Hari ini, ketika Hanny baru sampai di kampus. Ia melihat Radja yang berjalan di dekat Fakultas Administrasi sembari menundukkan kepalanya. Hanny berpikir, kenapa Radja mengambil jalan yang berputar dengan melewati fakultas itu terlebih dahulu?
Namun, rasa khawatir Hanny mulai muncul tatkala Radja menyenggol mahasiswa lain ketika ia sedang berjalan. Hanny melihat Radja yang mulai menundukkan singkat kepalanya dengan segan pada mahasiswa itu, tanda bahwa Radja sedang meminta maaf. Tapi, sepertinya si mahasiswa tetap tidak suka karena ia tampak mendorong bahu kanan Radja dengan sedikit kasar.
Hanny lantas berlari menghampiri Radja dan mahasiswa itu. Ia segera menjauhkan Radja sembari mewakilinya untuk meminta maaf.
“Maaf, Kak. Temenku lagi gak enak badan, makanya dia nyenggol Kakak,” sesal Hanny pada mahasiswa itu. Ia juga tampak mengeratkan genggamannya pada tangan Radja.
“Jaga baik-baik cowok lo ini! Jangan sampe dia bikin keributan di fakultas orang!” tegas mahasiswa itu sembari menunjuk singkat wajah Radja.
Emosi Hanny mulai terpancing karena ia merasa, Radja tidak melakukan sesuatu yang fatal. Masalah ini bisa selesai jika mahasiswa itu tidak memperbesarnya.
Hanny hendak maju untuk melontarkan protesnya. Tapi, dengan segera Radja menarik pelan tangan sahabatnya itu agar ia tetap tenang.
“Jangan, Han,” mohon Radja dengan suara yang cukup lirih.
Hanny lantas mengarahkan tatapan tajamnya pada Radja. Ia bisa melihat raut wajah Radja dengan sangat jelas. Raut wajahnya kali ini sangat berbeda dengan hari-hari kemarin.
Hanny mulai melunak. Ia kembali meminta maaf pada mahasiswa yang sepertinya adalah senior mereka itu, kemudian Hanny segera membawa Radja keluar dari lingkungan fakultas administrasi itu dengan segera.
Di koridor lain, Hanny segera menyuruh Radja untuk duduk di sebuah bangku. Radja menurut, kemudian Hanny yang masih berdiri di depan Radja duduk, mulai memegang kening sahabatnya itu untuk memastikan kondisi tubuhnya.
“Kamu gak sakit. Tapi, kenapa wajah kamu merah kayak gitu?” tanya Hanny dengan khawatir.
“Saya hanya kurang tidur,” jawab Radja sembari tersenyum hambar.
Hanny menghembuskan napasnya kasar. Ia tahu jika saat ini Radja sedang tidak baik-baik saja. Ia pun bergegas duduk di samping Radja seraya mengusap-usap pelan punggungnya.
“Ada apa? Bilang sama aku,” bujuk Hanny sembari terus menatap wajah Radja.
Radja membalas tatapan Hanny dengan tatapan sayunya. “Sepertinya, saya sudah ditolak oleh Mey.”
“Ditolak?” tanya Hanny. “Kamu bilang, kamu mau tunggu dia naik ke kelas dua SMA dulu, baru kamu minta dia buat jadi pacar kamu.”
“Saya hanya berpikir, menyatakan cinta sekarang dan nanti akan sama saja. Jadi, kemarin saya memberanikan diri untuk menyatakan perasaan saya pada Mey.”
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE : Our Story
عاطفيةDeskripsi nyusul, yaa.. intinya ini kisah nyata dan aku berkolaborasi dengan adik iparku.