisnya dengan sihir. Detik berikutnya saat fokusnya teralihkan, Zefani menendang pinggang kanannya dengan sekuat tenaga sampai perempuan itu terdorong mundur.
Sudut bibirnya mengeluarkan sedikit darah dari organ dalamnya yang hampir hancur karena tendangan itu.
"Cukup sampai sini saja. Tuanku sudah menunggu."
"TUNGGU!"
Roan hampir bisa menarik rambut perempuan itu, tapi sihir berbentuk oval dengan warna seperti galaxy itu lebih dulu berhasil memindahkannya ke asal. Setelah perempuan itu menghilang dari penglihatan dan kekuatannya sudah tidak ada di sekitar, Roan langsung melirik ke sisi kirinya.
'Aku sudah mengira dia tidak buta ataupun mengalami kecacatan. Tapi Zefani ini, kekuatan fisiknya sangat gila. Apa duke sudah tau? Untuk berjaga-jaga aku akan melaporkannya kepada duke,' batin Roan.
Disaat yang bersamaan, Nike di dalam aula jatuh tak sadar diri. Saat itulah Roan dan Zefani mendengar teriakan dari dalam mansion. Mereka berdua langsung berlari ke dalam. Di sana dia melihat Nike terkapar di lantai. Putra Mahkota serta Arizon berada di sampingnya
"Apa yang terjadi?"
"Dia diracuni! Sebaiknya cepat panggil dokter ke sini dan bawa duke ke kamarnya," ucap Putra Mahkota.
Dengan segera Roan membawa Nike ke kamarnya sedangkan Zefani berlari memanggil dokter.
***'Berapa lama aku sudah tidak sadar diri? Racunnya benar-benar menyakitkan. Harusnya aku tidak menurunkan kewaspadaanku, aku terlalu terbawa arus obrolan dan merasa hidup damai.'
'Tapi, dimana ini? Terasa tidak asing. Ini seperti ... kamarku saat masih menjadi Egi? Apa aku kembali? Tidak! Bukan itu. Ini adalah ....'
Kamar Egi. Tapi dia tidak kembali, dia hanya melihat alam bawah sadar, atau mungkin kenyataan? Dia melihat Selena, adik perempuan yang selalu ingin dia jaga di kehidupan sebelumnya memegang bingkai berisi foto dirinya. Dia duduk di lantai bersandar pinggiran ranjang sambil menangis. Tapi, dia tidak sendirian.
"Jangan menangis terus, kakakmu pasti sedih melihatnya. Dia sudah tenang di sana sekarang."
"Diam! Hiks ... hiks ... harusnya aku mendengarmu saat itu, kakak!"
Melihat itu Nike tersenyum pahit. Sebenarnya dia tidak masalah jika dia harus mengorbankan nyawa untuk adiknya, hanya saja dia sedih karena harus membiarkan adiknya hidup sendiri. Setidaknya dia meninggalkan banyak uang. Dan sepertinya Hans - sahabat Egi - melindungi Selena setelah kematiannya.
Tak lama setelah itu, scene di penglihatan Nike berubah. Dari kamar miliknya di masa lalu menjadi di pinggir jalan raya bekas kematiannya dulu. Dan saat itulah, dia melihat adiknya menyeberang trotoar dan mulai menjauh dari pandangannya. Suara yang dia dengar terakhir kali darinya adalah, "Kak, suatu saat kita akan bertemu kembali dan aku akan menjadi lebih penurut. Sampai jumpa!"
***
Dahinya berkeringat. Matanya mulai membuka perlahan. Untunglah efek racunnya bekerja lebih cepat, sehingga saat muncul gejalanya langsung bisa diatasi. Jika saja racunnya bekerja lebih lambat, mungkin saat gejalanya muncul itu adalah akhir dari hidup Nike. Kali ini dia sangat ceroboh.
Sementara pesta diambil alih oleh Putra Mahkota. Dia menyuruh penjaga untuk menutup seluruh akses pintu keluar dari kediaman duchy. Karena mungkin saja pelakunya masih ada di sini, itulah yang dipikirkan Putra Mahkota. Dan lebih tepatnya dia sangat mencurigai paman Nike.
Dia mendatangi Baron Soventian dan langsung menanyainya.
"Baron, bukankah Anda yang memilih mengadakan acara di kediaman ini, lalu bagaimana hal ini bisa terjadi?"
"SAYA TIDAK TAHU YANG MULIA PANGERAN!"
Baron berteriak dengan panik. Memang benar bahwa dia berniat membunuh Nike, tapi yang tadi itu bukan dia yang melakukannya. Siapa? Siapa yang melakukannya? Itu adalah pertanyaan di benak baron dari tadi. Karena jika pelaku yang asli tidak tertangkap, bukankah dia yang akan jadi salah satu tersangka. Apalagi jika diselidiki saat ini juga, mungkin rencana pembunuhannya yang belum dilakukan itu bisa ditangkap dan dianggap dia juga yang meracuni Nike.
Arizon dan Roan berada di dalam kamar Nike. Di sisi seberang ranjang juga ada dokter dan Zefani. Sejak tadi dokter itu berusaha keras untuk membuat Nike melewati masa kritisnya. Membuat racun yang belum bekerja terlalu jauh itu keluar melalui keringat. Kebetulan dia juga memiliki sedikit kekuatan sihir untuk pengobatan. Dan saat melihat mata Nike terbuka, dokter itu merasa lega. Raut wajah Roan yang tadinya cukup tegang menjadi kendur seketika.
"Ugh!"
Nike sedikit menggeliat merasakan tubuhnya sakit saat digerakkan.
"Se ... lena ...." Itu adalah kata pertama yang Nike keluarkan saat bangun.
*
*
*TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become The Villain's Brother (REVISI)
FantasyEgi, pria dewasa berumur 21 tahun baru saja bertengkar dengan adik perempuannya kemarin sore. Mereka bertengkar karena sebuah novel berjudul "The Reborn of Marquess". Adiknya itu terus-terusan membaca novel tersebut sampai dia lupa belajar. Karena i...