new personality

3.1K 303 2
                                    

Alkana bangun dari tidurnya saat mendengar alarm dari hape nya berbunyi, dia mengucek matanya pelan kemudian mengeliat.

"hoam"dia menguap sebentar sebelum mendudukan dirinya, jam menunjukan pukul 06.00 am. Alkana langsung membawa tubuhnya ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. 20  menit kemudian dia sudah siap dengan seragamnya, yang kebesaran di tubuh mungil miliknya tapi apa daya, dia tidak punya seragam lain.

 20  menit kemudian dia sudah siap dengan seragamnya, yang kebesaran di tubuh mungil miliknya tapi apa daya, dia tidak punya seragam lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selesai memakai seragamnya dia mulai memakai skincare yang ada di kamar itu, entah benar atau salah. Salahkan saja Alkana yang mempunyai skincare yang belum pernah dia sentuh semasa hidupnya dulu. Dia juga menatap rambutnya agar tidak menutup matanya dan tidak terlalu rapi juga. Dia juga berniat tidak memakai kacamata karena ternyata Alkana tidak memiliki minus dimatanya.

Siap dengan barang apa saja yang akan dia bawa, Alkan turun ke meja makan disambut oleh Bi Sarti yang sedang membuatkannya roti selai.

Alkana memakai roti dengan selai kacang itu kemudian meminum susunya.

"Kana berangkat bi" kata Alkana kemudian bangkit dari duduknya.

Sampai di depan rumah Alkana meminta supirnya untuk mengantarkannya ke sekolah yang langsung ditanggapi dengan cepat. Tapi belum sampai sekolah Alkana sudah inta diturunkan.

"Kana turun di sini saja" kata Alkana saat suprnya menanyakan alasan Alkana

"tapi den" "gapapa udah deket" Alkana langsung keluar dari mobil dan berjalan menuju sekolahnya, dia tidak mau membuat kehebohan dengan mobil yang mengantarkannya ke sekolah.

Sampai di depan gerbang sekolahnya, Alkana berhenti untuk melihat sekolahnya. Pantas saja dia dianggap anak miskin karena hampir semuanya memakain kendaraan pribadi untuk berangkat sekolah. Alkana menghembuskan napasnya mencoba tenang, jujur saja dia gugup dan tegang.

"everything will be fine" gumamnya, tak lama kemudian dia melangkahkan kaki memasuki sekolahnya.

Alkana sengaja jalan menunduk bukan karena takut tapi dia tidak ingin menarik perhatian. Dia bisa saja berjalan sombong dan penuh percaya diri tapi dia memilih untuk tidak membuat masalah dan semakin di bully.

Karena fokus dengan sepatunya dia sampai tidak menyadari ada orang yang berdiri di depannya, dan berakhir dia menabrak punggung cowok itu. Alkana yang menabrak Alkana juga yang jatuh.

'anying keras banget kek papan' batin Alkana kesakitan

Alkana menongkakkan kepalanya kemudian bangkit berdiri diselingi ringisan karena ngilu di bokongnya. Seketika suasana ricuh dan banyak bisikan-bisikan yang dapat di dengar olehnya.

'anjir itu si miskin Alkana kan'

'iya anjir itu Alka, apes banget anjir nabrak Rein'

'udah miskin suka caper pula'

'si miskin wkwk'

'anjoy capernya ke si Rein'

'seru nih kalo tiba-tiba si miskin dibogem sama Rein'

'eh tapi kok si Alka jadi cute gitu si'

'iya anjir gemoy'

Mendengar bisikan itu membuat Alkana sadar siapa cowok yang menjulang tinggi di depannya itu. Dia si protagonis utama, Reinlo Byllo Mahatama. Alkana terkejut, belum apa-apa sudah berurusan dengan tokoh utama.

Alkana begidik takut oleh tatapan datar Rein yang menatapnya, tapi dia mencoba untuk tenang.

"maaf Rein gue ga sengaja" nada bicaranya terdengar bergetar tapi dapat diatasi dengan baik olehnya. Rein mengangkat sebelah alisnya sembari menatap tajam Alkana, yang ditatap menundukkan kepalanya.

'anjir nyeremin' batin Alkana

Rein berjalan mendekat kemudian merendahkan badannya sehingga sejajar dengan wajah Alkana.

" kalo ngomong tatap orangnya" suara husky Rein terdengar, datar dan menusuk indera pendengaran Alkana.

Alkana sontak menatap wajah cowok itu, tapi kemudian memundurkan kepalanya karena terkejut jarak mereka sangat dekat.

"maaf sekali lagi Rein, gua harus pergi" kata Alkana kemudian pergi meninggalkan Rein yang terdiam, cowok itu juga tidak ada niatan untuk mengejar.

Bisik-bisik kembali terdengar, mereka heran mengapa Rein tidak melakukan apa pun kepada si miskin Alkana dan malah membiarkannya pergi. Tapi kemudian bisik-bisik itu terdiam karena tatapan Rein yang menusuk. Di sekolah ini tidak ada yang berani menantang Rein karena keluarganya termasuk keluarga yang berada, juga paras Rein yang sempurna membuat para murid terpesona terlebih lagi para cewek dan uke.

Rein pergi meninggalkan tempat itu dengan tangan berada di saku jaketnya, tanpa mengatakan apa pun. Tanpa melihat dua kali pun Rein terlihat seperti Ice Prince dengan tatapan dinginnya juga sikapnya yang tidak peduli sekitar.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.


WHY ME!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang