06

287 36 6
                                    

"Hinata, mau pergi kemana pagi-pagi begini?" Sang Ibu bertanya karena bingung melihat Hinata yang sudah terlihat rapih itu.

Hinata menoleh kearah suara sang Ibu. "Aku akan membeli bahan makanan bu, persediaan dirumah sudah habis."

"Ingin Ibu temani pergi berbelanja?" Hikari bertanya karena dirinya merasa khawatir jika nanti Toneri akan menyakiti putrinya lagi.

"Tidak perlu bu, tetaplah dirumah aku akan kembali dengan cepat setelah berbelanja nanti."

Hikari menatap Hinata khawatir. "Ibu takut kau bertemu dengan Toneri."

Hinata terdiam sesaat inilah yang dirinya takutkan bahwa Ibunya nanti tidak memperbolehkan dirinya bertemu lagi dengan Toneri.

"Aku tidak akan bertemu dengannya Bu, sekarang istirahatlah didalam kamar."

Hinata kemudian membawa Ibunya kedalam kamar agar bisa kembali beristirahat, kondisi Ibu kini tidak bisa dikatakan baik, terkadang ibu akan terbatuk dengan mengeluarkan darah.

Setelah mengantar Ibu untuk beristirahat Hinata kemudian pergi dengan berjalan menuju mini market untuk stock bahan makanan dirumahnya.

Dirinya mengambil uang simpanan miliknya yang sudah Hinata siapkan jika saja ia benar-benar tidak mempunyai uang nanti.

Sesampainya di mini market yang tidak jauh dari kediaman miliknya, Hinata segera memilih beberapa bahan makanan yang sudah habis.

Dengan begitu telatennya Hinata memilih berbagai bahan makanan.

Hinata kemudian membayar semua barang yang dirinya beli, ia menenteng dua paper bag dan bergegas untuk segera pulang.

Namun ketika Hinata tiba didepan rumahnya, matanya melebar ketika melihat Toneri tengah berdiri didepan pintu dengan wajah yang bisa dikatakan sedang - marah.

Toneri yang melihat Hinata baru saja tiba dengan segera menarik wanita itu dengan kasar menjauh dari rumah Hinata. Pria itu menarik lengan Hinata tanpa memikirkan barang wanita itu yang terjatuh.

Hinata yang merasa lengannya sakit akibat tarikan kasar Toneri dengan segera menyentaknya.

"Kau apa-apaan, barang-barang ku terjatuh disana!" Hinata berucap dengan marah karena Toneri menariknya dan membuat seluruh belanjaan miliknya terjatuh.

"Sialan, Ibumu mengusir dan mengancamku, kau bicara apa saja padanya!" Teriak Toneri dengan marah.

"Aku tidak bicara apapun, Ibu tahu sendiri bahwa aku disiksa olehmu, harusnya kau sadar luka-luka ini akibat siapa." Hinata menjawab dengan berani.

Sontak saja jawaban itu membuat Toneri murka.

PLAK!

"Sialan kau Hinata, jika Ibumu berani menuntutku, jangan salahkan aku jika aku akan menyakitinya juga." Pria itu menampar wajah Hinata dengan keras.

"Jangan sakiti Ibuku!" Ucap Hinata marah.

Toneri tertawa licik, sepertinya wanita didepannya kini sudah berani kurang ajar padanya.

"Tutup mulutmu, jalang. Kau dan Ibumu sama-sama beban untukku."

Kalimat menyakitkan itu keluar dari mulut Toneri. Hinata tidak terima jika Toneri mengatakan hal buruk tentang Ibunya.

PLAK!

Hinata menatap pria itu dengan amarah yang menggebu, dirinya terima jika Toneri mengatakan hal yang tidak baik padanya, tapi tidak dengan Ibunya.

"Kaulah yang membantuku tanpa ku minta, aku tidak meminta itu semua padamu, kaulah yang datang dan memberikan uang-uang sialan itu." Hinata berujar dengan cepat disertai air matanya yang terjatuh dengan derasnya.

This Pain [NARUHINA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang