e n e m - Gusti Raden Mas Hastanta

0 0 0
                                    

"matur sembah Kulo Gusti Raden Mas.."

Seorang wanita tua berpakaian kebaya kuno mendudukan tubuhnya beralas dua kaki yang dia tekuk. Mengatupkan kedua tangannya juga seraya membungkukkan setengah badan. Memberi hormat kepada sang Putera dari Kanjeng Ratu Maryati.

Namanya Mbok Parni. Salah satu abdi dalem yang sudah mengabdi selama hampir lima puluh tahun. Menjadi seorang kepercayaan Gusti Kanjeng Ratu Maryati selama ini. Karena wanita tua itulah yang menemani Gusti Kanjeng Ratu selama masih kecil.

"Nggih Mbok. Ono opo?"

Suara serak khas bangun tidur itu milik anak semata wayang Gusti Kanjeng Ratu Maryati. Kebanggaan kedua orang tuanya. Tapi perangainya kurang disukai oleh beberapa dayang yang lain.

Seperti kebanyakan para perjaka yang lain, Gusti Raden Mas Hastanta bisa dianggap sebagai orang yang gampang merayu. Beberapa kali dia kedapatan sedang merayu pelayan baru atau gadis diluar keraton saat sedang bertugas.

Walaupun umurnya sudah cukup, Raden Mas Hastanta belum juga mau menikah. Sudah beberapa kali dijodohkan dengan putri keraton tetangga, namun ia menolak. Beralasan akan mencarinya sendiri. Dan syarat dari sultan dan Kanjeng ratu adalah harus seorang puteri keraton atau puteri kadipaten.

"Kulo diaturi Gusti Kanjeng Ratu, Raden Mas Hastanta ditimbali Sultan teng keraton" -saya diperintah Gusti Kanjeng Ratu, Raden mas Hastanta dipanggil sultan di keraton-

"Duh Gusti..." Raden Mas Hastanta mengacak rambutnya "nggih. Mangke" -iya, nanti-

"Nggih Kulo aturaken" -iya nanti saya sampaikan- Mbok Parni undur diri "matur sembah Kulo Gusti Raden Mas"

Selepas kepergian Mbok Parni, Raden Mas Hastanta tidak lekas mandi. Ia hanya duduk dan menatap ke cermin. Parasnya tidak kalah berantakan dengan suasana hatinya sekarang.

"Elek nemen Yo raiku" -jelek sekali mukaku-

Semalam dia tidak bisa membawa seorang gadis untuk menemaninya tidur. Membuat tidurnya gelisah dan sulit. Bisa dikatakan Raden mas Hastanta adalah putra keraton yang paling berani.

Akan ada seorang gadis muda yang menjadi teman tidurnya. Benar benar hanya teman tidur. Karena Raden mas Hastanta juga tidak mau menyerahkan tubuhnya ke sembarang orang. Apalagi para pelacur yang tidak bermartabat diluar sana.

Tiga kali dama seminggu biasanya dia akan diam diam menyelundupkan teman tidurnya. Tapi tadi malam dia tidak bisa karena sultan aswangga, sang ayahanda sedang tidak bertugas. Biasanya beliau akan ada perjalanan jauh tiga kali dalam seminggu. Saat itulah kesempatannya.

Raden ndableg(¹) itu mengerutkan dahinya. Ia berpikir apa yang membuat sang ayah memanggilnya. Jarang sekali dia dipanggil kalau bukan tugas. Dan kali ini akan ada tugas apalagi?

Ia sudah bosan kalau harus berkelana ke desa desa untuk melihat keadaan. Karena ia belum bisa dipercaya memegang sebagai pembantu tugas keraton oleh ayahnya. Hanya bisa ditugaskan sesederhana itu.

Melihat matahari yang kian bersinar, Raden mas Hastanta tahu, ia tidak punya banyak waktu lagi. Sebentar lagi acara sarapan bersama dimulai. Untuk menyingkat waktu, dia hanya mencuci muka dan mengganti bajunya dengan beskap lengkap.

Keluarnya sang anak sultan, membuat para prajurit segera siap siaga. Benar saja, tak lama kemudian Raden mas Hastanta berlari keluar sembari mengancing beskapnya. Membuat para prajurit turut ikut berlari.

Kediaman Raden Mas Hastanta itu tidak satu rumah lagi dengan kedua orang tuanya. Tepat saat ulang tahunnya ke 17, ia dipindahkan ke rumahnya sendiri. Bertujuan agar dia terbiasa membina rumahnya sendiri kelak. Rumah Joglo Cendrawasih namanya, yang ia sematkan untuk rumahnya.

Reinkar(a)nasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang