Sore ini Liana tengah kebingungan mencari keberadaan semua orang. Gadis itu terlalu sibuk mengurung diri di dalam kamar Mity, sampai tak sadar jika ia hanya sendirian di rumah.
Liana menengok ke sekitar ruang tamu, namun tetap tidak ada siapapun. Apa gadis itu sudah ketinggalan sesuatu?
"Mereka pergi kemana?" Gumam Liana yang akhirnya pergi keluar rumah untuk mencari tahu.
Namun, sesampainya di luar Liana hanya melihat punggung Rion yang sedang berdiri diujung pagar halaman rumah. Tanpa berpikir panjang gadis itu pun segera berlari menghampiri Rion, hanya untuk bertanya kemana perginya semua orang.
"Apa yang kau inginkan?"
Seketika langkah kaki Liana terhenti, ternyata Rion tengah menelepon seseorang.
"Uang? katakan, berapapun akan aku berikan!"
"...."
"Sudah ku bilang itu bukan-"
Rion menatap layar ponselnya dengan geram. Orang diseberang sana sudah memutuskan panggilan mereka secara sepihak.
"Sialan.."
Liana bisa melihat wajah marah Rion yang seperti tengah menahan kesal, tangan pria itu juga mengepal dengan sangat kuat.
"Ada apa dengannya?" Liana yang tidak mau ambil pusing pun hanya berjalan menghampiri Rion.
"Ehem!"
Rion segera menoleh cepat ke arah Liana yang sudah berdiri di samping kirinya itu.
"Apa kau tahu dimana semua orang?" Tanya Liana yang terlihat begitu canggung, matanya tak berani menatap Rion.
"Para orang tua sedang pergi keluar.. kalau Mity, aku tidak tahu." Jawab Rion singkat. Lumayan, Liana sedikit terbantu oleh jawabannya itu.
"Oh begitu." Liana mengangguk tidak peduli, namun perhatiannya tertuju pada seekor kucing yang tengah berjalan sendiri tanpa ada seorang pun menemani. Liana tersenyum miris, merasa jika nasib kucing itu tidak jauh berbeda dengannya.
Waktu terus berjalan, namun Rion dan Liana hanya diam tanpa mau berbicara sepatah kata pun. Hanya ada angin sore serta keheningan yang menemani mereka, dan sekarang langit pun mulai mendung merasakan kesedihan diantara keduanya.
Rion akhirnya melirik Liana yang masih setia menemaninya, bibir tipis itu lagi-lagi tersenyum saat melihat wajah polos Liana yang entah sedang memikirkan apa. Saat sedang asik menatap wajah Liana, tiba-tiba ponsel Rion bergetar, menampilkan sebuah pesan yang membuat Rion kembali merasa kesal.
From: unknown number
Kau tidak akan pernah bahagia!
Tunggu dan lihat saja pembalasan kami!Rion meremas kuat ponselnya, mata tajam itu mulai terpejam menahan emosi yang akan segera meledak, dan saat Rion membuka matanya kembali, Liana sudah akan berjalan pergi meninggalkannya.
Dengan refleks Rion menarik tangan Liana, dan memeluk tubuh gadis itu dengan begitu erat.
Rion tidak tahu harus melampiaskan amarahnya pada apa, dan pria itu malah memilih untuk memeluk Liana, kakak dari calon pengantinnya.
Liana tentu terkejut dengan apa yang Rion lakukan padanya. Gadis itu tidak pernah membayangkan jika Rion akan memeluknya seperti ini. Dan kalian tahu? Liana sangat senang, bahkan ia hampir saja menangis.
Tapi kemudian Liana segera tersadar, pria yang tengah memeluknya itu adalah calon suami adiknya.
Dengan perasaan tak nyaman Liana mendorong dada bidang Rion, mencoba untuk menjauhkan tubuh mereka.. namun entah mengapa Rion malah mempererat pelukannya, seakan tidak ingin melepaskan Liana begitu saja.
"Diam, hanya sebentar." Tahan Rion yang terdengar begitu berat. Pria itu semakin mengeratkan tangannya di pinggang kecil Liana, lalu menenggelamkan wajahnya pada leher putih itu.
Liana terdiam merasakan deru nafas Rion yang berhembus hangat di lehernya. Gadis itu hanya bisa berharap jika Mity tidak akan melihat mereka yang tengah berpelukan seperti ini.
Tetapi jauh di sana, seseorang sudah terlanjur melihat mereka.
Tanpa keduanya sadari hujan mulai turun dengan begitu deras. Liana yang merasakan air hujan menyentuh wajahnya, merasa panik dan ingin segera masuk ke dalam rumah. Namun, gadis tidak bisa bergerak sama sekali, pelukan Rion begitu kuat menahannya.
"A-aku harus masuk." Ucap Liana yang tak digubris oleh Rion. Pria itu hanya memejamkan mata seraya menikmati harum tubuh Liana yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
"Rion lepaskan-"
Liana terus saja meronta dan mendorong Rion agar mau melepaskan pelukannya, dan beberapa detik kemudian, Liana merasa kepalanya begitu berat, pandangan gadis itu juga mulai melemah.
Rion yang merasa heran dengan diamnya Liana, mulai sedikit melonggarkan pelukannya untuk melihat Liana.
"Kau baik-baik saja?"
"Aku- Achhooo!"
Rion terdiam menahan kesal saat Liana dengan tidak sengaja bersin tepat didepan wajahnya.
"Kau?"
"Aku-"
"Hei kau kenapa?"
Rion terkejut bukan main, tiba-tiba saja Liana tak sadarkan diri dipelukannya. Rion yang panik segera menepuk pelan wajah Liana, namun yang terjadi Liana tetap tidak mau membuka mata.
"Sial, ada apa dengannya??"
- Tbc. -
Vote n komennya 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose You (Rion Kenzo)
FanfictionSetelah bertahun-tahun lamanya. Kamu, Liana Christalia kembali dipertemukan dengan pria yang pernah menolak mu lima tahun lalu. Namun, bagaimana reaksi mu jika ternyata pria yang kamu cintai itu adalah calon suami dari adikmu sendiri. .... Warning :...